Beliau adalah Syaikh Usman bin Abduh bin Husain bin Thaha. Lebih dikenal dengan sebutan Utsman Thaha. Beliau dilahirkan di sebuah desa di Aleppo pada tahun 1934. Ayah beliau bernama Syaikh Abduh Husain Thaha, seorang imam dan khatib, juga ahli khath yang ternama di Aleppo. Utsman Thaha mempelajari dasar-dasar ilmu khath dari ayahnya yang menekuni khath riq’ah.

Beliau mempelajari ilmu khath langsung kepada para pakarnya, di antaranya: Muhammad Ali Al Maulawi, Muhammad Al Khathib, Husain Husni At Turki, serta Al Khatthath Syaikh Abdul Jawwad. Terakhir beliau juga belajar kepada Prof. Ibrahim Ar Rifa’i [seorang ahli khath di Aleppo].

Ketika Usman Thaha melanjutkan studi ke Universitas Damaskus. beliau berkenalan dengan Prof. Muhammad Badawi Ad Dirani, seorang ahli khath di Syam. Darinya beliau mendalami khath farisi dan khath tsuluts dari tahun 1960-1967. Kemudian, masih di Damaskus, Utsman Thaha juga mendalami khath tsuluts dan khath nasakh pada Prof. Hasyim Muhammad Al Baghdadi, seorang ahli khath dari Irak.

Pada tahun 1973, Beliau mendapatkan sertifikat bidang khath dari guru besar ilmu khath tingkat dunia, yakni Syaikh Hamid Al Amidi. Dari sinilah beliau mulai dikenal luas secara internasional, dan para pakar mengakui keahlian beliau dalam bidang ilmu khath. Maka, sejak tahun 1988, beliau ditunjuk sebagai anggota tim juri Lomba Kaligrafi Internasional di Istanbul-Turki yang diselenggarakan setiap tiga tahun sekali.

Dalam melengkapi keilmuannya di bidang khath, Syaikh Usman Thaha juga mempelajari dan memperdalam ilmu desain kaligrafi dan dekorasi dari Prof. Sami Burhan serta Prof. Na’im Isma’il yang terkenal pakar di bidang ini. Hal ini makin mengasah kemampuan beliau, dan memantapkan beliau sebagai ulama pakar khath tingkat dunia yang telah diakui keahliannya oleh ulama secara internasional.

Syaikh Usman Thoha pertama kali menulis mushaf tahun 1979 untuk kementerian wakaf Suriah, dan beliau telah menulis mushaf lebih dari 13 kali. semuanya menggunakan Rosam Usmani, kebanyakan telah dicetak dan menyebar di negara negara Islam

Pada tahun 1988, beliau ditunjuk sebagai penulis resmi di Komplek Percetakan Al Qur’an Raja Fahd di Madinah, percetakan Al Qur’an terbesar di dunia. Komplek percetakan ini mengerjakan proyek yang sangat besar, yakni melakukan standarisasi Al Qur’an untuk Umat Islam di seluruh dunia.

Di sanalah Usman Thaha terlibat sebagai penulis utama Mushaf Madinah…

Mushaf Madinah yang dikerjakan oleh Usman Thaha memiliki karakteristik tersendiri, yang membedakannya dari mushaf yang lain. Di antara perbedaan tersebut adalah: Mengkomparasikan khath versi standar akademis dengan gaya klasik dalam berbagai versinya, sehingga melahirkan gaya baru yang berbeda dari penulisan Al Qur’an pada umumnya, seperti misalnya:

1- Menghindari cara penulisan huruf yang terlalu bertumpuk, sehingga terjaga dari kerumitan dalam pembacaan serta terhindar dari penyimpangan kaidah penulisan yang benar.

2- Meniadakan penggunaan variasi dari pola-pola huruf tertentu untuk menghindari kerancuan antara satu huruf dengan huruf lain yang mirip cara penulisannya, seperti: bentuk “ha besar yang terbuka”, bentuk “mim kecil yang tertutup” dengan berbagai ragamnya, bentul “ra’ yang panjang melengkung”, dan lain-lain.

3- Menggunakan pola penulisan huruf yang melebar dari satu huruf ke huruf selanjutnya, agar penulisan harakat pada setiap huruf tampak jelas dan tidak bertumpuk. Pola ini digunakan dalam khath Kufi yang menjadi standar penulisan Al Qur’an di jaman para sahabat dahulu.

4- Memiliki standar baris pada tiap halaman yang tidak dimiliki oleh mushaf yang lain, sehingga terdapat keseragaman dalam setiap juznya. Aturannya adalah: Satu juz selalu terdiri dari 20 halaman [kacuali juz 30 yang terdiri dari 23 halaman] dan satu halaman selalu terdiri dari 15 baris. Akhir halaman juga selalu akhir ayat atau akhir surat.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *