Berbicara mengenai Pondok pesantren di Kajen, tidak terlepas dari perjuangan Syekh Mutamakkin sebagai waliyullah yang pernah tinggal di sana. Masyarakat di wilayah ini percaya bahwa Syekh Mutamakkin adalah seorang waliyullah (saint). Silsilah yang dipercaya masyarakat setempat menyatakan, ia keturunan bangsawan Jawa. Menurut beberapa catatan dan lokal historis, Syekh Mutamakkin dari garis Bapak adalah kerurunan Raden Patah (raja Demak) yang berasal dan Sultan Trenggono.

Desa Kajen merupakan Pusat perkembangan Islam di daerah Kabupaten Pati. Sehingga wajar saja, pengaruh ulama (kiai) di desa ini cukup besar. Selain merupakan desa perdikan, di desa ini terdapat makan waliyullah Syekh Mutamakkin yang mempunyai andil besar dalam mengembangkan Islam di wilayah Kabupaten Pati. Bahkan pada abad ke 20 telah berkembang menjadi pusat madrasah. Bersamaan dengan itu tumbuh pula pesantren-pesantren yang menjadi tempat pemondokan para murid. Salah satunya adalah Pesantren Pesantren Riyadlul Ma’la Al Amin. Pesantren ini sebenarnya bagian dari keluarga besar Pesantren As Salafiyah atau Pondok Kajen Wetan Banon yang berdiri tahun 1902 yang didirikan KH. Siroj untuk meneruskan perjuangan Syekh Mutamakkin yang diteruskan oleh putranya KH. Baedlowie dan saat ini bersama para generasi penerusnya sudah cukup berkembang menjadi lembaga pendidikan yang cukup berpengaruh di Kabupaten Pati.

Dan dalam rangka menjawab tantangan yang cukup serius itu, dan dengan maksud memperluas spektrum bidang garap Keluagra Besar Salafiyah, maka menantunya KH. Muhibbi Hamzawie (alm) mendirikan Pesantren Riyadlul Ma’la Al Amin yang mengkonsentrasikan diri pada pengkajian Falakiyah dan Faraidhiyah di mana awal tahun 2000 dilegalkan menjadi sebuah Yayasan sosial-Kegamaan Al Amin.  Pesantren ini cukup berkembang pesat baik dalam kuantitas maupun kualitas alumninya. Dengan asrama pemondokan santri yang cukup nyaman dan bersih, pesantren ini terus memberikan pelayanan yang terbaik bagi para penuntut ilmu.

Pondok Pesantren Riyadlul Ma’la Al Amin atau dikenal Pesantren RIMA didirikan oleh KHM Muhibbi Hamzawie pada tahun 1998 yang bergerak dalam bidang sosial kemasyarakatan serta untuk mendukung pengajaran di Madrasah Salafiyah. Beruntunglah, beliau memiliki banyak kolega semenjak beliau berkiprah di masyarakat sehingga membantu dan mendukungnya untuk terus melanjutkan misi mulia tersebut. Setelah pulang ke Rahmatullah, pada Kamis wage 3 Maret 2005/ 21 Muharrom 1426, pesantren ini diteruskan oleh putranya, yaitu  KHM. Ulil Albab, kiai muda yang pernah mengenyam pendidikan di Universitas Sultan Agung yang juga salah satu pimpinan di Madrasah Salafiyah.

Sosok Pendiri

Pendirinya, KHM. Muhibbi Hamzawie memang bukan sosok tokoh kiai yang dikenal banyak orang, namun beliau adalah figur inspirasi bagi keluarganya dan para santrinya untuk tetap melanjutkan perjuangannya. Kedua orang tuanya memiliki garis keturunan dengan Syekh Ahmad Al-Mutamakkin, seorang tokoh legendaris di desa Kajen-Margoyoso Pati Jateng. Di masa mudanya, beliau menunjukkan berbagai kemahirannya dalam ilmu-ilmu keagamaan terutama ilmu falak, ilmu faraidh, dan ilmu alat lainnya. Berbagai ilmu yang diperolehnya telah membentuk diri beliau untuk selalu berkarya menulis kitab-kitab dari berbagai bidang ilmu. Kepiawaiannya dalam membuat nadham (syair Arab) memudahkan beliau menyarikan ilmu-ilmu agar mudah dipelajari. Beberapa karangannya yang lebih dari 35 kitab kebanyakanya berupa nadhaman. Kitab-kitab karangannya antara lain; Ad durrotu al Tsaminah di ilmi al Faraidl, Fathu Dzil Qudratil Matiinah “Syarhud Durroh”, Ta’liqatun Wijaazun Adduroh, Qurratul ‘Ainanini dil ma’rifatul ijtima’ wal kusufain, Lu’lu’atu al Zuhur fi ma’rifati awa’ilus siniina was syuhuur, an Nuqayatul Mashfiyyah fi Ishthilahil fuqaha, Khairul Mantiq fi ilmil manthiq, Khiyaratush shiyaghah fi ilmi balaghah, Mishakus Shagaha syarhul khiyarah, Minhatul Wahhab syarhul kifayatit tullah fi qawaa’idil fiqhi, Mu’jam Nahwi (1000 bait), Tsamratul Hajain fi huquuqiz zaujain, ‘uddatul Muzdawijain fi Tsamratil Haajain, Al Izzai fi ndhmi tashrifil ‘izzi, Audlohut Thuraqat fi syarhil waraqat (Ushul Fiqh), Rayyanul Harari fi nadhmil Baajuri Harari, Gunyatul Abrari fi tarjamitis tsamrah, Qilaadatul La’ali limaa yuraa min thuruqil I’laali, Khoriidatul la’aali syarah qialdah, Al Munbalijah, dan lain-lain.

Namun keahlian beliau yang lebih dikenal banyak orang adalah dalam ilmu Falak dan ilmu Faraidl. Meskipun demikian, kemampuannya dalam bidang fiqhiyah juga membuat beliau sering memberikan ‘ijtihad’ yang lebih relevan dan kontekstual. Dalam hal keilmuan, meskipun usianya tidak jauh beda dengan KHMA. Sahal Mahfudh (Rois Am PBNU) dan berteman cukup lama, namun beliau tetap ta’dhim dan memposisikaan Mbah Sahal sebagai gurunya.

Nama lengkap Muhibbi Hamzawi adalah Muhammad Muhibbi bin Hamzawi, lahir di desa Kajen – Margoyoso Pati. pada tanggal 2 Februari 1938, dari pasangan Bapak Hamzawi dan Ibu Fathimah Sukarti. Beliau adalah anak sulung dari tiga bersaudara, dua saudara beliau yaitu Hj. Musti’ah Djayusman dan Hj. Musyarofah mundir beliau berasal dari keluarga orang biasa yang hidup prihatin di masa-masa kritis sebelum kemerdekaan bangsa Indonesia, dimana banyak para tokoh masyarakat yang diburu negeri penjajah. Beruntung, orang uanya tidak menjadi target utama tokoh yang ditangkap. Bapaknya berasal dari keluarga yang disegani masyrakat, karena kehati-hatiannya dalam bersikap kepada masyarakat, dan berbudi luhur. Pada tahun 1967, tepatnya tanggal 15 september 1967, beliau mempersunting Hj. Nihayah binti KH. Baidlowi sirodj, pendiri madrasah salafiyah kajen.

Perjalanan Intelektual

     Sejak masa kecil, beliau sangat rajin berburu ilmu meskipun membutuhkan perjalanan yang sangat sulit dan materi yang rumit. di masa mudanya, beliau menunjukan berbagai kemahirannya dalam ilmu-ilmu keagamaan terutama ilmu falak, ilmu faroidh, dan ilmu alat lainnya. Berkat kemahirannya inilah, di usia mudanya beliau sudah de beri tanggung jawab beberapa kiai unutk menjadi pengajar. Meskipun orang tuanya kurang mampu, namun tekad beliau untuk terus melanjutkan menunut ilmu ke-pesantren begitu kuat. Beruntung terdapat beberapa kerabat yang mau membantunya untuk mengejar cita-citanya tersebut. Bersama bebrapa temannya, termasuk KH. MA. Sahal Mahfudz, KH. Moh. Ma’mun Mujayyin, dan lain-lain. Beliau menuntut ilmu di Pesantren Sarang Rembang kepada KH. Zubeir. Beliau juga selalu menambah pengetahuannya dengan cara mencari guru-guru lain di tempat lain pula. Beliau juga pernah berjalan kaki setiap hari untuk untuk berguru di daerah terpencil yang jauh dari pesantren sarang hanya sekedar untuk mempelajari kitab yang dianggap sulit unutk dipelajari sendiri. Setiap bulan ramadhan, beliau juga selalu mengikuti pengajian kitab di pesantren-pesantren yang berbeda. Selain itu, beliau juga rutin menjalani tirakat untuk kebaikan, kemudahan dan keberkahan ilmunya.

     Berbagai ilmu yang diperolehnya telah membentuk diri beliau untuk selalu berkarya menulis kitab-kitab dari berbagai bidang ilmu. Kepiawaiannya dalam membuat nadham (syair-syair arab) memudahkan beliau menyairkan ilmu-ilmu agar mudah dipelajarinya. Beberapa karangan beliau yang lebih dari 25 kitab kebanyakan berupa nadhaman. Kitab-kitab karangan beliau diantaranya: Ad durrotu al tsaminah fi ilmi al faroidl, fathu dzil qudrotil matinah syarhud durroha, Ta’liqatun wijaazun Adduroh, Qurrotul Ainini fil ma’rifatil ijtima’ wal kusufain, lu’luatu al zuhur fil ma’rifatil mantiq, khiyarotush shiyaghoh fi ilmi balaghoh, mishakus sha gaha syarhul khiyaroh, minhatul wahhab syarful kifayatit tullah fi qowaaidli fiqhi, mu’jam nahwi ( 1000 bait ), tsamratul hajain fi huquqiz zaujain, ;uddatul muzdawijain fi tsamratil haajain, Al Izzai fi nadhmil tashrifil “Izzi, Audlohut Thuraqaf fi syarhil waraqat (ushul fiqih ) rayyanul Harari fi nadhmil bajuri harari, Gunyatul Abrari fi tarjamitis tsamrah, Qiladatul la’ali limaa yuraa min thuruqil la’laali, khoriidatul la’aali syarah qialdah, Al munbalijah, dan lain-lain. Namun keahlian yang dikenal banyak orang adalah dalam ilmu falaq dan ilmu faroidl. Meskipun demikian kemampuannya dalam bidang fiqhiyah juga membuat beliau selalu ta’dhim agar tidak menimbulkan keangkuhan intelektual. Meskipun usianya tidak jauh beda dengan KH. MA. Sahal Mahfudz dan berteman cukup lama, namun beliau tetap ta’dhim dan menyebut mbah sahal sebagai gurunya.

     Perjalanan intelektualnya ini tidak pernah berhenti pada satu titik dan selalu memberikannya secerah tekad dan merangkumnya dalam sederet kitab, seolah ingin memecahkan misteri sebuah ilmu. Bahkan hingga hampir tuutp usianya, beliau menyempatkan diri menggoreskan pemikirannya dalam bentuk tulisan. Beliau juga tidka berhenti menimba ilmu seta sharing dengan orang lain. dalam pemikirannya, beliau selalu menekankan pentingnya sebuah syari’at unutk menekuni tarekat, untuk mencapai tingkat tarekat, sebaiknya seseorang tidak meninggalkan syari;at agar tetap dalam jalannya dan tidak tersesat. Sedangkan kepeduliannya pada generasi mendatang beliau perlihatkan pada sistem pengajarannya yang relevan dan kontekstual serta mendukung aktifitas dan kreatifitas yang positif.

Dari masyarakat ke pesantren

     Dalam kiprahnya di masyarakat, beliau lebih senang melebur dengan khalayak masyarakat bawah, tidak ingin mengikuti hiruk pikuk suatu organisasi masyarakat, apalagi terlibat dalam aktifitas politik. Kiprahnya di masyarakat juga mengalami suatu proses yang panjang dari suatu tempatr ke tempat yang lain. kehadirannya selalu menjadi penengah dan pengayom, dan kebetulan juga beliau seorang pegawai negeri sipil di kantor urusan agama sebagai kepala KUA ( kantor urusan agama ). Beliau bertugas berpindah-pindah dari satu kecamatan ke kecamatan lain di kabupaten pati. Seperti kecamatan jaken, dukuhseti, gunung wungkal dan akhirnya di margoyoso. Dala kesempatan ini beliau juga tidak lupa memperikan pencerahan dan pengajaran terhadap tentang ilmu-ilmu agama. Kiprahnya ini modal dan berguna di kemudian hari ketika beliau akhirnya memutuskan diri untuk mendirikan suatu pesantren.

     Pengalaman perjalanan intelektual dan kiprahnya di masyarakat tersebut telah membentuk karakter yang tegas, gigih, optimis dan terbuka. Peneguhannya sebagai seorang yang berkarakter dengan berbagai kemampuannya tersebut, akhirnya menarik perhatian KH. Baedlowi Sirodj untuk menjadikannya menantu, dan di nikahkan dengan anak bungsunya HJ. Nihayah. Tepatnya pada 15 september 1967, beliau mempersunting hj. Nihayah. Dalam kiprahnya di masyarakat, beliau lebih senang melebur dengan khalayak masyarakat bawah, tidak ingin mengikuti hiruk pikuk suatu organisasi masyarakat apalagi terlibat dalam aktivitas politik. Bersama istrinya Hj. Nihayah putri KH. Baidlowie Sirodj diberikan karunia tujuh anak, yaitu: Nashihatul Fathiyah, Qudwatun Niswah, Muhammad Amaruddin Shuheb, Muhammad Ulil Albab, Zainul Milal Bizawie, Eva Romdlonan, dan Ahmad Khoirul Muntaha (alm).

Proses tranmisi sikapnya terlihat jelas setelah beliau menunaikan ibadah haji pada tahun 1986. Beliau selalu berusaha bersabar dan mengajak untuk membangun ketegaran dalam menghadapi setiap permasalahan yang dihadapi. Beliau lebih tekun menorehkan berbagai keilmuannya dengan menyusun kitab-kitab. Beliau selalu menjaga amanat KH. Baidlowi Sirodj agar ikut membantu mengajar bagi keberlangsungan pendidikan di madrasah salafiyah. Setelah beliau pensiun dari kantor urusan agama, beliau berkonsentrasi penuh untuk mengembangkan pendidikan di madrasah salafiyah. Perhatiannya yang begitu tinggi pada generasi mendatang, telah menghantarkan beliau untuk mengayomi dan menuntun santri-santri. Berbagai tunututan dari para koleganya dan para santri, akhirnya beliau mendirikan sebuah pesantren yang berdomisili di kajen dan dinamakan Pondok Pesantren Riyadlul Ma’la A-Amin pada tahun 1998 yang bergerak dibidang sosial kemasyarakatan serta untuk mendukung pengajaran di madrasah salafiyah. Berunutunglah, beliau memiliki banyak kolega sehingga membantu dan mendukungnya untuk terus melanjutkan misi tersebut.

     Dengan keberadaan pesantren tersebut, beliau lebih konsentrasi lagi mengajarkan kitab-kitab kuning terutama kitab-kitab yang sampai saat ini masih tersimpan rapi. Meskipun muncul banyak kendala, namun untuk kebaikan bagi masyarakat dan generasi mendatang dan para leluhur, beliau tetap ingin berjuang menyelenggarakan wadah tholabul ilmi. Proses produktif tersebut agak menurun ketika anak bungsunya, Ahmad Khoirul Muntaha lebih dulu di panggil kerahmatullloh pada 04 juli 2001. Namun beliau dengan penuh keikhlasan dan keridlo’an tetap melanjutkan perjuangan untuk meneruskan cita-cita leluhur. Beliau tidak begitu memikirkan siapa yang akan melanjutkannya, karena beliau yakin jika suatu kebaikan dan kemanfaatan dilakukan tentu akan terus berlangsung dengan izin, kehendak, serta aturannya. Beliau selalu mensyukuri atas karunia Allah yang begitu besar terhadap keluarganya dan perjuangannya, dengan penuh kesabaran pula, beliau senantiasa menuntun dan mentransmisi keilmuannya kepada anak-anaknya dan para santrinya, dan dengan kehendak Allah SWT, beliau pulang kerahmatullah pada kamis wage 03 maret 2005 / 21 Muharram 1426 dalam keadaan berbaring miring menghadap qiblat dengan tenang dan damai. Semoga amal, ibadahnya diterima oleh Allah SWT.

Pesantren Rima Saat Ini

Pesantren RIMA berdiri ditengah – tengah masyarakat yang beraneka ragam, dengan kondisi masyarakat yang relatif terpelajar serta dunia santri yang diembannya, yaitu : Desa Kajen Margoyoso Pati Jawa Tengah. Desa tersebut letaknya begitu strategis dengan memiliki lebih dari 30 Pesantren dan 4 Madrasah, sehingga sangat memungkinkan untuk dijadikan sebagai salah satu pusatkajian yang menampilkan kegiatan – kegiatan khusus serta mendukung bagi proses penguatan islam dan civis siciety, sesuai dengan harapan umat dan tuntunan zaman.

Progam – progam  pesantren RIMA  dalam periode mendatang akan lebih berkonsetrasi kepada pembinaan kecerdasan umat, dengan menggunkan fasilitas teknoloi modern seperti internet dan sumber daya manusia profesional. Pesantren RIMA berobsesi untuk menciptakan kegiatan yang dapat dijadikan trend untuk pesantren – pesantren atau forum – forum kajian keagamaan dan kemasyarakatan di Indonesia.

VISI dan MISI nya adalah terbentuknya sikap pribadi muslim yang ideal “ Musli, robbu radliya “ yang seimbang iman, ilmu, dan amal yang secara serius menghayati nilai – nilai agama Islam dan kemasyarakatan dalam peri kehidupan serta mampu menjadi rahmat bagi sekalian alam. Sedangkan MOTTO nya adalah Mengembangkan yang baik, memperjuangkan yang lebih baik, dan mempersembahkan yang terbaik.

Pesantren Rima didirikan untuk menciptakan generasi yang handal dan mampu mengembankan serta memperdalam wawasan keagamaan umat; Memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya santri, tentang agama islam secara terpadu, sistematis, dialogis, dan actual; Memperdalam khasanah ilmu pengetahuan klasik islam; Meningkatkan hubungan silaturrahmi antara sesama santri dan masyarakat lainnya; Meningkatkan peran dan fungsi pesantren sebagai lembaga keagamaan dan sosial dalam bidang pemberdayaan masyarakat

Adapun Citra santri RIMA yang ingin diwujudkan adalah manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT. Yang mengenal, meyakini, menghayati dan mengamalkan Al – Qur’an dan assunnah dengan ciri – ciri Mampu mengenal dirinya; Mencintai dan menghormati orang tua, guru, orang lain dan makhluk Allah lainnya; Bersih hati, rendah diri dan berperasaan halus; Berkualitas intelektual cerdas, berwawasan luas dan berpikiran merdeka; Memahami kenyataan dengan sabar; Memiliki semangat kerja sama dalam tali Ukhuwah Islamiyah; Peka dan tanggap terhadap lingkungan serta mempunyai rasa tanggung jawab akan kesejahteraan masyarakat; Mempunyai keberanian untuk beramar ma’ruf nahi mungkar dan Mampu berkarya

Pengasuh Pesantren Rima KH Moh Ulil Albab Muhibbi bersama Istri ketika Ziarah di Maqbaroh Imam Syafi’i Mesir

Saat ini, pesantren Rima diasuh oleh KH. Ulil Albab Muhibbi, Nyai Hj. Nihayah Muhibbi, dan Nyai Hj. Isma Rodliyati, dengan dibantu para pengajar Nyai Hj. Mustiah Djayusman, KH. Ahmad Kholil, S.Pd, K. Ali Zuhdi, K. Syamsur, S.Pd.I, K. Abdullah Mahin, S.Sos.I, Moh Edy Maghfur al Khafidl, Muhammad Ateq al Khafidl, St. Maghfirotin al Kahfidloh

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *