Categories:

Oleh: Elva Suroyah*
Pada dasarnya karya sastra merupakan cerminan dari masyarakat dengan berbagai
nilai-nilai sosial. Suatu karya yang baik pada umunya tidak langsung menerangkan nilai
tertentu, namun keinginan masyarakat yang mau tidak mau tercermin ke dalam suatu karya
sastra. Oleh sebab itulah karya sastra tidak bisa lepas dari kehidupan sosial budaya dan
masyarakat yang digambarkannya sesuai dengan realita kehidupan. Cerita yang ada di dalam
cerita pendek kebanyakan bersifat fiksi, meski pun begitu, cerita yang ada di dalam cerpen
memiliki relevansi terhadap kehidupan nyata, karena bagian sumber cerita yang terjadi dalam
cerpen tersebut adalah berasal dari kehidupan nyata.
Hal ini saya peroleh dari pengarang bernama Aydha Zukhrufa melalui hasil karya
cerita pendeknya yang bertajuk Maafkan Malaikat Kecilmu. Cerpen tersebut memuat cerita
yang mungkin terkesan biasa saja namun terdapat banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat
diambil, dan dengan konflik-konflik batin yang bermunculan membuat kita seolah-olah
dibawa ke dalam dunia cerpen tersebut. Pada cerpen ini digambarkan kehidupan seseorang
yang berlatar belakang kurang mampu yang berasal dari pelosok desa yang jauh dari
harumnya dunia perkotaan, namun bertekad ingin mengejar kesuksesannya dengan cara
merantau. Cerita atau kisah-kisah seperti ini sangat lumrah atau lazim kita temui pada
kehidupan nyata, perantauan adalah jalan satu-satunya bagi seorang anak desa yang
menginginkan kesuksesan untuk merubah nasibnya di kampung halamannya.
Membaca cerpen Maafkan Malaikat Kecilmu mengingatkan saya pada cerita dongeng
Malin Kundang yang seperti kita ketahui cerpen tersebut sudah tidak asing lagi didengar,
cerita ini sangat legendaris ditelinga siapa pun, cerpen yang mengisahkan tokoh Malin
pemuda kampung yang hidup bersama Ibunya dengan keterbatasan ekonomi, di kampung
Malin adalah sosok pemuda tampan yang baik hati, suka menolong dan sangat patuh dengan
orang tua nya. Malin bertekad ingin merubah nasibnya dengan merantau dan berharap
menjadi orang sukses di kota, hingga pada akhirnya setelah kesuksesan menghampirinya , ia
lupa akan ibunya yang hidup seorang diri di kampung halamannya.
Aydha Zukhrufa menyajikan cerpen yang menarik untuk dibaca, menokohkan seorang
remaja perempuan bernama Frizka yang masih duduk di bangku sekolah, ia hidup bersama
Ibunya di kampung, hidupnya terbilang miris dengan perekonomian yang sangat memilukan.
Ibunya atau biasa disebut dengan mamak adalah seorang wanita tua single parent yang
bekerja sebagai buruh ladang, ia merupakan wanita pekerja keras, karena ia harus
menghidupi putri semata wayangnya bernama Frizka. Mereka tinggal di gubuk yang sangat
sederhana, dengan tembok kayu yang hampir roboh dan beralaskan tanah yang bergelombang
membuat rumah mereka terkesan memilukan. Jangankan untuk merenovasi rumah untuk
makan sehari-hari saja susah, begitulah gambaran dari keluarga Frizka
Frizka merupakan seorang pelajar yang baru duduk di bangku sekolah dasar, ia
memiliki kelebihan yang tak dimiliki oleh anak-anak lain, kecerdasan otaknya dalam bidang
akademis jauh di atas rata-rata teman sebayanya. Ketika Frizka sudah lulus sekolah ia
mendapatkan nilai yang fantastis, hingga pada akhirnya ia disarankan oleh Pak Tigor selaku
Kepala Sekolah nya agar Frizka dapat melanjutkan jenjang sekolah nya di kota, dengan
tujuan agar Frizka mampu mendapatkan pendidikan yang jauh lebih baik dibandingkan di
kampung dan dengan harapan dapat menjadi orang sukses di kota.
Salah satu hal yang menarik dari cerpen Maafkan Malaikat Kecilmu karya Aydha
Zukhrufa adalah dari seorang tokoh Frizka yang masih berusia belasan tahun, anak yang baru
lulus sekolah SD nekat memberanikan diri untuk merantau melanjutkan sekolahnya di kota
seorang diri, tanpa bekal pengalaman apapun dan didampingi oleh siapa pun. Hal ini sangat
jarang ditemui pada anak seusianya yang memiliki tekad besar untuk masa depan nya demi
merubah nasib hidupnya. Namun tetap saja perasaan dan hati tak bisa dibohongi, Frizka tak
kuasa meninggalkan mamak seorang diri di kampung. Mengingat besar harapan mamak
untuk Frizka menjadi orang sukses kelak, ia harus mengorbankan kebersamaannya bersama
mamak dan hidup secara terpisah.
Setelah kepergian Frizka ke kota, kian hari Mamak semakin rentan dengan penyakitpenyakit yang dideritanya, tubuh nya kian tak berdaya karena tak ada yang merawatnya, ia
hidup seorang diri, ditambah dengan pikiran Mamak tentang Frizka yang tak pernah ada
kabar, membuat Mamak merasa sangat kesepian dan semakin mencemaskan putri semata
wayangnya, hingga pada akhirnya Mamak wafat, Frizka pun tak mengetahui akan hal itu, ia
asyik dengan dunianya dan sibuk dengan aktivitasnya.
Kisah memilukan seperti Frizka dan Mamak kerap saya temui di kehidupan nyata,
banyak anak dizaman sekarang yang acuh terhadap orang tuanya. Orang tua merupakan
orang yang paling berjasa dalam hidup kita, mereka lah yang merawat dan melahirkan kita,
dengan susah payah nya, tanpa pamrih mereka membesarkan anaknya untuk dapat menjadi
anak yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Lantas sebagai anak hendaknya tidak
memperlakukan orang tua dengan tidak baik, melupakannya ketika kesuksesan telah
menghampiri dirinya merupakan hal yang menyakiti hati orang tua nya. Kutip dari seorang
Kepala Sekolah Frizka dulu yakni Pak Tigor yang menyesali saran yang ia berikan kepada
Frizka agar melanjutkan sekolahnya di kota, Tulis Aydha Zukhrufa dalam cerpen nya:
“Saya menyesal pernah menyarankan kau bersekolah di kota. Kau ternyata telah
melupakan Mamakmu yang telah melahirkan, merawat, dan menjagamu. Kau tahu,
setiap hari Mamakmu bekerja tanpa memedulikan derita yang dialaminya. Yang dia
pikirkan hanya kau dan bagaimana mencukupi biaya hidupmu. Namun kau tega telah
melupakannya. Kini Mamakmu sudah tiada, dan kau tak ada di sampingnya. Anak
macam apa kau ini!”.
Kini tinggal lah penyesalan yang ada, Frizka hanyalah hidup sebatang kara di tengah
keramaian kota, setelah kepergian mamak Frizka terus dihantu dengan rasa bersalahnya atas
perlakuannya kepada Mamak yang sibuk dengan aktivitasnya, kesukesasnnya di kota
membuat Frizka lupa akan mamak yang di kampung halamannya.
Alur cerita dari cerpen Maafkan Malaikat Kecilmu menarik, Aydha Zukhrufa mampu
mengemas cerita nya dengan sangat baik, menghadirkan suasana desa dengan menghadirkan
suasana sunyi, tenang dan damai, serta suasana kota yang ramai dan bising, sehingga kedua
latar tersebut sangat jelas dan sangat berbanding terbalik, dan juga ditambah dengan adanya
konflik-konflik batin antar tokoh yang membuat cerpen ini tidak terkesan hambar, serta ada
banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat kita ambil hikmahnya, dapat dijadikan pelajaran
hidup bagi kita untuk tidak mengabaikan bahkan melupakan kedua orang tua kita karena
nantinya hanyalah penyesalan didapatinya, cerita pendek yang sederhana namun menarik
untuk dibaca.
Profil Penulis
Saya Elva Suroyah, biasa dipanggil Elva, saya merupakan seorang mahasiswa dari
Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Alamat rumah di Kedungrandu, Kecamatan
Patikraja Kabupaten Banyumas. Hobi saya bermain voli

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *