Catatan Singkat untuk Tetap Tenang dan Optimis Menghadapi Pandemi Covid-19
Dalam banyak redaksi riwayat hadis, salah satunya adalah hadis Hasan riwayat Imam al-Tirmidzi (207-279 H). Dikisahkan, suatu waktu ada sahabat datang dengan onta, sowan kepada Baginda Nabi. Sesampainya di hadapan Rasulullah, sahabat tersebut bertanya tentang hakikat tawakal. Yakni apakah perlu ia mengikat ontanya itu dan bertawakal kepada Allah, atau melepaskannya tanpa mengikat, cukup dengan bertawakal saja? Mendengar pertanyaan ini, Kanjeng Nabi Muhammad (shalawat dan salam semoga senantiasa tersanjungkan kepada beliau) lantas menjawab; “Ikatlah ontamu dan bertawakallah kepada Allah!”
Dalam riwayat hadis lain, dikisahkan ada sekelompok sahabat yang melakukan perjalanan. Satu di antara mereka tertimpa batu di bagian kepala dan terluka. Di saat tidur, sahabat yang terluka ini mimpi basah. Karenanya, ia bertanya kepada yang lain. Apakah ada rukhshah (keringanan) untuk bertayamum. Maka sahabat yang lain menjawab, tidak ada keringanan bertayamum karena masih mampu menggunakan air. Mendengar jawaban ini, sahabat yang terluka itu lantas mandi besar. Guyuran air mengaliri sekujur tubuh meskipun kepalanya sedang terluka. Karena hal ini, sahabat yang terluka ini akhirnya meninggal.
Maka ketika kembali, sebagian sahabat mengadukannya kepada Baginda Nabi. Setelah mendengarnya, beliau lantas marah dan inkar. Menyesalkan peristiwa tersebut bisa terjadi. Mengapa tidak menanyakan kepada beliau. Padahal beribadah harus dengan ilmu. Kisah ini termaktub dalam hadis yang terdapat dalam kitab Sunan Abi Dawud karya Imam Abu Dawud (202-275 H) dan bersumber dari Sayidina Jabir (semoga ridha Allah senantiasa tersanjungkan kepada beliau).
Dua penggal kisah ini, baik kiranya jika menjadi bahan renungan bersama. Betapa Rasulullah telah memberikan suri teladan terbaik. Terlebih dalam cara kita berislam. Pertama, perlunya kita menyinergikan antara ikhtiar dan tawakal. Kedua, dalam beribadah, kita harus berbekal ilmu serta mempertimbangkan keselamatan nyawa. Tidak asal semangat beribadah. Cara berislam Nabi Muhammad di atas sangat penting kita pegangi bersama di tengah situasi pendemi Covid-19 ini.
Data per 21 Mei 2020, total pasien Covid-19 secara global sudah lebih dari 5 juta. Di Arab Saudi, lebih dari 65 ribu. Indonesia lebih dari 20 ribu, dan di Mesir lebih dari 15 ribu. Pertambahan pasien juga cenderung meningkat. Hingga kini, ketiga negara ini masih terus berjibaku. Karenanya, tidak ada kata lain, selain kita mulai berjuang dari diri kita masing-masing. Berani menanyakan ulang keberislaman kita, apakah sudah sesuai dengan petunjuk Nabi atau belum, sehingga perlu kita diperbaiki.
Menyinergikan ikhtiar dan tawakal adalah sebuah keniscayaan. Secara lahiriah, kita harus taat kepada protokol kesehatan. Berkomitmen untuk mengekang ego masing-masing demi keselamatan bersama. Demikian halnya, semangat ibadah juga harus kita tunaikan dengan mempertimbangkan keselamatan. Jika hal ini kita hayati bersama, betapa bijaknya Islam. Betapa manusiawinya Islam. Dan betapa mencerahkannya Islam.
Foto di bawah ini adalah suasana sejuk nan khitmat ibadah shalat tarawih di Masjidil Haram Makkah Arab Saudi dan Masjid al-Azhar Mesir (22 Mei 2020). Di hari biasa sebelum wabah Corona, kedua tempat mulia itu senantiasa dipenuhi jamaah. Bahkan Masjidil Haram nonstop menjadi lautan manusia. Kedua tempat ini adalah contoh nyata yang harus kita tilik sebagai wasilah mengasah rasa optimis kita bersama. Bahwa dengan berikhtiar semaksimal mungkin, serta bertawakal dengan sebenarnya tawakal, hidup kita akan tenang, tanpa rasa takut dan kuwatir. Terlebih untuk melalui wabah pandemi Covid-19 saat ini. Bahkan kita akan jadi pemenang. Mampu memetik hikmahnya untuk memperbarui spirit kemanusiaan kita.
Semoga.
No responses yet