Ketika aku memberi makan pada orang kelaparan kau sebut aku pahlawan. Namun ketika aku bertanya mengapa mereka kelaparan, kau sebut aku komunis—Dom Helder Camara

*^^^**

Kang Sedjo. Usia 91 Tahun. 78 tahun ia hidup dijajah Kompeni. 13 tahun sisanya dijajah bangsa sendiri. Ia ditakdirkan menjadi pejuang seumur hidup. Bahkan harus berjuang melawan takdirnya sendiri. 

Tak semua pahlawan dikenang, tak sedikit yang dimusuhi dan dilawan.  Tak semua pahlawan mendapat penghormatan atau mendapat bintang jasa tak sedikit yang diadili dibui untuk waktu yang sangat lama karena beda haluan. Ada yang diam terima nasib dan perlakuan apapun itu, ada pula yang tak sabar kemudian menagih penghargaan. 

Sebagian kita malah masih kebingungan mendefinisikan apa itu pahlawan — siapa atau dimana ? Kemudian mencari pahlawannya sendiri sesuai kebutuhan. Lantas para pembesar negeri mencari justifikasi atau pembenaran agar disebut menghormati pahlawan.

*^^^*

Bunga dirangkai, seremoni dibuat laras bedil dibunyikan sebagai penanda telah menghormati dan mengenang jasa para pahlawan pada kuburan tempat dimana para pejuang di istirahatkan. 

Semaun, Alimin, Darsono juga ikut melawan kompeni tapi tak layak disebut pahlawan. Kertosuwirjo harus dikejar-kejar, ditangkap, diadili dan dibui karena idelogi yang salah. Bung Hatta pun terpisah dengan Soekarno karena beda haluan dan memilih jalan berbeda. 

Soekarno dirumahkan, anak turunnya ditindas selama rezim orde baru berkuasa. Megawati dkeroyok dan digulingkan dalam peristiwa kuda tuli. Sebelum kemudian keadaan berbalik berkuasa dan menindas. Pahlawan adalah siapapun yang berjasa termasuk orang tua kita atau siapapun yang patut dikenang karena kerja kerasnya layak ditimbang. 

*^^^*

Pahlawan dan pemberontak itu beda tipis — bergantung siapa pada posisi apa. Tanyakan pada kompeni Belanda: Pangeran Diponegoro itu pahlawan apa pemberontak ? Di hari pahlawan ini saya mengenang kedua orang tuaku dan kakek buyutku yang mewariskan tanah, masjid, kebun, sawah dan rumah, mengenang Kyai Dahlan yang memberiku ruang untuk berpikir maju, mengenang Prof Malik Fadjar yang memberi kesempatan dan peluang berkhidmah di Universitas Muhammadiyah Malang, kepadanya aku mengenang dan mendoakan

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *