Kakek Bung Hatta yang Ulama Qira’at al-Qur’an dan Sufi Besar
===============================
Bung Hatta (Moehammad Hatta, 1902-1980), tokoh besar sejarah Indonesia yang juga wakil presiden pertama RI, ternyata berasal dari latar belakang keluarga ulama tradisional Minangkabau di Batuhampar yang sangat religius.
Kakek Bung Hatta adalah Syaikh Abdurrahman b. Abdullah Batuhampar (1783-1899), seorang ulama yang sangat masyhur kebesaran tokohnya sebagai ahli ilmu qira’at al-qur’an dan juga ulama tasawuf. Dalam tasawuf, kapasitas beliau adalah mursyid Tarekat Naqsyabandiah Khalidiah.
Syaikh Abdurrahman Batuhampar menurunkan beberapa putra yang juga menjadi ulama besar. Di antaranya adalah Syaikh Arsyad b. Abdurrahman (1849-1924) dan Syaikh Muhammad Djamil b. Abdurrahman Batuhampar (1873-1903).
Syaikh Muhammad Djamil b. Abdurrahman Batuhampar inilah yang kemudian memiliki anak bernama Muhammad Hatta (Bung Hatta), yang kelak dicatat sebagai sosok besar proklamator kemerdekaan Indonesia dan wakil presiden pertama RI.
Siang hari Selasa (17/11) kemarin, kami berkesempatan menziarahi kompleks pemakaman, masjid dan surau keluarga besar Syaikh Abdurrahman Batuhampar. Di sana kami juga merasa betuntung karena diperlihatkan sejumlah koleksi manuskrip peninggalan Syaikh Abdurrahman Batuhampar dan anak-anak beliau.
Di antaranya adalah naskah kuno cetak batu al-Qur’an (litograf) yang di dalamnya terdapat bubuhan catatan tulis tangan Syaikh Abdurrahman Batuhampar berisi qira’at sab’ah (qira’at tujuh).
Selain itu, terdapat juga nasah kuno tulis tangan (manuskrip) berisi sanad qira’at al-Qur’an yang diriwayatkan oleh Syaikh Arsyad b.Abdurrahman Batuhampar bertitimangsa 9 Safar tahun 1302 Hijri (bertepatan dengan November 1884 Masehi). Di dalam manuskrip tersebut juga terbubuh beberapa cap beridentitas nama Syaikh Abdurrahman b. Abdullah Batuhampar, Syaikh Arsyad b. Abdurrahman Batuhampar.
Manuskrip lainnya yang kami jumpai adalah yang berisi manual tatacara berdzikir Tarekat Naqsyabandiah Khalidiah peninggalan Syaikh Abdurrahman Batuhampar. Selain itu, yang paling menarik adalah manuskrip berisi memoar catatan perjalanan Syaikh Arsyad Batuhampar ke Makkah dan Madinah (Hijaz), serta ke Kairo, Suez, Thatha dan Alexandria (Mesir). Catatan perjalanan tersebut berasal dari kurun masa akhir abad 19 M.
Alhamdulillah, ziarah kali ini dibersamai oleh KH. Idrus Ramli, KH. Ma’ruf Khozin, Gus Najih Ramadhan, Buya Apria Putra Abiya Hilwa serta para abna PERTI Sumatera Barat dan kawan-kawan NU Sumbar.
Wallahu A’lam
Batuhampar, Rabiul Tsani 1442 Hijri
No responses yet