Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un, pagi Jumat, 23 Juli 2021, kita berduka lagi kehilangan dengan wafatnya seorang ulama Perempuan, Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA. 

Beliau lahir di Donggala Sulawesi Tengah, 30 Desember 1946.  wafat dalam usia 74 tahun. 

Beliau Ulama Perempuan yang sangat langka, ahli fiqh perbandingan madzhab. 

Tercatat sebagai perempuan Indonesia pertama yang meraih Doktor bidang Fiqh Perbandingan Madzhab di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir dengan yudicium Cumlaude tahun 1984. Sebelum ke Kairo, banyak menempuh pendidikannya di Pondok Pesantren Al-Khairat Palu Sulawesi Tengah. 

Suatu keberuntungan dan kebanggaan saya bisa ikut Pendidikan Kader Ulama (PKU) MUI Pusat di Ciputat, dosen pengajarnya terdiri dari para Guru Besar, Prof. dan Doktor serta Ulama/Kyai alumni terbaik dari berbagai negara. Saat itu Direktur PKU-MUI Pusat adalah Prof. Dr. H.M. Quraish Shihab, juga sebagai Rektor IAIN Jakarta. Sebelumnya, saya belajar di PKU-MUI Sulsel di Makasar, Direkturnya adalah Prof. Dr. Umar Shihab.   

Ada dua Ulama perempuan terbaik yang mengajar di PKU-MUI Pusat:

1. Prof. Dr. Zakiah Daradjat, MA (1929-2013). Beliau meraih gelar Doktor dalam bidang Psikologi di Universitas Ainu Syams Kairo Mesir tahun 1964. Bahkan mendapat medali penghargan dari Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser.

Beliau sangat disiplin waktu, selama mengajar di setiap mata kuliahnya, jam 07.00 sudah ada di ruangan, walau pun kuliah belum dimulai. Padahal tempat tinggalnya dari Jl. Fatmawati Cilandak Jakarta menuju Ciputat lumayan jauh. 

Beliau Ulama perempuan dengan segudang ilmu psikologi yang sangat langka pada masanya. Pribadi yang sangat menyenangkan dan menenangkan ketika menyampaikan materi kuliah. 

Suaranya pelan tapi pasti, asyik dengan cerita pengalaman sehari-hari menangani pasien kejiwaan setiap orang. Lalu dibahas sebagai bahan kuliah psikologi. Beliau wafat tahun 2013 di Jakarta dalam usia 84 tahun. 

Allah akan memberikan balasan yang terbaik atas ilmu dan amal pengabdiannya dengan dilapangkan dalam kuburnya dimasukkan ke dalam surga. Aamiin. 

2. Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA. 

Ketika pertama kali ketemu, saya memperkenalkan diri sebagai cucu dari Dr. Muhammad Nawawi Yahya dari Mandar Sulawesi Selatan. Beliau sangat mengenalnya, dan bercerita mengenai Disertasinya tentang Zakat dalam pandangan berbagai madzhab. 

Keduanya sama-sama kuliah di Fakultas Syariah wal Qanun di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, bahkan Prof. Huzaemah ikut hadir ketika Ujian Disertasi Dr. Nawawi pada tahun 1982. 

Selama belajar kepada Beliau baik di Program PKU-MUI maupun Program Pascasarjana IAIN Jakarta dalam mata Kuliah Fiqh Perbandingan Madzhab dan Hukum Islam Kontemporer, pasti ruangan kuliah tidak pernah sepi dan sunyi karena diskusi dan perdebatannya selalu menarik. 

Hampir semua mahasiswanya tahu gaya khas ketegasan dan keikhlasannya dalam menyikapi perbedaan pendapat ketika asyik diskusi, bahkan biasa dengan sedikit nada suara tinggi. 

Tahun 1999/2000, ketika kuliah Hukum Islam Kontemporer di S3 terjadi diskusi dan perdebatan yang sangat menarik dengan mahasiswa Mun’im A. Sirry alumni S2 Pakistan, sekarang sudah menetap sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi di Amerika Serikat. 

Prof. Huzaemah seoramg ulama tidak hanya sibuk mengajar di berbagai kampus, tapi juga sangat aktif di berbagai organisasi. Khususnya di Majelis Ulama Indonesia (MUI) lebih 30 tahun sejak 1987, PBNU, Muslimat NU, Dewan Syariah Nasional (DSN), Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ)., dan masih banyak lagi lainnya, Beliau menjabat sebagai Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta hingga wafatnya, (2018-2022).    

Tahun 2007 ketika membahas Tafsir Al-Qur’an Kementerian Agama di Gorontalo, sebagai Pembahas saya banyak mengkritisi riwayat hadis dan asbab nuzulnya yang menurut saya ada beberapa yang daif bahkan palsu, tidak selayaknya dimasukkan dalam Tafsir Al-Qur’an Kementerian Agama. Dalam forum diskusi pembahasan Tafsir al-Qur’an Kementerian ini, pada awalnya Beliau sangat tidak terima dan protes. atas pernyataan saya, pada waktu itu, Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub juga sebagai tim. Namun alhamdulillah, setelah dijelaskan sesuai dengan kaedah ilmu hadis, Beliau memakluminya.  

Sejak saat itulah setiap tiga tahunan, ketemu lagi dengan Beliau sebagai Tim Pembahas Tafsir al-Qur’an Kementarian Agama, baik Metode Tahlili maupun Metode Tematik. 

Terakhir tahun 2019 ketika merevisi Terjemahan al-Qur’an Kementerian Agama di Bogor. 

Tahun 2010 ketika membahas Fatwa mengenai Nikah Safar atau Nikah Wisata, di Jakarta, pembahasannya sangat seru dan panjang, karena dari sisi rukun dan syaratnya terpenuhi semuanya ada wali, ada saksi, ada ijab qabul, tetapi tujuan nikahnya yang bermasalah. Beliau tampil dalam forum diskusi komisi Fatwa dengan suara khasnya sambil pegang dan baca kitab tebal rujukannya. Bersamaan dengan itu juga pembahasan tentang fatwa Bank Sperma dan Bank ASI (Air Susu Ibu).   

Almh. Prof. Huzaemah ulama perempuan yang peramah sangat mengenal para mahasiswanya, gaya khasnya yang selalu dan sangat berkesan inilah yang selalu saya lihat dalam acara hampir setiap ada kegiatan di MUI Pusat, terutama bidang fatwa. 

Terakhir tahun 2018 ketika Rakernas MUI di Raja Ampat Papua Barat, Beliau hadir dan sangat bersemangat ikut bersama rombongan dalam kapal laut Wisata menelusuri indahnya pemandangan laut sekitar Raja Ampat. 

Demikian juga, sejak tahun 2012 hampir setiap tahun ada Annual Meeting, Ijtima’ Sanawi Pertemuan Tahunan para Dewan Pengawas Syariah (DPS) Bank Syariah yang diselenggarakan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI bekerjasama dengan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pasti ketemu lagi karena Beliau Pengurus DSN-MUI juga Dewan Pengawas Syariah salah satu Bank Syariah. 

Terakhir, tahun 2019, Beliau sebagai Ketua Dewan Hakim Nasional STQ Nasional di Pontianak.  

Selamat jalan Gurunda, sungguh sangat banyak amal jariyah melalui karya buku, dan jasa para murid dan mahasiswa yang sudah bertebaran di hampir seluruh wilayah Indonesia. 

يَاأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً فَادْخُلِي فِي عِبَادِي وَادْخُلِي جَنَّتِي

اللهُمَّ اغْفِرْ لَهُا وَارْحَمْهُا وَعَافِهِا وَاعْفُ عَنْهُا وَأَكْرِمْ نُزُلَهُا وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُا وَاغْسِلْهُا بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِا مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُا دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِا وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِا وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِا وَأَدْخِلْهُا الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُا مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ    الفاتحة 

Pontianak, 23 Juli 2021

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *