Saat ngaji sorogan kitab Fathul Qorib setelah isya’, kita membahas tentang perbedaan antara kewajiban haji dan rukun haji. Salah satunya adalah tentang ihrom.

Salah satu rukun haji adalah Ihrom yang disertai dengan niat, dengan artian niat untuk masuk ke dalam ibadah haji. Sedangkan dalam kewajiban haji adalah Ihrom dari Miqot, baik miqot zamani maupun miqot makani.

Miqot zamani untuk haji dimulai pada 1 Syawwal sampai waktu Fajar hari ke 10 Dzul Hijjah. Waktu miqot zamani itu berjumlah kurang lebih 70 hari, yaitu Syawwal, Dzul Qo’dah dan sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah (sampai fajarnya malam ke sepuluh Dzul Hijjah). Miqot zamani untuk umroh adalah sepanjang tahun.

Miqot Makani untuk haji terdiri dari beberapa hal berikut:

1. Orang sudah bertempat di Makkah, ya Makkah itu sendiri. Baik asli penduduk Makkah maupun penduduk luar daerah yang sudah mukim di Makkah. Paling utama adalah Ihrom dilakukan dari Masjidil Harom, setelah mandi kemudian sholat dua raka’at.

2. Orang yang berangkat dari arah Madinah, maka berihrom di Dzul Hulaifah atau Bir Ali. Dzul Hulaifah berjarak sekitar 10 Marhalah dari kota Makkah dan 6 Mil dari Madinah.

3. Orang yang berangkat dari arah Syam, Mesir, dan Maghrib (seperti daerah Maroko) maka berikhrom dari Juhfah. Berikhrom dari daerah ini adalah pada zaman dahulu.

Syaikhona Maimoen Zubair menjelaskan bahwa saat masa-masa awal para Muhajirin berada di Madinah, mereka banyak yang terkena sakit Hummal Madinah (panas tinggi). Bahasa Mbah Maimoen adalah Jalmo Moro Jalmo Mati.

Kemudian Sayyidah Aisyah menghaturkan keadaan tersebut kepada Rosululloh. Rosululloh lantas berdoa:

“اللهم حبب إلينا المدينة كحبنا مكة أو أشد وصححها وبارك لنا في صاعها ومدها، وانقل حماها فاجعلها بالجحفة”.

Pada riwayat Imam Bukhori disebutkan:

“اللهم العن عتبة بن ربيعة، وشيبة بن ربيعة، وأمية بن خلف كما أخرجونا من أرضنا إلى أرض الوباء”.

Rosululloh berdoa agar wabah yang ada di Madinah dipindah ke daerah Juhfah. Setelah itu Juhfah menjadi daerah yang tidak dilewati. Selain itu, juga terjadi banjir bandang di Juhfah, sehingga daerah itu menjadi daerah tidak berpenghuni (Khorob). Penduduknya berpindah tempat ke daerah Robigh, dekat dengan Juhfah.

Dari situ kita mengetahui bahwa pada zaman dulu Madinah adalah daerah wabah penyakit. Mungkin dari sinilah ada sebagian kyai ahli mengobati penyakit memindahkan penyakit manusia ke hewan seperti kambing.

Untuk masa sekarang, orang yang berjalan dari arah Syam, Mesir dan Maghrib, maka berikhrom dari Dzul Hulaifah atau Bir Ali.

Dikatakan Syam karena di sana banyak gundukan seperti tahi lalat (Syamah dalam bahasa Arab). Gundukan (gunung) itu ada yang berwarna putih, merah dan hitam.

Syaikhona Maimoen Zubair sering mengupas ayat:

ألم تر أن الله أنزل من السماء ماء، فأخرجنا به ثمرات مختلفا ألوانها، ومن الجبال جدد بيض وحمار مختلف ألوانها وغرابيب سود. ومن الناس والدواب والأنعام مختلف ألوانه كذلك. إنما يخشى الله من عباده العلماء. إن الله عزيز غفور.

Bahwa ALLOH menurunkan dari langit air, Al-Qur’an atau ilmu. Kemudian setelah diturunkan, maka Al-Qur’an yang mengandung ilmu menjadikan orang yang dibuka hatinya menjadi orang alim.

Oleh karena itu, Al-Qur’an memindah dlomir ghoib yang ada pada kata أنزل yaitu Dia (أي هو), menjadi dlomir mutakallim muadzim nafsah pada kata أخرجنا yaitu Kami (أي نحن).

Dari air itu muncul berbagai macam-macam buah-buahan dan biji-bijian yang beranekaragam. Dari Al-Qur’an itu muncul berbagai ilmu pengetahuan yang bermacam-macam.

Dari gunung-gunung pun ada berbagai macam, ada yang putih, merah dan hitam. Begitu juga dari orang alim juga bermacam-macam, tidak sama dan tidak seragam.

Dari situ kita ambil pelajaran bahwa di negeri Syam banyak orang Alim di Sana. Begitu juga dari Mesir dan Maroko juga banyak menelorkan orang alim.

Hal itu saya pahami dari miqot makani untuk orang Mesir, Syam dan Maroko sama-sama dari satu tempat yaitu Juhfah.

Syaikhona Maimoen Zubair sudah mengunjungi ketiga daerah yang menelorkan orang-orang alim itu. Sebagian putra dan santri beliau juga ada yang mengaji di ketiga tempat itu.

Setelah itu, ayat itu menjelaskan bahwa yang benar-benar takut kepada ALLOH hanyalah ulama’. Semakin mengenal ALLOH, hukum-hukum ALLOH, ayat-ayat ALLOH, maka seseorang akan semakin takut kepada ALLOH.

Dari ayat itu kita semakin bertambah menghormati ulama’ karena ulama’ adalah orang yang mulia di sisi ALLOH dan orang yang mudah diampuni dosanya oleh ALLOH. Hal ini saya pahami dari dua sifat ALLOH untuk menutup ayat itu:

إنما يخشى الله من عباده العلماء.

Ayat ini ditutup:

إن الله عزيز غفور

Ya ALLOH…

4. Orang yang berangkat dari arah Tihamah Yaman (dataran tinggi Yaman), maka berikhrom dari Yalamlam.

Dilihat dari peta, Yaman berada di sebelah selatan timur Makkah, begitu juga dengan Indonesia. Maka orang-orang Indonesia berikhrom di Yalamlam.

Karena sama-sama dari arah selatan timur, maka Indonesia ini banyak mendapatkan berkah dari Yaman, dengan hadirnya para habaib dari Yaman. Banyak pula para santri Mbah Maimoen yang melanjutkan mengaji ke Yaman.

Mbah Maimoen menjelaskan bahwa yang dimaksud Yaman pada zaman dahulu adalah Shon’a, bukan Hadlromaut. Setelah ada penyatuan Yaman, maka Hadlromaut masuk ke negara Yaman.

Doa Nabi:

اللهم بارك لنا في شامنا ويمننا

Dan sabda Nabi:

الإيمان يمان والحكمة يمانية

Itu adalah Yaman Shon’a.

5. Orang yang berangkat dari arah Najd Hijaz (dataran tinggi Hijaz) maupun Najd Yaman (dataran tinggi Yaman), maka berikhrom dari Qornul manazil (gunung yang berjarak sekitar dua Marhalah dari Makkah).

6. Orang yang berangkat dari arah timur (Masyriq), Irak maupun khurosan, maka berikhrom dari Dzatu Irqin (desa yang berjarak sekitar dua Marhalah dari Makkah).

Sedangkan miqot makani untuk umroh bagi orang yang mukim di Makkah adalah tanah halal, dengan artian ia harus keluar dari Makkah menuju tanah halal untuk ihrom.

Semoga kita dimudahkan untuk berziarah ke Makkah dan Madinah.

Ditulis oleh Kanthongumur

Di Majlis Ta’lim Sabilun Najah

Kramatsari III Gg 7 Pekalongan

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *