Pada bulan Januari tahun 1932, pada waktu itu bertepatan dengan bulan Rhamadhan, M. Husni Thamrin mengajak Bung Karno menemui Habib Ali Al Habsyi di Kwitang, itulah awal mula pertemuan Bung Karno dengan Habib Ali, yang pada waktu itu Bung Karno baru saja bebas dari penjara Sukamiskin ( 31 Desember 1931 ) dan setelah itu ia sempat menghadiri Kongres Indonesia Raya di Bubutan Surabaya, di lanjutkan menuju ke Batavia
Bila ada kegiatan di Batavia, Bung Karno menginap di kediaman Habib Ali, karna memang tempat kediaman Habib Ali di rasa cukup aman dari jangkauan pihak Belanda yang senantiasa memantau kegiatanya, jadi bila ada kegiatan ia berangkat dari Bandung ke Batavia lalu menginapnya di Kwitang, selama menginap tentu ia mengikuti kegiatan Habib Ali.
Hari Selasa tanggal 19 Januari 1932 berbetulan dengan 11 Rhamadhan 1350 H, saat itu Bung Karno baru saja tiba di Batavia, setelah mengikuti Sholat Tarawih di Masjid Kwitang lalu ia di jemput oleh Husni Thamrin untuk menghadiri acara di gang Kenari, dengan menggunakan sarung ia menghadiri acara yang dihadiri oleh banyak masyarakat
Dengan seringnya Bung Karno mengadakan kegiatan politiknya di Batavia, Habib Ali merasa khawatir akan keselamatan Bung Karno, lalu oleh Habib Ali di ingatkan agar mengurangi aktivitasnya karna Belanda waktu itu selalu siap menangkapnya kapan waktu saja, dan benar saja pada tahun 1933 ia di tangkap kembali setelah menghadiri acara di kediaman Husnin Thamrin
Tahun 1942 saat Jepang berhasil menduduki Jakarta dan Jawa, Bung Karno pun di bebaskan dan dibawanya ke Jakarta, saat itu ia bisa kembali menjalin silaturahmi dengan Habib Ali di Kwitang yang pada waktu itu baru pula dibebaskan oleh Jepang, karna oleh Jepang Habib Ali di tuduh sebagai kaki tangan Belanda dan di Jebloskan di penjara Glodok selama satu minggu lebih.
Setelah mendapatkan rumah di Pegangsaan yang di perbantukan oleh Jepang atas usaha Mr. Shimizu, Bung Karno memulai kegiatannya dengan ikut menghadiri kegiatan acara Tablig Akbar bersama Habib Ali, hingga yang ingin mengundangnya kerap menghubungi nomor telepon rumah Habib Ali di Kwitang, dan nomor telepon tersebut di kenal dengan nama nomor telepon revolusi.
Singkatnya pada tahun 1944 saat Jepang menjanjikan kemerdekaan Indonesia, Bung Karno mulai sibuk dengan segala kegiatannya, saat itu ia sempat mengadakan Rapat Akbar bersama Masyumi dan didukung oleh Umat Islam Jakarta, dan puncak acara itu di tutup doa oleh Habib Ali Alhabsyi.
Pada bulan Rhamadhan hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945 bertepatan dengan 9 Rhomadhon 1364 H, selepas Subuh ia menyempatkan menemui Habib Ali di kediamannya, ia memohon Doa restu karna akan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, setelah mendapat Doa restu ia segera kembali kekediamannya di pegangsaan dengan sepeda yang memang tidak jauh dari Kwitang, setelah itu Habib Ali meminta kepada beberapa murid – muridnya yang ada di Gondangdia untuk memantau kediaman Bung Karno.
Usai Shalat Jum’at di Masjid Kwitang, Habib Ali mendapat Khabar bahwa Indonesia telah di proklamasikan kemerdekaannya, waktu itu Habib Ali tidak menyia – nyiakan waktu segera naik ke mimbar Masjid dan lalu mengumumkan berita tersebut, dan Habib Ali menganjurkan agar segenap kaum muslimin memasang bendera warna merah putih, dan khabar itu menyebar luas di Jakarta, karna memang segala hal yang diumumkan di mimbar kwitang akan cepat sampai ke masyarakat luas di Jakarta dan sekitarnya.
- Mimbar Kwitang kerap dimanfaatkan oleh Dai Nipon ( Jepang ) mengumumkan segala kegiatannya, begitu juga dengan MIAI dan Masyumi.
Di tulis di Jakarta, Sabtu 2 Mei 2020 M – 9 Rhomadhon 1441 H
No responses yet