oleh: Devia Sandra Berlian dan Putri Adelia Syahida, (Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka)
- Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia adalah penyakit yang menyerang jiwa yang dapat memengaruhi perasaan, perilaku, dan komunikasi penderitanya. Penderita skizofrenia dapat mengalami halusinasi, delusi, pikiran kacau, dan perubahan perilaku. Penderita skizofrenia ini dapat memiliki potensi untuk kehilangan fungsi sebagai manusia seutuhnya karena kemampuan berpikir dan motoriknya terganggu. Perawatan terhadap penderita skizofrenia berlangsung seumur hidup.
Skizofrenia merupakan penyakit mental yang penderitanya ada di seluruh belahan dunia . Menurut World Health Organization (2022) terdapat 300 juta orang di seluruh dunia yang mengalami gangguan jiwa seperti depresi, bipolar, demensia, termasuk 24 juta orang yang mengalami skizofrenia. Dari data prevalensi skizofrenia tercatat relatif lebih rendah dibandingkan dengan data prevalensi gangguan jiwa lainnya. Namun berdasarkan National Institute of Mental Health (NIMH), skizofrenia merupakan salah satu dari 15 penyebab besar kecacatan di seluruh dunia (NIMH, 2019). Data American Psychiatric Association (APA) (2018) menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. Skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun.
Indonesia sendiri menduduki peringkat 1 sebagai negara pengidap skizofrenia, kedudukan ini muncul pada pencarian di situs google menggunakan kata kunci “number 1 schizophrenia country”. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 di Indonesia terdapat skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk (Depkes RI., 2019).
- Gejala dan Penyebab Skizofrenia
Gejala skizofrenia terbagi menjadi 2 kategori:
1. Gejala negatif
Gejala negatif ini muncul ketika kemampuan yang biasa dimiliki orang pada umumnya menghilang seperti konsentrasi, pola tidur teratur, dan motivasi hidup.
Penderita skizofrenia akan kehilangan kosentrasi, pola tidur berantakan, kehilangan motivasi hidup, dan sulit merasa senang. Hal seperti ini akan berlangsung secara bertahap dan berangsur memburuk seiring waktu.
Gejala negatif seperti ini tentunya menyebabkan banyak kerugian bagi penderitanya, diantaranya seringkali hubungan penderita dan keluarga rusak. Hal ini karena gejala negatif seringkali disalahartikan sebagai sikap malas dan tidak sopan. Tidak hanya itu, hubungan dimasyarakat pun juga akan terganggu karena biasanya penderita enggan untuk bersosialisasi dan memilih untuk berdiam diri di rumah.
2. Gejala positif
Gejala positif ini tampak dari perilaku yang tidak tampak pada individu sehat, seperti:
- Halusinasi, yaitu ketika merasakan sesuatu yang terasa nyata, namun sebenarnya itu hanya perasaan yang ada di pikiran penderitanya.
- Delusi atau waham, yaitu keyakinan kepada sesuatu yang bertolak belakang dengan kenyataan. Gejalanya beragam, seperti merasa dipantau, diikuti. penderita skizofrenia yang mengalami gejala ini memiliki pikiran paranoid.
- Kacau dalam berpikir dan berbicara. Penderita mengalami kesulitan dalam berbicara dan sulit berkonsentrasi serta berkomunikasi juga membingungkan, sehingga sulit dimengerti oleh lawan bicaranya.
- Perilaku kacau. Perilaku penderita sulit diprediksi, penderita dapat tiba-tiba berteriak dan marah tanpa sebab.
Penyebab Skizofrenia
Penyebab utama skizofrenia sampai saat ini belum diketahui, tapi ada beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan penyakit ini, yakni:
- Faktor Genetik
Apabila terdapat pasangan yang salah satunya merupakan penderita skizofrenia maka keturunannya memiliki risiko 10 persen lebih tinggi untuk mengalami kondisi yang sama. Namun, apabila terdapat pasangan yang keduanya merupakan penderita skizofrenia maka keturunannya memiliki risiko meningkat 40 persen lebih besar. Sementara itu, apabila anak kembar yang salah satunya mengidap skizofrenia akan memiliki risiko hingga 50 persen lebih besar.
- Komplikasi Kehamilan dan Persalinan
Faktor penyebab skizofrenia juga dapat ditimbulkan dari beberapa kondisi yang mungkin terjadi ketika hamil dan dampaknya terlihat saat anak lahir, seperti terpapar racun dan virus, sang ibu pengidap diabetes, terjadi perdarahan pada masa kehamilan, serta kekurangan nutrisi.
Selain dari kehamilan, komplikasi yang terjadi ketika persalinan juga dapat menyebabkan seorang anak mengidap skizofrenia. Contohnya, berat badan rendah saat lahir, lahir prematur, dan asfiksia atau kekurangan oksigen saat dilahirkan.
- Faktor Kimia pada Otak
Ketidakseimbangan kadar serotonin dan dopamin pada otak dapat menjadi salah satu penyebab dan meningkatkan risiko seseorang mengidap skizofrenia. Keduanya merupakan zat kimia yang berfungsi untuk mengirim sinyal antara sel-sel otak sebagai bagian dari neurotransmitter.
Selain itu, pengidap skizofrenia juga memiliki perbedaan pada struktur dan fungsi otak dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki gangguan mental. Perbedaan tersebut antara lain:
- Ventrikel otak memiliki ukuran yang lebih besar. Ventrikel sendiri adalah bagian dalam otak yang berisi cairan.
- Lobus temporalis memiliki ukuran yang lebih kecil. Ingatan dalam otak manusia berkaitan dengan lobus temporalis.
- Sel-sel pada otak memiliki koneksi yang lebih sedikit.
- Kaitan Skizofrenia dan Al-Qur’an
Skizofrenia merupakan penyakit kejiwaan yang menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi, kekacauan dalam berpikir, dan perubahan sikap. Menurut pengertian umum, penderita penyakit jiwa adalah orang yang sakit jiwa atau yang sakit ingatan lantaran ada gangguan pada syaraf-syaraf di otaknya, dan biasanya jika kita berbicara tentang penderita penyakit jiwa maka yang terbayang adalah keadaan seseorang yang kusut, tidak mandi, berpakaian lusuh, robek atau koyak di sana-sini, bahkan ada juga yang berkeliaran dalam keadaan telanjang bulat. Suka mengoceh atau meracau sesuka hatinya, bahkan kadang-kadang suka marah dan mengamuk tanpa sebab-sebab yang jelas, serta berbagai macam keadaan-keadaan yang tidak normal lainnya menurut definisi sehat yang kita pahami secara umum. Di masyarakat, penderita penyakit jiwa seringkali mendapat sebutan orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) atau lebih dikenal dengan sebutan orang gila.
Akan tetapi, dalam pandangan agama Islam sebagaimana yang diterangkan oleh Rasulullah saw, bahwa orang-orang yang terganggu jiwanya oleh berbagai faktor atau keadaan sebagaimana yang disebutkan di atas tidaklah disebut sebagai orang gila. Orang-orang seperti itu hanya disebutkan oleh Rasulullah saw sebagai orang yang sakit atau yang mendapat musibah dari Allah SWT. Dan secara hukum mereka termasuk dalam kelompok yang dibebaskan dari melaksanakan kewajiban syariat seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan lain sebagainya. Kecuali, pada suatu ketika mereka telah sembuh dari penyakit jiwa tersebut. Dengan kata lain, tidak ada dosa atas diri mereka jika melanggar perintah dan ketentuan Allah, sampai mereka sembuh dari penyakitnya.
Lalu, apakah kaitan skizofrenia sebagai penyakit jiwa dengan Al-Qur’an ?
Penderita penyakit jiwa seperti skizofrenia sangat membutuhkan ketenangan hati dan pikiran. Al-Qur’an sebagai kita suci bagi umat Islam yang memiliki banyak sekali manfaat, diantaranya sebagai petunjuk, penenang hati, dan penyembuh berbagai penyakit jiwa. Sebagaimana firman Allah SWT. Dalam Q.S Yunus ayat 57.
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ مَّوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَاۤءٌ لِّمَا فِى الصُّدُوْرِۙ وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ
لِّلْمُؤْمِنِيْنَ
Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman”.
Terapi Al-Qur’an merupakan salah satu bentuk psikoterapi yang dapat menjaga kesehatan jiwa seseorang . Banyak peneliti telah membuktikan terapi Al-Quran dalam kesehatan jiwa. Penelitian yang dilakukan, menunjukkan hasil bahwa terapi mendengarkan Al-Quran dapat meningkatkan kesehatan mental masyarakat dan dapat digunakan sebagai psikoterapi. Penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil bahwa terapi Al-Qur’an efektif dalam menurunkan derajat insomnia pada lansia. Kecemasan pasien yang akan menjalani operasi dapat menurun dengan mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an dan terjemahannya. Al-Qur’an juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit jasmani dan rohani . Al-Qur’an dapat menjadi penerapis dalam mengubah pikiran, kepribadian pasien secara bertahap, dan sebagai penyembuh pasien dengan gangguan kejiwaan.
Pada bulan april tahun 2018, peneliti melakukan wawancara dan observasi di RSJ Tampan provinsi Riau. Hasil dari observasi dan wawancara didapatkan bahwa terapi Al-Qur’an belum pernah dilakukan pada pasien skizofrenia, untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian dengan memberikan terapi Al-Qur’an dalam mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia.
Penelitian ini mengggunakan desain Quasy Experiment dengan rancangan Pre-Post With Control Group dilakukan di RSJ Tampan Provinsi Riau pada bulan Maret – Mei 2019. Penelitian ini membagi klien menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi yang masing-masing kelompok beranggotakan 23 orang. Kelompok intervensi diberikan intervensi terapi Al- Qur’an dan kelompok kontrol diberikan intervensi generalis. Pelaksanaan terapi Al-Quran pada kelompok intervensi ini dilakukan dengan cara meminta klien untuk membaca surat dalam Al-Qur’an yang terdiri dari QS:AL-Fatihah: 1-7, QS:Al-Isra: 82, QS:Yunus: 57, dan QS:AL-Ra’d:11 beserta artinya. Pelaksanaan terapi Al-Qur’an ini terdiri dari 8 kali pertemuan. Pertemuan dilakukan perhari. Dalam sehari dilakukan hanya sekali pertemuan. Instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah instrument Auditory Hallucinations Rating Scale (AHRS) yang dikembangkan oleh Haddock (2009). Analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa bivariat dengan menggunakan uji statistik Paired T-test dan Independent T-test.
Setelah dilakukan penelitian, ternyata hasil analisis menunjukkan bahwa selisih rata-rata pada kelompok intervensi yang diberikan terapi Al-Qur’an lebih tinggi dari pada kelompok kontrol yang diberikan terapi generalis. Hal ini menunjukkan bahwa terapi Al-Qur’an lebih efektif dalam mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia dibandingkan dengan hanya memberikan terapi generalis saja.
Manfaat Al-Qur’an sebagai penenang hati dan penyembuh berbagai penyakit jiwa telah terbukti dalam penelitian. Karena dengan membaca ataupun mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an kita senantiasa mengingat Allah SWT. Yang menjadikan hati kita merasa tenang dan tentram. Sebagaimana firman Allah SWT. Dalam QS. Ar-Ra’d Ayat 28.
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram”.
Kesimpulan
Skizofrenia adalah penyakit yang menyerang jiwa yang dapat memengaruhi perasaan,perilaku,dan komunikasi penderitanya. Gejala skizofrenia terbagi menjadi 2 kategori yaitu, gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif seperti halusinasi, delusi, kacau dalam berbikir dan berbicara, serta perilaku kacau. Sedangkan, gejala negatif seperti kehilangan kosentrasi, pola tidur berantakan, kehilangan motivasi hidup, dan sulit merasa senang. Penyebab utama skizofrenia sendiri belum diketahui hingga kini, akan tetapi ada beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan skizofrenia. Seperti faktor genetik, komplikasi kehamilan dan persalinan, dan faktor kimia pada otak. Penderita penyakit jiwa seperti skizofrenia umumnya butuh ketenangan hati. Al-Qur’an sebagai kitab suci bagi umat Islam dapat membantu penderita skizofrenia untuk mengurangi dampak dari penyakit tersebut. Hal ini sudah dibuktikan oleh peneliti yang melakukan penelitian terhadap pasien pengidap skizofrenia di RSJ Tampan Provinsi Riau pada bulan Maret – Mei 2019. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terapi Al-Qur’an lebih efektif dalam mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia dibandingkan dengan hanya memberikan terapi generalis saja. Dengan membaca dan mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an kita akan selalu mengingat Allah SWT. Sang pemilik hati yang mejadikan hati kita tenang, tentram, dan merasa aman.
Daftar Pustaka,
Devita, Y., & Hendriyani, H. (2020). Terapi Al-Quran Dalam Mengontrol Halusinasi Pendengar Pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Kesehatan, 11(2), 111. https://doi.org/10.35730/jk.v11i2.429
Saimima, S. (n.d.). Tahkim. 34–52.
Hadiansyah T., P. . . (2020). Keluarga, Kecemasan Merawat, Dalam Skizofrenia, Klien. JurnlalKeperawatan ’Aisyiyah, 7(1), 25–29.
“Skizofrenia: pengertian, gelaja, penyebab, pengobatan”. Halodoc.com, https://www.halodoc.com/kesehatan/skizofrenia .Diakses pada 11 Juli 2022
“A-Z tentang skizofrenia; gejala positif dan negatif”. Antaranews.com, https://www.antaranews.com/berita/942514/a-z-tentang-skizofrenia-gejala-positif-dan-negatif .Diakses 5 Juli 2019
No responses yet