Setiap ada perhelatan Pemilu, entah itu Pilleg, Pilpres ataupun Pilgub, Pilwali dan Pilbup (Pilkada), selalu saja pengurus dan warga NU Kal-Sel dibuat repot, bahkan sampai ribut, tegang dan kisruh. Hal ini terjadi, tidak sekali saja, tapi sudah berkali-kali dan berulang-ulang setiap musim Pemilu. Seolah-olah ini, membenarkan pernyataan beberapa pengamat bahwa NU di Kal-Sel adalah NU politik atau sekurang-kurangnya sebagai NU kental warna politik. 

Gara-gara situasi begitu, dirasakan setiap usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan gerakan sosial, gerakan ekonomi, gerakan pendidikan, gerakan kebudayaan dan gerakan intelektual NU menjadi ambyar, muspro dan mengalami kegagalan. Dulu sempat teman Dr. Ahmad Syadzali M.Fil (Pembantu Dekan II, Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Antasari), membentuk gerakan intelektual kaum Muda NU hampir berusia 3 tahun lebih dan sudah mulai melahirkan beberapa pemikir muda NU. Sayang seribu kali sayang, pas datang waktu musim semi Pemilu dan gencarnya gerakan politik, mereka calon pemikir muda NU tergoda dengan rayuan politik yang memang menjanjikan keuntungan sesaat dan memperoleh materi secara instan. Celakanya lagi, seniornya yang menjadi politisi dengan seenaknya memobilisasi junior-juniornya untuk terlibat ke dalam politik praktis mereka tanpa merasa berdosa telah merusak gerakan intelektual yang telah lama dibina.

Apakah sekarang akan terjadi lagi atau terulang kembali ? Mudah-mudahan tidak lagi terjadi, karena sudah muncul kesadaran di kalangan pengurus dan warga NU Kal-Sel, meskipun masih sebagian saja bahwa NU bukan organisasi politik. Pada fithrah dan khittahnya NU itu organisasi sosial keagamaan yang menjaga jarak yang sama dengan partai Politik, termasuk PKB (yang dibidani NU) dan PPP (bekas rumah NU). Meskipun dahulu NU pernah menjadi Partai Politik dan pernah berafiliasi dengan salah satu Partai Politik, tapi sekarang sudah kembali pada organisasi sosial keagamaan. Pengurus Inti NU dilarang rangkap jabatan dengan pengurus partai politik termasuk ketika mencalonkan diri sebagai kandidat Gubernur-Wakil Gubernur, Walikota-Wakil Walikota dan Bupati-Wakil Bupati. Suatu hal yang sangat baik, ketika Ketua PWNU Kal-Sel Drs. H. Abdul Haris Makki MM, menjadi calon Walikota Banjarmasin, dengan kesadaran penuh mematuhi tata tertib berorganisasi, beliau mengundurkan diri sesuai dengan AD/ART, dan menyerahkan pengunduran dirinya kepada Syuriah PWNU Kal-Sel untuk mencari pengganti yang dianggap layak dari pengurus di bawahnya. Demikian juga, apa yang dilakukan Tuan Guru H. Ahmad Fadlan sebagai Ketua Syuriah PCNU Martapura, mengundurkan diri karena akan menjadi kandidat Wakil Bupati Kabupaten Banjar.

Di sisi yang lain, nampak secara umum pengurus dan warga NU tidak lagi tergoda dengan rayuan manis politik. Entah karena masih merebaknya Covid 19 atau mereka sudah mulai dewasa berpolitik yakni sudah berupaya keras tidak terlibat politik praktis dan memulai dengan gerakan high politic (berpolitik tanpa panggung) yang berorientasi pada pemberdayaan rakyat dan kemaslahatan umat. Di pengurus PWNU sudah mulai tekun dengan gerakan Dakwah dan Pendidikan dengan membina sebuah perguruan tinggi NU (Unukase) yang kian tahun kian berkembang baik secara kuantitas maupun kualitas. Selain itu, PCNU Martapura, tempat lahirnya NU di Kalimantan, dalam kilasan pengamatan saya nampak gerakan sosial NU sangat marak seperti gerakan intelektual, gerakan ekonomi, gerakan pendidikan dan sebagainya sudah terdengar keras tidak lamat-lamat lagi. Hal ini, diiringi oleh sikap politisi NU, sepertinya para politisi NU di daerah sini sudah matang dan dewasa bisa bermain politik yang cantik. Jika boleh ditamsilkan mereka memakai jaket yang berbeda-beda atau beragam, tapi punya baju dalam yang sama dan berwarna seragam. Mereka bisa menciptakan kaukus NU di lembaga legislatif dan eksekutif di daerahnya, sebaliknya, mereka sadar untuk tidak membawa kepentingan partai politik ke dalam NU yang menjadi ideologi dan panutannya. Semoga embirio gerakan sosial NU di Kal-Sel ini terus berkecambah, tumbuh dan berkembang serta mewangi restu menyebar kedamaian dan rahmatan lil ‘alamin bagi segenap masyarakat Kal-Sel, bangsa, negara dan dunia. Amin ya mujibas sailin

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *