Puasa itu prinsipnya gak jauh dari usaha menahan sesuatu. Dari usaha menahan sesuatu itu, tercipta ruang yang kosong yang ditinggalkan sesuatu tadi. Nah, kita isi ruang kosong itu dengan hal lain. Sehingga sifat suasana ruangan pun berganti. Semua itu kita lakukan demi satu cita-cita yang kita anggap mulia.

Saya pernah ketemu orang kejawen yang mengkritik tata cara puasa syariat Islam yang dibilangnya nanggung. Kalo mau dibilang puasa sempurna ya harusnya puasa 24 jam (puasa ngebleng). Bukan cuma pas ada matahari. Ngawulo pada Gusti Allah kok nanggung. Gitu katanya.

Tapi saya jawab, masalahnya itu udah aturan dari Gusti Allah. Lagipula, justru inti puasa itu menahan apa yang jadi keinginan kita demi menuruti keinginan Gusti Allah. Logika kita berkata : puasa 12 jam itu gak cukup. Tapi Gusti Allah ternyata tidak berkehendak demikian. Gusti Allah nyuruh kita puasa di saat ada matahari saja. Maka logika kita pun harus ditundukkan di bawah kehendak Gusti Allah, tanpa ada tanya. Nah, ini baru hakikat puasa yang benar dan hakikat ngawulo pada Gusti Allah yang sejati. Nuruti Gusti Allah tanpa ada tanya.

Mendengar jawaban saya, lama-lama dia sadar. Karena selama ini ternyata dia nuruti logikanya. Bukan nuruti perintah Gusti Allah. Artinya, selama ini dia belum puasa. Dalam arti belum menahan gejolak syahwat logikanya untuk ditundukkan di bawah perintah Gusti Allah.

Ngawulo atau menghamba itu tentang seberapa jauh kita mau menahan keinginan diri demi menuruti keinginan Sang Juragan. Selaras dengan prinsip puasa. Sementara, kemauan untuk menahan sesuatu dalam diri itu memang berat. Kudu dipicu dulu dengan menjawab pertanyaan secara logis “Kenapa saya harus menahannya?”. Sebab tanpa jawaban logis, kita akan rapuh dimakan ego dan mudah kehilangan motivasi. Lalu mandek di tengah jalan.

Pernah ketemu ada orang yang berhenti merokok. Motivasinya, karena saat dia masih merokok, dia suka curi-curi duit belanja istri buat beli rokok. Walau gak sering dan gak banyak, tapi hal ini lama2 bikin dia gusar. Dia yang aslinya suami baik2, sayang istri, tapi gara2 rokok, dia jadi suka mencuri hak istri. Akhirnya dia berhenti merokok. Wah, saya salut!

Artinya, dia berpuasa demi bisa ngawulo pada Gusti Allah. Syahwatnya yang bergejolak untuk merokok, dia tahan agar tidak terpacu mencuri, satu perbuatan yang dibenci Gusti Allah. Karena rasa ingin ngawulo itulah, akhirnya dia tahan keinginannya dan berhenti merokok. Nah, ini satu contoh hakikat puasa sebagai pintu ngawulo.

Kanjeng Nabi Muhammad SAW dawuh

لكل شيء باب وباب العبادة الصوم

“Setiap sesuatu ada pintunya, dan pintu menuju pengabdian (ngawulo) adalah puasa”

Kesimpulannya, selama kita punya keinginan ngawulo pada Gusti Allah, Ramadhan gak Ramadhan, kita pasti puasa. Dalam arti menahan keinginan diri demi menuruti kehendak Gusti Allah.

Mugi manfaat.

#AyoNyarkub #AyoNgopi.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *