Categories:

Oleh : Nyi Ayu Nabillah May Sendy  Dan Sri Mila Ulfa Sari (Instansi : Universitas Muhammdiyah Prof. Dr. Hamka Program Studi – Psikologi)

Abstrak

Jiwa adalah makhluk ciptaan Allah Swt yang tidak tahu asalnya, bentuknya, dan kemana perginya. Kata yang diidentikan dengan kata “jiwa” biasannya, nafs, psyche, rohani, hati, spiritual, bathin, dll. Penyakit jiwa (psichoses) merupakan gangguan kepribadian yang ditandai oleh keterpurukan mental (profound-mental) dan masalah emosional. Penyakit tersebut dapat menyebabkan individu yang normal menjadi tidak mampu beradaptasi dengan masyarakat (abnormal). Dua istilah yang dapat dihubungkan dengan psychoses ini adalah insanity dan dementia. Insanity adalah istilah resmi yang menunjukkan bahwa individu tersebut mengalami kekacauan dan gangguan akibat tindakannya. Di lain waktu, istilah dementia digunakan untuk banyak kelainan mental, tetapi secara umum sekarang diartikan sebagai sinonim dengan gangguan mental (mental disorder) yang mencolok. Hampir semua penyakit jiwa ini disertai dengan dementia.

Artikel ini bertujuan untuk mengkaji konsep penyembuhan jiwa dalam Islam secara menyeluruh. Melalui pendekatan literatur, penelitian ini akan mengidentifikasi berbagai metode dan praktik yang diajarkan dalam Islam untuk menangani gangguan jiwa. Konsep-konsep seperti iman, takwa, sabar, tawakkal, serta praktik ibadah seperti shalat, zikir, puasa, dan membaca al-Qur’an akan dianalisis sebagai alat penyembuhan. Selain itu, penelitian ini juga akan membahas relevansi konsep penyembuhan jiwa dalam Islam dengan perkembangan ilmu psikologi kontemporer.

Pendahuluan

Kesejahteraan psikologis dan spiritual adalah perjalanan seumur hidup yang penting yang telah dieksplorasi secara luas dalam tradisi intelektual Islam. Mencapai wawasan tentang operasi psikologis dan spiritual seseorang sangat penting untuk membangun hubungan yang signifikan dengan Allāh dan mematuhi persyaratan iman kita. Sebagai pemeluk agama Islam, ikatan kita dengan Allah dan prinsip-prinsip spiritual kita terjalin dalam kehidupan sehari-hari dengan berbagai cara. Oleh karena itu, penggabungan faktor agama dan pengembangan identitas agama (hubungan pribadi dan hubungan Anda dengan Allah) penting dalam pertimbangan pengobatan untuk masalah kesehatan mental. Sangatlah penting untuk tidak meminimalkan pentingnya agama dan spiritualitas dalam kesehatan mental atau menganggap bahwa penyakit mental semata-mata disebabkan oleh kurangnya iman dan ketiadaan religiusitas.

Dalam perspektif Islam, penyakit jiwa sering diidentifikasikan dengan beberapa sifat buruk atau tingkah laku tercela (al-akhlak al-mazmumah), seperti sifat tamak, dengki, iri hati, arogan, emosional dan seterusnya. Hasan Muhammad as-Syarqawi dalam kitabnya Nahw ‘Ilmiah Nafsi (1970), membagi penyakit jiwa dalam sembilan bagian, yaitu: pamer (riya’), marah (al-ghadhab), lalai dan lupa (al-ghaflah wan nisyah), was-was (al-was-wasah), frustrasi (al-ya’s), rakus (tama’), terperdaya (al-ghurur), sombong (al-ujub), dengki dan iri hati (al-hasd wal hiqd). Beberapa sifat tercela tersebut ada relevansinya jika dianggap sebagai penyakit jiwa, sebab dalam kesehatan mental (mental hygiene) sifat-sifat tersebut merupakan indikasi dari penyakit kejiwaan manusia (psychoses). Jadi pada penderitanya sakit jiwa salah satunya ditandai oleh sifat-sifat buruk tersebut.

Pengembangan

Islam juga memiliki metode untuk penyembuhan jiwa dengan mengamalkan ibadah dan aturan yang diperbolehkan dalam islam, seperti sholat, dzikir, membaca al-quran, puasa , dan haji. Islam juga memiliki konsepnya, yaitu iman, takwa, sabar, tawwaqal. Kesehatan mental dalam Islam selalu dikaitkan dengan keimanan dan karena iman merupakan prinsip pokok dan sekaligus menjadi sumbu kebahagiaan hidup manusia, dan juga iman adalah penuntun dan sekaligus pengendali sikap, ucapan, tindakan dan perbuatan serta mengarahkannya menuju kebaikan, kebenaran, kesejahteraan dan kebahagiaan diri dan orang lain yang dilandasi nilai-nilai ilahiyah. Sedangkan ketaqwaan merupakan realisai keimanan yang diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan atau penghayatan terhadap hal-hal yang diperintahkan oleh Allah ﷻ dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.

iman yang dimaksud adalah salah satu pilar utama dalam agama dan pondasi hidup, ini juga merupakan kepercayaan yang mendalam dan tulus terhadap Allah Swt. Iman menjadi benteng terhadap godaan dan gangguan kesehatan mental, iman terletak di dalam hati, tidak dapat dilihat dengan mata zhahir karenanya ia merupakan konsepsi batiniyah, bila ditarik kedalam bidang ilmu disebut ilmu aqidah atau disebut juga ilmu tauhid, karena sasaran ilmu ini adalah hati.

Pembahasan

Seperti metode yang sudah dijelaskan bahwa islam mempunyai cara sendiri untuk penyembuhan jiwa, dan akan dibahas lebih kompleks. terapi mental sesuai anjuran Al-Qur’an dan Sunnah, yang dapat dijadikan pedoman mengatasi gangguan mental.

  1. Sholat

Sholat adalah dasar dari agama Islam. Setelah kejadian Mi’raj, Allah SWT mewajibkan umat muslim untuk melaksanakan sholat lima waktu. Salah satu syarat yang berkaitan dengan pelaksanaan sholat adalah thaharah atau bersuci dari najis.

Sholat menjadi bentuk kepatuhan kepada Allah SWT di mana seorang hamba selalu mengingat kepada-Nya. Perasaan ini menciptakan kejernihan jiwa dan spiritual. Ketika melaksanakan sholat, seseorang cenderung melepaskan semua emosi dan anggota tubuh, serta meninggalkan segala kesibukan dunia dan masalah yang ada.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an, terdapat 82 ayat yang menyebutkan bahwa sholat sangat berperan dalam meredakan segala bentuk masalah psikologis, seperti depresi akibat tekanan dan persoalan duniawi.

  1. Puasa

Puasa adalah salah satu bentuk terapi untuk kesehatan mental dan fisik, di mana salah satu syarat utama puasa adalah mampu menahan nafsu serta keinginan lainnya. Dengan demikian, akan terbentuk karakter seorang muslim yang memiliki jiwa sabar dalam menghadapi rasa lapar atau tantangan serta permasalahan yang dihadapinya.

Selain itu, dalam penerapan konseling, puasa digunakan sebagai terapi yang sangat efektif untuk membebaskan diri dari perasaan bersalah, dosa, serta depresi atau gangguan jiwa lainnya. Puasa dibedakan menjadi dua kategori, yaitu puasa fisik dan puasa psikis.

  1. Zikir

Dzikir adalah bentuk individu yang mengharapkan pengAmpunan dari Allah SWT. Zikir menjadi usaha seorang Muslim untuk selalu mengingat Allah SWT. Pandangan lain menyatakan bahwa meditasi dengan zikir dapat mengendalikan gejolak emosi atau perasaan negatif, sehingga mencapai ketenangan hati atau kenyamanan.

Proses meditasi dzikrullah akan berhasil jika seseorang mampu menghayatinya dan sepenuhnya terfokus kepada Allah SWT tanpa terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya, serta mengalihkan kesadaran fisik ke dalam bentuk jiwa. Relaksasi dengan dzikir ini menciptakan sikap pasif atau pasrah melalui pengulangan kata-kata, sehingga menghasilkan respons relaksasi berupa ketenangan ketika digabungkan dengan keyakinan.

  1. Membaca Al-quran

Membaca Al-Quran dapat membuka pandangan kita terhadap dunia, sehingga kita dapat tahu tentang dunia dan dapat menurunkan rasa kekhawatiran berlebihan kita sebagai manusia terhadap dunia. Membaca, mendengarkan, dan merenungkan ayat-ayat Al-Qur’an serta memahami maknanya. Allah telah memberikan manfaat dengan menyediakan Al-Quran tersebut bagi orang-orang yang mengalami gangguan jiwa dan pasien lainnya, termasuk mereka yang menderita penyakit fisik, dan Allah memberikan karunia dengan penyembuhan melalui Alquran.

hal ini merupakan salah satu karomah dari Allah. Serta Kesehatan Mental dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam, kebenarannya bersifat mutlak dan tidak ada keraguan di dalamnya karena ia diturunkan oleh Allah SWT, sebagai kitab suci yang berisi pedoman dan penjelasan, di mana dalam petunjuk tersebut terdapat banyak ayat yang berhubungan dengan kesehatan mental dengan berbagai istilah yang digunakannya sebagai sesuatu yang ingin dicapai oleh setiap manusia.

Referensi

https://uin-malang.ac.id/r/200501/islam-dan-masalah-kesehatan-jiwa.html
https://khalilcenter.com/articles/mental-health-101
https://islamdigest.republika.co.id/berita/qi66az335/bagaimana-islam-memandang-kesehatan-mental
https://jurnal.iain-bone.ac.id/index.php/latenriruwa/article/download/5219/1798
https://islamdigest.republika.co.id/berita/qi66az335/bagaimana-islam-memandang-kesehatan-mental
https://jurnal.iain-bone.ac.id/index.php/attadib/article/view/961

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *