Ulama bangsawan satu ini sebelumnya sempat menjabat sebagai Demang Polisi, sekaligus pemuka agama dan mufti yang bertugas sebagai kepala kepenghuluan Palembang atau Pengulon, suatu lembaga khusus keagamaan yang berfungsi mewakili sultan dalam memimpin tugas-tugas keagamaan pada masa Kesultanan Palembang Darussalam. Jabatan tertinggi pengulon ini diketuai oleh Pangeran Penghulu Nata Agama.
Penghulu Palembang ini bernama lengkap Raden Mustofa Wiro Menggalo bin Raden Kamaluddin bin R. Muhammad bin R.M. Toyib bin Pangeran Nato Wikramo bin R. Bomo bin Pangeran Purba Negara Usman bin Pangeran Mangkubumi Nembing Kapal bin Sayid Mustofa Assegaf Raden Santeri bin Sayid Ahmad Assegaf bin Pangeran Madi Sawa bin Pangeran Rengas Pandak bin Orang Kayo Gemuk bin Datuk Paduka Ningsum bin Sayid Mustofa Assegaf Datuk Paduka Berhala.
Beliau dilahirkan oleh ibunya, R.A. Salimah sekitar tahun 1835. Putera tunggal dari dua bersaudara, adiknya perempuan bernama R.A. Masturah. Lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang taat agama di lingkungan keraton. Pendidikan dasarnya didapat dari ayahnya sendiri, dan ulama-ulama besar Palembang waktu itu, seperti: Kgs.H.A. Malik bin Datuk M. Akib, Sayid Hasyir, Syekh Abdullah bin Makruf dan lainnya.
Dalam tahun 1895-1905, R. Mustofa menjabat sebagai Pangeran Penghulu Nata Agama Palembang, menggantikan Kgs. Demang Suro Nandito Akil yang pensiun (1887-1894). Dalam melaksanakan tugasnya, ia dibantu oleh empat anggota Khatib Penghulu, yakni: Sayid Abdurrahman (Datuk Aman), Kgs.H. Abdul Karim, R. Ong, dan Kgs. Qosim.Kegiatan kepenghuluannya bertempat di rumah limas besar miliknya yang terletak di Jalan Kapuran (Sungai Kapuran), lingkungan Masjid Agung, Kampung 19 ilir Palembang.Selain itu, ia juga menjabat sebagai Penasehat Landraat dan ketua pengurus Masjid Sultan Palembang.
Dalam tahun 1897, ia melakukan perluasan pertama pada bangunan Masjid Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo (masjid Agung) Palembang, dengan biaya menjalankan wakaf kaum muslimin. Perluasan ini hanya penambahan bangunan masjid asal sekitar 5 meter. Pintu gerbang selatan, Utara dan Timur dibongkar, dan bangunan ditambah dengan serambi yang ditutup dinding bata dan semen dengan pintu masuk belanggam. Daun pintu, jendela, serta tralis posisinya dipindahkan dari masjid asal ke dinding perluasan waktu itu.
Prasasti perluasan masjid ini diukir di atas pintu masuk dalam bahasa Arab Melayu yang berbunyi sebagai berikut:”Hijrah an-Nabi Saw 1315. Telah selesai membaiki dan membesari masjid ini oleh Paduka Pangeran Penghulu Nata Agama Mustofa ibn Kamaluddin, menjalankan wakaf muslimin.”
Sampai akhir hayatnya, R. Mustofa setidaknya menikah dengan empat orang isteri, di antaranya Kenika Zainur Embok Temenggung Wiro Negara. Dari pernikahan ini ia memperoleh 13 putera-puteri, masing-masing:
- R.A. Mazena (1862-1886).
- R. Masyhur Nanang (1864-1934).
- R.A. Maimunah (1866).
- R.M. Mansur (1869).
- R.M. Ali (1870-1899).
- R. Usman (1870-1902).
- R.A. Jamilah (1872-1881).
- R.Abdurrahman(1875).
- R.A. Halimah (1878).
- R.A. Sedep (1880).
- R. Hamim (w.1946).
- R. Hasan.13. R.A. Aisyah. dll
Pangeran Penghulu Nata Agama Mustofa wafat sekitar tahun 1905, dan dimakamkan di Candi Walang. Sesudah periodenya, jabatan ketua Pengulon Palembang berobah menjadi Hoofd Penghulu.
Wallahu a’lam..
Palembang, 10 Mei 2020
Sumber buku: Mufti Palembang, 2018, Rafah press, Palembang, oleh Kemas Andi Syarifuddin, dkk.
No responses yet