Pesantren Takhasus Inspiratif Santri of The Year 2019, Nominenya adalah :

  1. Nominasi Pesantren Takhassus

    • Pesantren Madarijul `Ulum (Bandar Lampung - Tahfidz) (51%, 6,326 Votes)
    • Pesantren Mamba’ul Hisan (Sidayu Gresik-Tajwid) (30%, 3,716 Votes)
    • Pesantren Mamba’ul Hikam (Jombang - Falaq) (18%, 2,268 Votes)

    Total Voters: 12,310

PP. Madarijul `Ulum – Bandar Lampung (Tahfidz)
Pada tahun 1989, KH. Ihya ‘Ulumuddin, SM mendirikan sebuah majelis taklim yang diberi nama An Nahliyyah. Majelis taklim An Nahliyyah ini selalu mengadakan pengajian untuk berbagai usia. Khusus bapak-bapak, pengajian digelar setiap malam Sabtu. Sedangkan untuk ibu-ibu, pengajian diadakan setiap hari kamis bakda sholat Ashar. Ada pula pengajian untuk remaja putera puteri yang digelar setiap malam.

Sementara untuk anak-anak diadakan setiap pagi dan sore. Semua pengajian tersebut digelar di kediaman KH Ihya ‘Ulumuddin, di Kampung Sukamernah, Kelurahan Keteguhan, Teluk Betung Barat. Pada tahun 1996, An Nahliyyah berubah menjadi Ponpes yang menjadi cabang dari sebuah Ponpes milik seorang ulama terkenal, (alm) KH Hayatunnufus. Dua tahun kemudian, atas saran KH. Hayatunnufus, Ponpes yang dikelolanya KH Ilya lebih dikembangkan lagi segi pendidikan agamanya. Ponpes itu pun berubah nama menjadi Ponpes Salafiyyah Tahfidzul Qur’an Madarijul ‘Ulum. Pengasuh : KH. Ihya ‘Ulumuddin, SM

PP. Mamba’ul Hisan (Sidayu Gresik-Tajwid)
Pondok pesantren Mamba’ul Hisan ini berlokasi di Desa Kauman, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik, yang berada ±1Km dari alun-alun Sidayu dan ±3 Km dari kantor Kecamatan Sidayu. Pondok pesantren Mamba’ul Hisan ini dirintis dan didirikan oleh K.H. Muhammad bin Shofwan. Pada awalnya, tahun 1949 putra pertama K.H. Muhammad bin Shofwan yang bernama K.H. Abdul Muqsith sedang memasuki usia sekolah, pada saat itu K.H. Muhammad bin Shofwan mempunyai inisiatif untuk mendidik sendiri putranya dengan penuh kedesiplinan dan konsisten di rumah.

PP. Mamba’ul Hikam (Jombang – Falaq)
Ma’had Mambaul Hikam yang lebih dikenal dengan nama MMH di sekitar wilayah Tebuireng didirikan oleh KH M Zubaidi Muslich, putra KH Muslich Hanafi asal Banyuwangi. Kakaknya yang bernama KH Baidhowi Muslich juga mendirikan Pesantren Gading di Malang, sedangkan pondok orang tuanya dilanjutkan oleh saudaranya yang lain, yakni KH Nizar Muslich. Pendirian MMH merupakan “perintah” dari guru-gurunya saat ia nyantri di Tebuireng, antara lain KH Idris Kamali, KH Adlan Aly, dan Bu Nyai Hj Choiriyah Hasyim, agar tidak pulang kembali ke pondok yang diasuh oleh ayahnya di Banyuwangi, namun berkhidmah di Tebuireng.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *