Ada beberapa pengalaman dan cerita menarik dari kumpulan doa sesepuh kiai Tambakberas yang sedang kami telateni.
Kisah di bawah ini menjelaskan bagaimana keluarga pondok Al Islahiyyah Singosari berpegang bahwa hizib tidak akan kuat atau absah apabila hanya mendengar atau membaca bahwa dahulu orangtuanya juga mendapatkan ijazah hizib dengan sanad bersambung ke Mbah Wahab. Apalagi sekedar mencari di internet. Tentu transmisi spiritual lelakon para pendahulu terputus.
KH. Mahfudz Cholil yang merupakan mantan tentara dan pejuang serta pengasuh PP. Al Islahiyyah ini suatu waktu pernah mendapatkan ijazah hizib thayr dari Mbah Kiai Wahab Chasbullah.
Namun bagaimana kisahnya hingga wafatnya beliau pada tahun 1985 di Makkah, pihak keluarga termasuk istri KH. Mahfudz yakni Nyai Hj. Hasbiyah binti KH. Abdul Hamid Chasbullah tidak menerima ijazah itu.
Maka, keluarga ini berikhtiar mencari ijazah hizib thayr dari kiai yang masih hidup yang pernah menerima ijazah Hizib Thayr dari Mbah Kiai Wahab.
Berkunjunglah salah satu putri KH. Mahfudz yang bernama Nyai Latifah kepada KH. Masykur (pahlawan nasional yang wafat pada tahun 1994) dan memperoleh ijazah hizib thayr dari Mbah Kiai Wahab.
Selanjutnya Nyai Lathifah ini memasrahkan doa tersebut kepada ibundanya, yakni Nyai Hasbiyah yang wafat pada 2013. Lalu Nyai Hasbiyah mengijazahkan kepada putrinya yang lain yakni Ning Anisah (istri dari Gus Imron Hamid). Alhamdulillah tongkat spiritual terpegang lagi.
Upaya keluarga besar Al Islahiyyah Singosari ini menarik dan menunjukkan bagaimana pentingnya kejujuran keilmuan dan urgennya menjaga serta merawat estafet perjuangan spiritual dilakukan agar tidak terputus.
****
Alhamdulillah kami juga mendapatkan sanad-ijazah jalur hizib thayr dari dua jalur:
1. Dari KH. Ach. Nasrullah dari Mbah Kiai Wahab
2. Dari KH. Abdul Adhim dari KH. Masykur dari Mbah Kiai Wahab.
No responses yet