Kalau Anda jalan-jalan ke persawahan di Madura saat musim tanam tembakau, jangan kaget kalau sehabis subuh melihat kekompakan masyarakat bersemangat untuk menyiram tembakau. Laki dan perempuan, yang tua dan yang muda, semuanya bekerja, kecuali yang sakit. Saya bukanlah sebuah pengecualian. Saat kecil dulu, saya dibelikan timba air berukuran kecil untuk membantu abah ummi menyiran tembakau. Demikian juga adik saya, kecuali si bungsu yang sudah masuk era “manja.”

Masyarakat Madura aslinya adalah masyarakat pekerja. Namun tentu saja tanpa mengurangi jatah waktu ibadah. Oleh karena itu Madura dikenal sebagai serambi Madinah, msyarakatnya sebagai masyarakat relijus. Jika ada yang tidak begitu, itu berarti sebuah penyimpangan. Abah saya biasanya berangkat ke sawah pagi hari seusai mengajar kitab Sullamuttafiq atau Bidayatul Hidayah kepada santri-santrinya. Demikian juga sore hari. Ngopeni santri untuk akhirat, ngopeni sawah untuk dunia. Seimbang, bukan?

Rasulullah tak suka orang malas bekerja. Rasulullah mendoakan keberkahan untuk para pekerja. Rasulullah memuji  orang yang mandiri, bekerja dengan tangannya sendiri, dalam hidup. Rasulullah pernab bertanya kepada seseorang yang di masjid terus tanpa bekerja: “Bagaimana dengan urusan makanmu?” Orang itu menjawab bahwa saudaranyalah yang bekerja dan mengirimkan makanan. Kata Rasulullah: “Saudaramu itu lebih baik ketimbang kamu.”

Meski demikian, tidaklah berarti bahwa bekerja itu lebih utama dibandingkan ibadah. Urusan akhirat sudah pasti lebih baik ketimbang urusan dunia. Demikian kata banyak dalil. Karena itu, hidup hanya untuk bekerja tanpa ibadah tentu saja bertentangan dengan semangat  Islam. Bekerjalah untuk sekedar hidup di dunia yang sementara ini, beribadahlah untik kehidupan akhirat yang selama-lamanya.

Tulisan ini saya tulis saat menikmati beberapa santri menyapu halaman pondok, sebagian lainnya menyiram tanaman-tanaman penghijau pondok. Saya sendiri masih berjemur untuk mendapat vitamin D, sebentar lagi akan memantau burung-burung dan memetik buah-buahan yang sudah layak petik.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *