Ini adalah masa dimana timbul banyak firqah dengan berbagai fikrah.
Yang memprihatinkan satu dan lainnya saling menyerang dengan membanggakan dalilnya masing-masing, lalu menjatuhkan dalil yang lain. Lalu, yang paling memprihatinkan adalah munculnya firqah yang merasa paling layak, pantas, dan pasti masuk surga dengan keyakinan mereka atas fikrah mereka.
Dalam situasi seperti ini, maka jika kita ingin selamat, tenang, dan jauh dari rasa takut dan cemas akan amalan yang kita jalani ; takut sesat, takut dibilang bid’ah, dan takut dimusuhi…
Kita harus mengokohkan diri dengan berbagai sikap batin, yakni :
Pertama ; taslim. Tunduk dan patuhlah semata kepada Allah. Wujudkan bentuk ketundukan dan kepatuhan itu dengan mempelajari secara benar pengetahuan agama dari sumbernya yang kuat. Bukan sekedar membaca teks lalu ditafsirkan sendiri. Tapi belajarlah pada para ulama di bidangnya masing-masing ; Tauhid/Aqidah, Fiqih/Syariah, Akhlak/Tasawuf dan ilmu-ilmu dasar lainnya yang menjadi patokan utama pemahaman kita atas agama.
Kedua ; Tawajjuh. Jadikan Allah sebagai alasan untuk setiap ucap, sikap, dan perbuatan kita. Dalam hidup, jangan sesekali terjebak untuk hanya melihat peristiwa, kejadian, dan keadaannya ; tapi yakinilah, sepanjang ada Allah-nya, semua itu akan selaly menyadarkan dan menghadirkan hikmah. Sebab “bergantung kemanat hatimu menatap, di situlah cintamu menetap”.
Ketiga ; Muhsin. Kebaikan harus benar menjadi karakter diri. Bukan sekedar berbuat baik, tapi kebaikan sudah menjadi identitas dirimu. Sebagaimana kita belajar dari-Nya yang al Rahman dan al Rahim adalah asma-Nya. Jadilah pribadi yang identik dengan kebaikan. Agar setiap orang yang mengingat kebaikan, mengingatmu juga.
Mulailah belajar memberi sebelum diminta, memperhatikan orang-orang lemah, berbagi dan lagi, lagi, lagi. Maka kebaikan menetap dalam dirimu, atau bahkan dirimulah yang dibuat oleh-Nya menetap dalam kebaikan.
Semua tak akan berhasil, jika prosesnya dikhianati. Maka, peganglah dua wasiat besar nabi kita ; al Quran dan as Sunah. Belajarlah pada Guru. Berkhidmatlah di dalamnya. Jangan menjadi manusia dadakan. Mendadak kaya saja bisa membuatmu linglung. Apalagi mendadak ustadz, mendadak ulama, mendadak kyai, dan mendadak sufi. Semua ada prosesnya, dan tentu ada rentangan waktu relatif lama.
Selamat belajar, utamakan adab agar tidak kurang ajar. Menjadi berilmu, sejatinya menjadi terpelajar. Bersikaplah wajar…
No responses yet