Namanya Pak Ahmad (58 tahun). Rumahnya di Babat, Lamongan. Pria tangguh ini beranak enam, dan putri ragilnya dipondokkan di Tambakberas.

Ketangguhannya bisa dilihat dari pekerjaan hariannya yang menjadi tukang sol sepatu. Area “kerjanya” meliputi Lamongan, Cepu, Gresik, Tuban, dan Jombang. 

Dengan membawa dua kotak kecil dan pikulan, Pak Ahmad naik bis ke arah kabupaten yang dituju. Sesampai di kabupaten tujuan, dua kotak  dipikul, lalu jalan kaki sembari berseru “sol sepatu, sol sepatu, sol sepatu”. Tentu Anda yang tidak pernah menjahitkan sepatu tidak paham sol sepatu. 

Pekerjaan menjadi tukang jahit sepatu seperti ini dilakukan sejak tahun 1981. Tepatnya setelah menikah pasca lulus dari Aliyah Jatinawong di Kiai Sofyan. Pak Ahmad pernah juga mencoba usaha buka warung di Irian Jaya (Papua), tapi istrinya tidak kerasan, akhirnya pulang kampung ke Lamongan dan kembali menjadi tukang jahit sepatu.

Pak Ahmad berangkat kerja jam 8 pagi, dan  pulang jam 2 sore. Hal itu dilakukan tiap hari, kecuali hari Jumat, libur. Pada masa korona sejak Maret lalu dia tidak berhenti keliling menawarkan jahit sepatu. Penghasilannya tidak ada beda dibanding dengan hari biasa sebelum korona. Paling banyak dapat 100 ribu,  paling”apes” sehari tidak dapat sepeser uang. 

Rumus hidupnya yang penting nriman atau menerima hasil  apa yang telah diupayakan sebagai pinaring atau pemberian Gusti Allah. Agar tidak capek dalam bekerja, saat berjalan kaki sambil memikul alat jahit sepatu, Pak Ahmad membaca sholawat terus menerus, sehingga katanya, lupa akan capek.

Alhamdulillah, sejak 3 tahun lalu, sang istri  buka kios pracangan di rumahnya. Tentu ini membantu kehidupan ekonomi mereka. Saya bangga dengan orang-orang seperti Pak Ahmad. Ketangguhan menghadapi kondisi sulit saat ini karena banyak orang seperti  Pak Ahmad yang ada di NKRI…takbirrr…

****

Bersama Pak Ahmad…

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *