Untuk memantapkan para santri  yang saya harap berkahnya karena mereka melakukan riyadloh  (puasa dan wiridan), maka sore tadi saya mengabarkan bahwa era sekarang ini banyak doa, wirid, hizib, dan rajah yang bisa ditemukan di berbagai tempat.

Pertama, doa bisa dicari di google. Kedua, didapat dari buku yang diperjualbelikan di toko buku. Ketiga, dari seseorang yang mendapatkan ijazah dari seorang guru, tapi tidak diriyadlohi oleh gurunya itu. Keempat, diperoleh dari ijazah seorang guru yang telah meriyadlohi doa tersebut. 

Doa dengan jenis keempat, biasanya oleh beberapa sesepuh lebih disukai. Mungkin alasannya adanya berkah amalan dan tirakatan yang masih bersambung terus menerus hingga ke pengamal terakhir. Kalau tidak bisa jenis keempat ya ketiga. Tentu saja boleh ada gagasan beda dengan pendapat di atas.

Contoh doa jenis keempat adalah hizib Rifai yang diriyadlohi Kiai Ahid Sambas yang berasal dari Sunan Gunung Jati,  Syarif Hidayatullah. Pengamalan hizib Rifai jalur Kiai Ahid ini tidak terputus dalam arti setiap mata rantai dari penerima ijazah telah meriyadlohi.

Transmisi atau sanad hizib Rifai juga bisa disebut dengan “silsilah dzahabiyyah”. Dalam ilmu hadis, silsilah dzahabiyyah adalah hadis yang diriwayatkan para perawi berkualitas yang tidak diragukan lagi ketokohannya. 

Walau tidak sama persis, terkait dengan hizib Rifai, hizib ini diwarisi dan diamalkan secara turun temurun oleh keluarga Kiai Ahid Sambas (salah satu kiai dan pendekar 1965 yang menjadi garda terdepan menghadapi PKI) ke atas sampai Sunan Gunung Jati. Mereka semua adalah tokoh masyarakat pada masanya.

Dengan demikian, hizib ini diamalkan oleh para sesepuh mulai dari (1) Kiai Raden Ahid Sambas bin (2) Kiai Raden Ilyas bin (3) Raden Abdullah bin (4) Raden Idris bin (5) Raden Hanafi Djaja bin (6) Raden Selaprana bin (7) Raden Sarmawijaya bin (8) Raden Parapadma bin (9) Raden Salidjan Singaperwata bin (10) Pangeran Matang Jimat bin (11) Pangeran Sutadjaya III bin (12) Pangeran Sutadjaya II bin (13) Pangeran Sutadjaya I bin (14) Panembahan Wirasuta Gebang bin (15) Pangeran Suwargan bin (16) Pangeran Pasarean bin (17) Sultan Syarif Hidayatullah.

Tentu bagi santri milenial, sangat disayangkan kalau ijazah seperti di atas tidak diriyadlohi. Alhamdulillah ada beberapa santri yang mengamalkan doa (hizib Rifai) tersebut. Menurut Kiai Ahid, tirakatnya minimal adalah 3 kali (3 hari x 3), para santri ada yang lebih dari 3 kali. Semoga ikhtiar para santri menjaga tradisi ini diberkati Allah.

Tadi pagi Kiai Ahid  bercerita lewat  telepon terkait dengan korona. Kalau sudah nirakati hizib Rifai bisa dijadikan tameng. Atau mengamalkan qunut tiap lima waktu serta memperbanyak tasbih dan istighfar sebagaimana isi dalam surat Al Nashr.

Kepada para sesepuh yang disebut di atas semoga “energi” berkah riyadlohnya menular kepada kita…Alfatihah..

***

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *