Sekilas berita itu terdengar ganjil dari sudut bahasa, Langitan yang awalnya terdengar tempat yang tinggi namun masih kebanjiran dan 7 santrinya pernah tenggelam tahun kemarin. Namun begitulah nama pesantren yang berada di Tepi Sungai Terpanjang Se-Jawa Bengawan Solo disebut dan dikenal.
Pesantren yang berada di pintu Masuk Tuban Kota Wali. Pesantren yang menjadi kawah candradimuka Kyai besar Tanah Air. Pesantren yang konsisten dengan pendidikan salaf murni sejak berabad-abad.
Nama Langitan merupakan perubahan dari kata Plangitan, kombinasi dari kata plang (jawa) berarti papan nama dan wetan (jawa) yang berarti timur. Memang di sekitar daerah Widang dahulu, tatkala Pondok Pesantren Langitan ini didirikan pernah berdiri dua buah plang atau papan nama, masing-masing terletak di timur dan barat. Kemudian di dekat plang sebelah wetan dibangunlah sebuah lembaga pendidikan ini, yang kelak karena kebiasaan para pengunjung menjadikan plang wetan sebagai tanda untuk memudahkan orang mendata dan mengunjungi pondok pesantren, maka secara alamiyah pondok pesantren ini diberi nama Plangitan dan selanjutnya populer menjadi Langitan.
Kebenaran kata Plangitan tersebut dikuatkan oleh sebuah cap bertuliskan kata Plangitan dalam huruf Arab dan berbahasa Melayu yang tertera dalam kitab “Fathul Mu’in” yang selesai ditulis tangan oleh Al-Maghfurlahu KH. Ahmad Sholeh, Sesepuh Pesantren pada hari Selasa 29 Robiul Akhir 1297 Hijriyah.
Lembaga pendidikan ini dahulunya adalah hanya sebuah surau kecil tempat pendiri Pondok Pesantren Langitan, KH. Muhammad Nur, seorang ulama yang masih keturunan Sunan Ampel mengajarkan ilmunya dan menggembleng keluarga dan tetangga dekat untuk meneruskan perjuangan dalam mengusir kompeni (penjajah) dari tanah Jawa.
KH. Muhammad Nur mengasuh pondok ini kira-kira selama 18 tahun (1852-1870 M), kepengasuhan pondok pesantren selanjutnya dipegang oleh putranya, KH. Ahmad Sholeh. Setelah kira-kira 32 tahun mengasuh pondok pesantren Langitan (1870-1902 M.) akhirnya dia wafat dan kepengasuhan selanjutnya diteruskan oleh putra menantu, KH. Muhammad Khozin. Ia sendiri mengasuh pondok ini selama 19 tahun (1902-1921 M.).
Setelah beliau wafat matarantai kepengasuhan dilanjutkan oleh menantunya, KH. Abdul Hadi Zahid selama kurang lebih 50 tahun (1921-1971 M.), dan seterusnya kepengasuhan dipercayakan kepada adik kandungnya yaitu KH. Ahmad Marzuqi Zahid yang mengasuh pondok ini selama 29 tahun (1971-2000 M.) dan keponakan belau KH. Abdulloh Faqih yang memimpin pesantren selama 12 Tahun (2000-2012) sampai tahun 2012. Setelah wafatnya beliau, kepengasuhan Langitan dipimpin oleh 6 Majelis Pengasuh diantaranyaKH. Abdullah Munif, Marzuki, KH. Ubaidillah Faqih, KH. Muhammad Ali Marzuki, KH. Muhammad Faqih, KH. Abdullah Habib Faqih dan KH. Abdurrahman Faqih.
Perjalanan Pondok Pesantren LangitanDalam rentang masa satu setengah abad lebih Pondok Pesantren Langitan telah menunjukkan kiprah dan peran yang luar biasa, berawal dari hanya sebuah surau kecil berkembang menjadi Pondok yang representatif dan masyhur di mata masyarakat luas baik dalam negeri maupun manca negara. Banyak tokoh-tokoh besar dan pengasuh pondok pesantren yang dididik dan dibesarkan di Pondok Pesantren Langitan ini, seperti KH.Kholil Bangkalan, KH. Hasyim Asy’ari, KH. Syamsul Arifin (ayah KH. As’ad Syamsul Arifin) KH Shidiq (ayah KH Ahmad Shidiq), KH Wahab Hasbullah dan lain-lain. Selain itu diantara puluhan ribu santri, juga terdapat santri luar negeri seperti dari Malaysia, Singapura, Kamboja, Thailand dan lain-lain.
Berlokasi di tepi Sungai Bengawan Solo dan Pintu Masuk Kota Tuban, pesantren ini membuka pendidikan mulai PAUD, TK, MI, MTs, dan MA. Meski berdiri di kawasan pesantren salaf murni madrasah tersebut telah muadalah (diakui oleh Kementrian Agama). Saat ini pesantren yang telah berusia 165 dengan puluhan ribu santrinya ini memang teguh motto pesantren yang diambil dari kaidah fikih Al-Muhafadzoh ala Qadimis Sholih wal Akhdu bil Jadidil Aslah (Mempertahankan Tradisi Lama yang baik, dan mengambil budaya baru yang lebih baik).
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ“
Barangsiapa yang Allah menghendaki kebaikan baginya,maka Allah akan fahamkan dia dalam agamanya.” (Hadist)
No responses yet