_”Beruntung sekali orang yang mampu menahan lisannya, luas rumahnya, dan menangis atas kesalahannya”_
Nabi Muhammad Saw
Keberuntungan dapat diperoleh oleh siapa saja. Tak terkecuali oleh beberapa orang yang kriterianya disebut oleh Nabi Saw., sebagai orang yang sangat beruntung. Siapa saja di antara orang-orang yang beruntung itu?
Keberuntungan diperoleh di antaranya bagi siapa saja yang mampu menahan lisannya. Orang yang mampu menahan lisannya dikatakan sebagai orang yang beruntung sebab ia dapat menguasai bagian penting dalam dirinya. Mampu menguasai lisan berarti mampu menguasai diri. Sebagaimana orang bijak mengatakan, di antara sebab kerusakan diri adalah memperbanyak perkataan–yang tidak bermanfaat dan dapat melukai orang lain.
Siapapun yang mampu menahan atau menjaga lisannya dari perkataan yang tidak baik, perkataan yang tidak berfaedah, perkataan yang merugikan diri sendiri dan orang lain, maka orang seperti ini dikatakan sebagai orang yang sangat beruntung. Ia mampu memosisikan lisannya untuk berkata, berujar, untuk memberi manfaat bukan bahaya. Untuk kebaikan bukan untuk keburukan.
Keberuntungan berikutnya digapai oleh, orang yang rumahnya mampu meluaskan penghuninya. Maksudnya, penghuni rumah itu merasa rumah adalah tempat terbaik bagi dirinya. Tempat terbaik untuk beristirahat, tempat terbaik untuk bersendagurau, dan tempat terbaik untuk menjernihkan hati dan pikirannya.
Rumah yang demikian laiknya surga. Rumah yang menenangkan bagi penghuninya. Membuat penghuninya selalu rindu untuk memasukinya. Rumah yang benar-benar sebagai tempat paling asyik dalam hidup penghuninya.
Selanjutnya, keberuntungan juga didapatkan oleh orang yang menangisi kesalahnnya. Yakni mereka yang senantiasa menyesali keburukan yang telah dilakukan. Kemudian menggantikannya dengan kebaikan.
Tangis atas kesalahan adalah bagian penyesalan, yang sewajarnya terjadi. Siapa yang menangisi kesalahan masa lalu kemudian tidak mengulanginya lagi dan menggantikan kesalahan itu dengan kebaikan maka keberuntugan akan senantiasa menghampirinya. Dalam maknannya yang lain, tangis atas kesalahan juga sebagai simbol adanya introspeksi diri, atas perbuatan yang dilakukan. Untuk kemudian sebagai titik awal melakukan perbaikan di masa mendatang.
Demikianlah beberapa kriteria orang-orang yang beruntung. Semoga jika tidak semuanya minimal satu di antaranya ada pada diri kita.
Wallahu A’lam Bisshawab
Kediri, 15-01-2020.