Menjadi Santri Pelayan Kanjeng Nabi di Tengah Pandemi

Lebih dari 20 tahun, pesantren Darus-Sunnah Ciputat yang dirintis olah Kiai Ali Mustafa Yaqub (1952-2016) mendedikasikan diri menjadi institusi pendidikan yang fokus pada kajian hadis. Metode pembelajarannya memadukan pendidikan pesantren tradisional (salafiyah) dan pendidikan modern jenjang perguruan tinggi. Selama 4 tahun, mahasantri wajib mengikuti perkuliahan yang mengkhatamkan kitab induk hadis (kutub al-sittah); Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan al-Tirmidzi, Sunan al-Nasai, dan Sunan Ibnu Majah. Referensi ini dijadikan sebagai basis studi hadis riwayah.

Sedangkan dalam studi hadis dirayah, mahasantri secara berjenjang wajib mengkaji musthalah al-hadits, takhrij, kajian sanad, hingga metode intepretasi matan hadis. Selain itu, juga masih didukung dengan kajian fiqih, ushul fiqih, dan kaidah fiqih. Salah satu kitab muqarrarnya adalah kitab Bidayah al-Mujtahid karya Imam Ibnu Rusyd (520-595 H) dan kitab Fawaid al-Janiyyah karya Syaikh Yasin al-Fadani (1915-1990).

Jenjang reguler ini, dirasa baru bisa dinikmati oleh mahasantri yang kebanyakan adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, PTIQ, IIQ, dan beberapa kampus sekitar. Selain masa studinya cukup panjang (4 tahun), kuota penerimaan mahasantri baru setiap tahunnya juga sangat terbatas, yakni hanya 50 orang. Padahal, pendaftar yang mengikuti seleksi ada sekitar 200 orang.

Maka dari itu, dengan niatan untuk memberikan kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat untuk mengkaji hadis, Ali Mustafa Yaqub Institute (AMY Institute) lantas berinisiasi membuka sekolah hadis. Tahun ini adalah angkatan ketiga. Karena untuk upaya penerapan protokol kesehatan, sekolah hadis tahun ini diadakan secara online. Program ini dikemas sebagaimana serial short course pada umumnya. Selain program ini berdurasi pendek, sekolah hadis juga diniatkan sebagai media memasyarakatkan kajian hadis yang komprehensif dan intensif. 

Dengan harapan, pesan-pesan mulia kanjeng Nabi Muhammad (shalawat dan salam semoga tercurah kepada beliau) dapat dipahami dan diamalkan secara baik dan benar. Ujungnya, Islam dapat hadir menjadi rahmat bagi alam semesta.

Lantas, tertarikah Anda?

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *