Categories:

Oleh: Hana Rufaida dari Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA

Kesehatan mental dewasa kini menjadi hal yang sering diperbincangkan. Hal tersebut dapat kita lihat dari ramai nya berbagai platform dan promosi kesehatan mental di sosial media. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang menyadari akan pentingnya kesehatan mental bagi kehidupan. Namun, masih sedikit orang yang menjadikan ajaran ajaran Islam sebagai salah satu ikhtiar untuk melestarikan kesehatan mental. Padahal, ajaran yang ada pada Islam merupakan ajaran yang sempurna dan dipastikan membawa kebermanfaatan dan kebahagiaan bagi yang menerapkannya.

Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Maidah (5): 3 yang artinya, “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untulamı, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.” Dan QS. Taha (20): 123-124 yang artinya, “Dia (Allah) berfirman. Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sehagian yang lain. Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka (ketahuilah) barang siapa mengikutl petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Klamat dalam keadaan buta.

Menurut Kementerian Kesehatan. RI (2021) kesehatan mental yang baik adalah suatu keadaan di mana batin seseorang dalam keadaan tenang dan tentram sehingga dapat Menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar.

Menurut Kementerian Hukum dan HAM (2014) Undang-undang No. 18 Tahun 2014 Pasal 1, kesehatan mental adalah kondisi di mana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.

Menurut World Health Organization (2021) kesehatan mental adalah keadaan sejahtera di mana seseorang menyadari akan kemampuan yang dimilikinya, dapat mengatasi tekanan hidup. Yang normal, dapat produktif bekerja, dan mampu berkontribusi dalam komunitasnya. Ditinjau dalam perspektif Islam, kesehatan

Dan menurut Dr. Jalaluddin dalam bukunya “Psikologi Agama” bahwa: “Kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan)”. Pemikir Muslim, al-Ghazali, meyakini manusia sebagai makhluk jasmani- rohani dan aspek ruhiyah merupakan sebuah hakikat nyata. Terkait upaya menciptakan ketenangan jiwa, menjadikan Alquran sebagai representasi.

Ikhlas Juga merupakan salah satu topik kajian psikologi Islam yang memiliki kedudukan. Sangat tinggi dalam agama. Hal ini dikarenakan ikhlas merupakan perintah terbesar Allah, salah satu syarat diterimanya amal Ibadah, lawan dari kesyirikan, dan pondasi dari berbagai akhlak mulia. Ikhlas merupakan perintah terbesar Allah karena Allah menciptakan jin dan manusia untuk mengesakan-Nya dalam peribadatan. Konsep mengesakan Allah ini disebut sebagai taulud di mana tauhid tidak hisa terlepas dari keikhlasan, yaitu mengerjakan segala sesuatu semata-mata hanya untuk mengharap keridhaan Allah SWT Tauhid dan ikhlas merupakan perintah Allah yang paling tinggi.

Ikhlas menjadi salah satu syarat diterimanya ibadah. Hal ini dikarenakan ihadah tidak akan diterima. Kecuali dengan dua syarat, yaitu ikhlas dan mengikuti tuntutan Rasulullah SAW secara murni (Abuzaid, 2018). Berdasarkan sabda. Rasulullah SAW yang artinya, “Sesungguhnya Allah Tidak menerima suatu amal kecuali jika dikerjakan murni karena-Nya dan mengharap wajah-Nya (HR. Abu Dawud dan Alt-Nasa’i dengan sanad yang jayyid/bagus)”.

Berdasarkan hadist-hadist tersebut dapat kita lihat bahwa ikhlas memegang peranan yang sangat penting sebagai salah satu syarat sah diterimanya ibadah. Tanpa Ikhlas sebaik dan sebanyak apapun ibadah yang dikerjakan tidak akan diterima bahkan bisa menjadi kemaksiatan. Karena mempersembahkan ibadah yang dilakukannya kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ikhlas menjadi faktor penting agar bisa berakhlak mulia karena ikhlas akan memberikan dorongan kepada. Seseorang untuk senantiasa berbuat kebajikan demi mengharapkan ridha Allah, mematuhi perintah-Nya, dan mengharapkan balasan. Kenikmatan di akhirat kelak.

Kesimpulan yg dapat dibahas bahwa ikhlas memiliki peranan. yang penting terhadap kesehatan mental. Hal ini dikarenakan ikhlas dapat meningkatkan kompetensi diri dan sebab dari kebahagiaan serta ketenangan hati sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al Qur’an dan hadist.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *