Politisi mileneal hadir. Demokrasi dipertaruhkan. Tapi apa juga salah jika anak turun mewarisi tradisii politik keluarga ? Bukankah kalah menang ditentukan oleh pilihan rakyat, tentang siapa yang layak memimpin. Tidak penting calon pemimpin darimana berasal. One man one vote. Suara rakyat adalah suara Tuhan. Demikian demokrasi mengajarkan cara memilih.

^****^

Saya dan ratusan kyai yang lain juga menurunkan tradisi santri kepada anak cucu. Lantas salahkah jika Pak SBY mewariskan partai Demokrat kepada AHY putranya. Bu Mega kepada Puan. Pak Amien kepada putranya meski gagal berebut dengan besan sendiri. Jadi tak perlu di soal anak siapa maju menjadi apa. Ini demokrasi.

Jadi apa yang kita sebut dengan demokrasi— apakah definisi konvensional Plato, kekuasaan rakyat yang diwakilkan masih relevan. Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat, defenisi Abraham Lincoln waktu pidato di Gettysburg masih dipakai atau hanya jargon untuk membungkus paradoks demokrasi yang berubah sesuai sepakat politik.

Penguasanya adalah rakyat. Berkuasa untuk memilih. Bukan berkuasa memerintah. Juga bukan berkuasa menentukan nasibnya sendiri. Bahkan tak kuasa menentukan berapa harga se biting suara yang ia punya.

*^^^*

Tapi Indonesia adalah negara demokrasi terbesar— lebih besar dibanding Turkey, Iran, Korea atau serumpun Malaysia. Dan tak perlu bandingkan dengan dinasti kerajaan Saudi Arabia atau carut marut mayoritas monarchy timur tengah. Apalagi negara-negara kecil Afrika. Jejas Indonesia lebih berkelas.

Indonesia jauh lebih baik, lebih dinamis dan lebih stabil. Geopolitik Indonesia nyata lebih kuat dan menakutkan barat. Penduduk besar, dengan wilayah darat dan laut yang luas.

Bahkan Indonesia adalah satu-satunya negara yang tak mempan embargo— sumber daya alamnya berlimpah, rakyatnya tidak bergantung pada siapa rezim berkuasa. Prof William Lidle seorang Indonesianis memberikan banyak bukti dalam berbagai risetnya.

*^^^^*

Mileneal melawan hampir di semua lini. Sehingga pernah dikatakan bahwa mileneal itu kill everithing. Membunuh semuanya. Apanya yang dibunuh? Yang dibunuh adalah generasi di atasnya. Mileneal menganggap generasi di atasnya tidak cool. Tidak keren. Semua sistemnya bakal diubah, termasuk politik berikut semua perangkatnya tanpa kecuali.

Milineal sudah punya definisi sendiri tentang demokrasi, politik, partai, kesejahteraan bahkan keadilan yang mereka inginkan. Yang mungkin saja berbanding terbalik dengan definisi yang kita anuti. Mileneal adalah perubahan itu sendiri. Ada partai yang siap dengan perubahan tapi tidak sedikit yang mempertahankan status quo. Realitas nya: Diterima atau ditolak akan tetap datang natural—

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *