Idul Adha telah kita lewati. Ada banyak kisah yang bisa kita baca di berbagai media sosial, tentang orang yang berqurban, tentang sapi dan kambing yang disembelih dan juga tentang pembagian atau pendistribusiannya ke masyarakat sekitar. Ada banyak hal unik, ada yang membahagiakan dan ada pula yang menyedihkan. Kali ini saya tak akan berkisah tentang itu, mau berkisah yang lain saja, namun masih ada kaitannya.

Dahulu kala ada peristiwa yang diingat oleh sejarah. Peristiwanya terjadi pada hari raya Idul Adha juga. Seorang lelaki miskin sepulang  dari masjid berjalan pulang melewati rumah-rumah yang keluarganya berkumpul berkerumun makan daging dengan berbagai macam masakan. Pada jaman itu, makan daging adalah potret kemakmuran dan kekayaan. Lelaki miskin itu tak berhenti, terus saja melangkah menuju rumahnya sambil berharap ada daging juga di sana, hasil pembagian qurban.

Sesampainya di rumah, istrinya menyambut dengan bahagia dengan ucapan selamat hari raya penuh berkah. Dengan senyum, sang isteri menghidangkan sup kacang dan tauge, makanan  terbaik yang dimilikinya. Sang suami tak komentar namun juga tak tersenyum. Dimakannya dalam diam sambil menatap jauh ke luar jendela dan bergumam sendiri: “Malangnya nasibku, gak ada daging seperti dipunya orang lain.” 

Setelah makan, lelaki miskin itu berjalan ke luar entah mau kemana. Dia melewati kampung yang kebanyakan di huni orang-orang miskin. Terlihat olehnya sebuah peristiwa yang mampu mengubah pola pandangnya tentang bahagia. Di depan sebuah rumah, beberapa anak bersama orang tuanya menyeleksi kulit-kulit kacang yang diangkutnya dari warung pasar, untuk mencari barangkali masih ada yang utuh atau tersisa. Setiap menemukan satu dua butir kacang, mereka tersenyum bersama dan bersyukur: “Terimakasih ya Allah atas rizki ini. Alhamdulillaah.” Lelaki yang memandangi mereka dari jauh itu tersentuh hati sambil berkata: “Aku lebih kaya ketimbang mereka, mengapa mereka lebih bahagia dariku?” Lalu, bahagia itu ada di mana dan apa penentunya?

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *