Categories:

Oleh: Yosep Hermawan

Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh telah mengatur bagaimana adab-adab
serta batasan-batasan dalam pergaulan. Pergaulan sangat mempengaruhi kehidupan seseorang.
Dampak buruk akan menimpa seseorang akibat bergaul dengan teman-teman yang jelek,
sebaliknya manfaat yang besar akan didapatkan dengan bergaul dengan orang-orang yang baik.
Pengaruh Teman Bagi Seseorang
Banyak orang yang terjerumus ke dalam lubang kemakisatan dan kesesatan karena pengaruh
teman bergaul yang jelek. Namun juga tidak sedikit orang yang mendapatkan hidayah dan
banyak kebaikan disebabkan bergaul dengan teman-teman yang shalih.

Dalam sebuah hadits Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang peran dan
dampak seorang teman dalam sabda beliau :
Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan
seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau
engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan
bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu,
dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari
5534 dan Muslim 2628)

Perintah Untuk Mencari Teman yang Baik dan Menjauhi Teman yang Jelek
Imam Muslim rahimahullah mencantumkan hadits di atas dalam Bab : “Anjuran Untuk
Berteman dengan Orang Shalih dan Menjauhi Teman yang Buruk”.

Imam An Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa dalam hadits ini terdapat permisalan
teman yang shalih dengan seorang penjual minyak wangi dan teman yang jelek dengan seorang
pandai besi. Hadits ini juga menunjukkan keutamaan bergaul dengan teman shalih dan orang
baik yang memiliki akhlak yang mulia, sikap wara’, ilmu, dan adab. Sekaligus juga terdapat
larangan bergaul dengan orang yang buruk, ahli bid’ah, dan orang-orang yang mempunyai
sikap tercela lainnya.” (Syarh Shahih Muslim 4/227)

Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah mengatakan : “Hadits di ini menunjukkan larangan
berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Hadits ini juga
mendorong seseorang agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat
dalam agama dan dunia.”( Fathul Bari 4/324)

Manfaat Berteman dengan Orang yang Baik
Hadits di atas mengandung faedah bahwa bergaul dengan teman yang baik akan mendapatkan
dua kemungkinan yang kedua-duanya baik. Kita akan menjadi baik atau minimal kita akan
memperoleh kebaikan dari yang dilakukan teman kita.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’adi rahimahullah menjelaskan bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam memberikan permisalan pertemanan dengan dua contoh (yakni penjual
minyak wangi dan seorang pandai besi).
Bergaul bersama dengan teman yang shalih akan mendatangkan banyak kebaikan, seperti
penjual minyak wangi yang akan memeberikan manfaat dengan bau harum minyak wangi. Bisa
jadi dengan diberi hadiah olehnya, atau membeli darinya, atau minimal dengan duduk
bersanding dengannya , engkau akan mendapat ketenangan dari bau harum minyak wangi
tersebut.

Kebaikan yang akan diperoleh seorang hamba yang berteman dengan orang yang shalih lebih
banyak dan lebih utama daripada harumnya aroma minyak wangi. Dia akan mengajarkan
kepadamu hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan agamamu. Dia juga akan memeberimu
nasihat. Dia juga akan mengingatkan dari hal-hal yang membuatmu celaka. Dia juga senantiasa
memotivasi dirimu untuk mentaati Allah, berbakti kepada kedua orangtua, menyambung
silaturahmi, dan bersabar dengan kekurangan dirimu. Dia juga mengajak untuk berakhlak
mulia baik dalam perkataan, perbuatan, maupun bersikap.

Sesungguhnya seseorang akan mengikuti sahabat atau teman dekatnya dalam tabiat dan
perilakunya. Keduanya saling terikat satu sama lain, baik dalam kebaikan maupun dalam
kondisi sebaliknya. Jika kita tidak mendapatkan kebaikan-kebaikan di atas, masih ada manfaat
lain yang penting jika berteman dengan orang yang shalih. Minimal diri kita akan tercegah dari
perbuatan-perbuatn buruk dan maksiat.

Teman yang shalih akan senantiasa menjaga dari maksiat, dan mengajak berlomba-lomba
dalam kebaikan, serta meninggalkan kejelekan. Dia juga akan senantiasa menjagamu baik
ketika bersamamu maupun tidak, dia juga akan memberimu manfaat dengan kecintaanya dan
doanya kepadamu, baik ketika engkau masih hidup maupun setelah engkau tiada. Dia juga akan
membantu menghilangkan kesulitanmu karena persahabatannya denganmu dan kecintaanya
kepadamu. (Bahjatu Quluubil Abrar, 148)

Mudharat Berteman dengan Orang yang Jelek
Sebaliknya, bergaul dengan teman yang buruk juga ada dua kemungkinan yang kedua-duanya
buruk. Kita akan menjadi jelek atau kita akan ikut memperoleh kejelekan yang dilakukan teman
kita.

Syaikh As Sa’di rahimahulah juga menjelaskan bahwa berteman dengan teman yang buruk
memberikan dampak yang sebaliknya. Orang yang bersifat jelek dapat mendatangkan bahaya
bagi orang yang berteman dengannya, dapat mendatangkan keburukan dari segala aspek bagi
orang yang bergaul bersamanya.
Sungguh betapa banyak kaum yang hancur karena sebab keburukan-keburukan mereka, dan
betapa banyak orang yang mengikuti sahabat-sahabat mereka menuju kehancuran, baik mereka
sadari maupun tidak.

Oleh karena itu, sungguh merupakan nikmat Allah yang paling besar bagi seorang hamba yang
beriman yaitu Allah memberinya taufik berupa teman yang baik. Sebaliknya, hukuman bagi
seorang hamba adalah Allah mengujinya dengan teman yang buruk. (Bahjatu Qulubil Abrar,
185)

Kebaikan Seseorang Bisa Dilihat Dari Temannya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan teman sebagai patokan terhadapa baik
dan buruknya agama seseorang. Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kepada kita agar memilih teman dalam bergaul. Dalam sebuah hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ال مرء ع لى دي ن خ ل ي له ف ل ي نظر أحدك م من ي خال ل

“Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah
yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al
Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)

Jangan Sampai Menyesal di Akhirat
Memilih teman yang jelek akan menyebakan rusak agama seseorang. Jangan sampai kita
menyesal pada hari kiamat nanti karena pengaruh teman yang jelek sehingga tergelincir dari
jalan kebenaran dan terjerumus dalam kemaksiatan. Renungkanlah firman Allah berikut :

“ Dan ingatlah ketika orang-orang zalim menggigit kedua tanganya seraya berkata : “Aduhai
kiranya aku dulu mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakaan besar bagiku. Kiranya dulu aku
tidak mengambil fulan sebagai teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari
Al Qur’an sesudah Al Qur’an itu datang kepadaku. Dan setan itu tidak mau menolong
manusia” (Al Furqan:27-29)
Lihatlah bagiamana Allah menggambarkan seseorang yang teah menjadikan orang-orang yang
jelek sebagai teman-temannya di dunia sehingga di akhirat menyebabkan penyesalan yang
sudah tidak berguna lagi.

Sifat Teman yang Baik
Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah berkata :

“ Secara umum, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat memiliki lima sifat
berikut : orang yang berakal, memiliki akhlak yang baik, bukan orang fasik, bukan ahli bid’ah,
dan bukan orang yang rakus dengan dunia” (Mukhtasar Minhajul Qashidin 2/36).
Kemudian beliau menjelaskan : “Akal merupakan modal utama. Tidak ada kebaikan berteman
dengan orang yang bodoh. Karena orang yang bodoh, dia ingin menolongmu tapi justru dia
malah mencelakakanmu.

Yang dimaksud dengan orang yang berakal adalah orang yang memamahai segala sesuatu
sesuai dengan hakekatnya, baik dirinya sendiri atau tatkala dia menjelaskan kepada orang ain.
Teman yang baik juga harus memiliki akhlak yang mulia. Karena betapa banyak orang yang
berakal dikuasai oleh rasa marah dan tunduk pada hawa nafsunya, sehingga tidak ada kebaikan
berteman dengannya.

Sedangkan orang yang fasik, dia tidak memiliki rasa takut kepada Allah. Orang yang tidak
mempunyai rasa takut kepada Allah, tidak dapat dipercaya dan engkau tidak aman dari tipu
dayanya. Sedangkan berteman denagn ahli bid’ah, dikhawatirkan dia akan mempengaruhimu
dengan kejelekan bid’ahnya. (Mukhtashor Minhajul Qashidin, 2/ 36-37)

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *