Tapi setelah baca berita di bawah ini yang saya peroleh dari postingan di medsos, saya baru paham. Di bawah ini pernyataan salah satu tokoh Taliban, Maulawi Khairullah Khairkhah (link lengkapnya di bawah):
1. Berbeda dengan ISIS
Taliban berkonfrontasi dengan ISIS hingga banyak anggotanya yang gugur. ISIS jauh berbeda dengan Emirat Islam Afghanistan (Islamic Emirate of Afghanistan/IEA yang didirikan pada tahun 1996 ketika Taliban mulai memerintah Afganistan dan berakhir dengan kejatuhan mereka dari kekuasaan pada tahun 2001 – red.). Tak ada satupun kelompok Afghan, termasuk IEA, memiliki pandangan, tatacara dan akidah ISIS yang menghalalkan jiwa dan harta sesama Muslim. Akidah Taliban jelas bagi semua orang, dan selama 20 tahun berjihad di berbagai kawasan Afghanistan penduduk melihat dengan jelas perilaku, akidah dan interaksi IEA, dan perilaku (ISIS) itu tak terlihat pada Taliban. Keyakinan mereka (ISIS) menyimpang, dan syariat Islam kita tidak memperkenankan kita meyakini sikap demikian.
2. Tak Punya Hubungan dengan Saudi.
Ketika IEA jatuh dan AS datang dan menduduki Afghanistan, ada komunikasi komunikasi dengan Arab Saudi, tapi sebagaimana dahulu kami tak menjalin hubungan dengannya. Dari jumlah kunjungan kami Anda dapat menebak bahwa sebagaimana dahulu hubungan kami tak banyak atau bahkan tidak ada, dan kami tak mengadakan kunjungan-kunjungan terbuka ke Saudi.
3. Menyantuni Tentara Yang Menyerah.
Rakyat mengetahui bahwa pemerintah (Afghanistan sekarang) tak akan bertahan lama. Mereka akan jatuh. Kami tak menyerang kota-kota besar adalah demi kehati-hatian dan menghindari jatuhnya banyak korban sipil, naudzu billah. Kami mampu membebaskan kota-kota besar, tapi sejauh ini para petinggi kami tak menginstruksikannya. Mengenai kota-kota besar, kami ingin mencapai kesefahaman politik dengan penduduknya, dan setelah itu baru kami mengambil keputusan, supaya tak terjadi kerusakan besar di kota-kota.
4. Menghormati muslim non Sunni.
Sebelum IEA berdiripun kami sudah biasa berkunjung ke masjid-masjid Syiah, beramah tamah di sana, dan menjalin hubungan persaudaraan Islam dengan Syiah. Musuh-musuh kami menyalah gunakan isu Sunni-Syiah, dan ini bukanlah sesuatu yang spesial. Kami mengakui kredibilitas orang-orang Syiah. Mereka adalah bagian dari Afghanistan, dan kami dengan tegas memaklumkan bahwa isu kedaerahan, mazhab, ras dan bahasa sama sekali tidak ada pada kami. Kami tak bersedia mengkafirkan orang-orang yang mengucapkan kalimat “la ilaha illa Allah” dan mendirikan shalat, dan inilah yang justru mendorong kami berperang dengan ISIS, yang menganggap mereka sebagai kafir dan menghalalkan darah mereka.
***
No responses yet