Categories:

Mungkinkah ruh manusia yang sudah meninggal saling berinteraksi dan secara ‘misteri’ Allah tempatkan disekitar kita? Entah di alam malakut, alam lahut, alam nasut atau jabarut. Dan tidak menutup kemungkinan antar alam tersebut saling terkait. Wallahu a’lam.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah mati suri. Dalam dunia medis dikenalkan juga istilah NDE (Near Death Experiences) atau pengalaman menjelang kematian.

Salah satu peneliti kasus NDE, dr. Raymond Moody seorang dokter sekaligus psikolog mewawancarai lebih dari 100 orang yang pernah mengalami mati klinis. Walaupun pengalamannya beragam, namun semuanya berbasis satu prinsip. Saat mengalami “kematian” mereka merasa keluar dari tubuh mereka melihat tim dokter dan para jururawat sedang berjuang menyelamatkan kembali kehidupan mereka. 

Ketika gagal dan dinyatakan “meninggal” mereka merasa tertarik membumbung kesatu ruang gelap tapi mendengar aneka suara. Ruh mereka melihat tubuh yang sudah tidak bernyawa dari arah langit-langit tempat mereka dibaringkan. Perasaan tenang, hening mulai mendominasi. Juga terlihat kilas kehidupan yang telah dilalui.

Ada juga pengalaman pasien yang diwawancarai bertemu dengan ibu tercintanya sekaligus menyaksikan apa yang dilakukan tim dokter. Sehingga saat “hidup” kembali, ia bisa menceritakan secara akurat dua pengalaman dengan dua dimensi tersebut. “Bagaimana mungkin informasi yang begitu akurat dan dapat dibuktikan kebenarannya dihasilkan dari sebuah halusinasi?”paparnya….

Fenomena NDE menjadi menarik saat jiwa orang yang mengalami bertemu dengan orang lain yang sudah meninggal (biasanya orang yang dicintai) pada saat yang sama mendengar pembicaraan orang disekitar jasad kasarnya.

Hampir semua orang yang mengalami mati klinis ini semakin kuat keyakinannya akan adanya alam lain selain alam dunia.

Dibalik semua itu, teori ilmiah yang sudah teruji secara eksprimental ini meneguhkan kembali keyakinan sufistik bahwa jiwa manusia sebenarnya diformat Tuhan untuk abadi dan bisa masuk keruang keabadian. Bahkan komunikasi antar jiwa tidak dibatasi garis demarkasi-teritorial. Hanya saja tubuh (fisik) manusia yang membuatnya tidak bebas, terpenjara, dan tidak bisa menembus alam lain serta berkomunikasi dengan jiwa-jiwa yang lain yang sudah lebih dahulu menghuni alam lain.

Untuk bisa melepaskan diri dari penjara fisik ini, tidak ada cara lain selain melepaskan jiwa dari ketertarikan, keterikatan dan kesenangan duniawi maupun jasadi.

Wajar kalau diantara para kekasih Tuhan (awliya’) saling berkunjung, saling berziarah sekalipun beda dimensi dan beda alam. Itu tidak lain karena interaksi ini terjadi antara jiwa-jiwa yang bersih dari aspek bendawi dan jasadi. Jadi silaturrahmi yang sudah naik maqom menjadi silaturruh.

 _“Ya ayyuhan nafsul muthmainnah, irji’i ila rabbiki radhiyatam mardhiyyah”_

  (wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati puas lagi diridhai-Nya)

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *