“Hamba Allah yang paling dibenci-Nya ialah orang yang pakaiannya lebih baik dari amalnya. Pakaiannya adalah pakaian para nabi, sedang amalnya, amal orang-orang yang sombong.”
HR. Dailami
Menyelaraskan antara lisan dan laku sangatlah penting. Tak cukup rasanya lisan yang fasih menasehati namun tidak didukung dengan prilaku yang dapat diteladani. Prilaku yang seperti ini kurang terpuji, sebab tidak kebersesuaian antara lisan dan laku.
Sepadan dengan menyelaraskan antara lisan dan laku, yakni menyelaraskan antara pakaian dan perbuatan. Jangan sampai pakaian yang menawan mencerminkan prilaku arogan. Sebagaimana, dalam sebuah riwayat di sebutkan, ” Hamba yang paling dimurkai Allah yakni seseorang pakaiannya lebih baik dari perbuatannya. Pakaiannya mirip nabi, namun prilakunya, seperti prilaku orang yang sombong.”
Dari riwayat di atas mendasari pemahaman bahwa, pakaian yang dikenakan harus sesuai dengan perbuatan. Jangan sampai, pakaiannya lebih baik dari perbuatannya. Semisal, pakaiannya gambaran dari pakaian nabi, namun perbuatannya layaknya perbuatan setan. Suka memprofokasi dan melakukan aksi anarki.
Di sisi lain orang yang demikian berhak mendapat kriteria hamba yang paling dimurkai oleh Allah. Penulis menduga bahwa, orang yang mengutamakan tampilan lahir namun minus dalam laku perbuatannya dapat menjadi fitnah. Tampilan yang mengecoh dan menipu.
Maka kemudian agar tidak terkecoh oleh tampilan luar seseorang, menjadi penting juga melihat prilakunya. Jika pakaian yang dikenakan telah sesuai dengan perbuatan maka yang demikian sudah selaras dan berimbang. Pada puncaknya tidak akan menimbulkan fitnah dan salah paham.
Nah demikianlah sebuah pelajaran penting bahwa perbuatan atau laku menjadi segalanya. Ia menjadi tolak ukur kebaikan. Bukan kebaikan itu mengacu pada manisnya lisan dan eloknya pakaian.
Wallahu A’lam Bisshawab.
Kediri, 28-01-2021.
No responses yet