Setelah video Syekh ‘Ali Jum’ah yang mengomentari Imam Syatibi (W. 790 H) penulis al-Muwafaqat viral di dunia Facebook, kemudian banyak para ulama lain yang mengomentari, hamba jadi mendapat faidah baru, yaitu banyaknya ulama yang terkenal dengan sebutan “Imam Syatibi”, antara lain:

1.) Abu Muhammad, Al-Qasim bin Firruh bin Abi Al-Qasim Khalaf bin Ahmad Al-Andalusi (W. 538 H) seorang Muqri dan bermazhab Syafi’i. Karangan beliau yang paling terkenal adalah Hirz Al-Amani yang dikenal dengan Matan Asy-Syatibiah. 

2.) Abu Abdillah, Muhammad bin Sulaiman bin Muhammad Al-Muafiri Asy-Syatibi. Seorang alim ilmu Qira’at yang lahir tahun 585 H belajar fiqih dan hadits di banyak tempat, antara lain: Andalus, Hijaz, Syam dan Mesir. Kemudian mengasingkan diri untuk beribadah di Alexandria. Wafat tahun 672 H. Diantara karya beliau: Al-Lum’ah Al-Jami’ah fi Tafsir Al-Qur’an dan Syaraf Al-Maratib wa Al-Manazil fi al-Qiraat. 

3.) Abu Abdillah, Muhammad bin ‘Ali bin Yusuf Al-Anshari Asy-Syatibi, ahli ilmu bahasa yang lahir tahun 601 H, dan wafat di Kairo tahun 684 H. Antara karya beliau: Hawasyi ‘Ala Shihah Al-Jauhari. 

4.) Abu Ishaq, Ibrahim bin Musa bin Muhammad al-Gharnathi Asy-Syatibi. Seorang ahli Ushul fiqih dan Imam Besar dalam Mazhab al-Maliki. Wafat tahun 790 H. Diantara karyanya: Al-Muwafaqat dan Al-‘Ithisham. 

Selain sebutan “Imam Syatibi” yang disematkan kepada beberapa ulama, ada beberapa sebutan lain yang juga disematkan ke beberapa ulama, antara sebutan tersebut misalnya: Ibnu Al-Atsir. 

“Ibnu Al-Atsir” Ini masyhur disematkan kepada 3 tokoh besar. Yang pertama, seorang ahli sejarah yang bernama Abu Al-Hasan ‘Ali bin Muhammad bin Muhammad Al-Jazari (555 – 630). Diantara karya beliau: Al-Kamil fi At-Tarikh dan Usud Al-Ghabah fi Ma’rifah Ash-Shahabah. 

Yang kedua, seorang ahli hadits juga ahli bahasa dan ahli ushul fiqih, bernama Majd Ad-Din Al-Mubarak bin Muhammad bin Muhammad Al-Jazari (544 – 606), diantara karya beliau yang terkenal adalah: Gharib Al-Hadits dan Jami’ Al-Uhsul. 

Yang ketiga, seorang penulis yang bernama Abu Al-Fath Nashrullah bin Muhammad bin Muhammad Al-Jazari (558 – 637). Diantara karya beliau: Al-Mitsl As-Sair fi Adab Al-Katib wa Asy-Syair. 

Kemudian ada Ibnu Katsir. Ada dua tokoh yang terkenal dengan sebutan Ibnu Katsir, yang satu seorang ahli Qira’at yang bernama Abdullah bin Katsir bin Amru bin Abdullah (45 – 120), yang satu lagi seorang Mufassir yang bernama ‘Imaduddin Abi Al-Fida Ismail bin Umar bin Katsir (701 – 774) diantara karyanya yang paling terkenal: Tafsir Ibnu Katsir dan Al-Bidayah wa An-Nihayah. 

Selanjutnya ada Ibnu Rusyd. Ada dua tokoh juga, yang pertama dikenal dengan julukan Al-Jadd (kakek) karena dia adalah kakek dari Ibnu Rusyd yang ahli filsafat. Dia bernama Muhammad bin Ahmad bin Ahmad bin Rusyd Al-Maliki Al-Qurtubi (W. 520 H) seorang pembesar dalam Mazhab Maliki. Diantara karyanya: Al-Bayan wa At-Tahsil. 

Ibnu Rusyd yang kedua, dikenal dengan Al-Hafiid, cucu dari Ibnu Rusyd yang pertama. Dia bernama Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Al-Andalusi (520 H – 595 H) dia sempat bertemu kakeknya sebulan sebelum kakeknya wafat. Terkenal sebagai ahli filsafat. Karyanya yang terkenal: Tahafut Al-Tahafut dan Bidayah Al-Mujtahid. 

Dan beberapa ulama lainnya. 

~~

Nama-nama ulama yang saling menyerupai ini terkadang membuat pembaca keliru dalam menentukan suatu hal, dan akhirnya akan menyebabkan kesalahan yang beruntun; misalnya menisbatkan suatu pendapat bukan pada orang yang tepat, atau menisbatkan sebuah karya bukan pada pemiliknya, dan seterusnya. 

Oleh karena itu,meneliti nama-nama ulama yang memiliki kesamaan itu sangat penting. Bahkan ulama-ulama kita terdahulu memiliki perhatian khusus akan perkara ini. Sehingga mereka perkara ini sebuah cabang ilmu dalam ilmu hadits yang dikenal dengan Al-Mu`talif wa Al-Mukhtalif, dan Al-Muttafiq wa Al-Muftariq. 

Dari pehatian para ulama itu akhirnya lahir berbagai kitab yang secara khusus membahas cabang ilmu ini, diantara kitab-kitab tersebut:

– Al-Mu`talif wa Al-Mukhtalif karya Imam Abi Al-Hasan Ali bin Umar Ad-Daruquthni (W. 385 H). 

– Al-Ikmal fi Raf’i Al-Irtiyab ‘an Al-Mu`talif wa Al-Mukhtalif fi Al-Asma wa Al-Kuna wa Al-Ansab karya Abi Nashr ‘Ali bin Hibatillah yang dikenal dengan Ibn Makula (W. 485 H). 

– Al-Ansab Al-Muttafiqah fi Al-Khath karya Abi Al-Fadhl Muhammad bin Thahir Al-Maqdisi (W. 507 H) 

– Al-Muttafiq wa Al-Muftariq karya Abi Bakr Ahmad bin Ali Al-Khatib Al-Baghdadi (W. 463 H). 

~~

Fahrizal Fadil. 

Kamis, 1 Juli 2021.

Darrasah, Kairo.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *