Bogor, jaringansantri.com- Menyikapi berbagai persoalan di Indonesia terkait ketutuhan NKRI, Pancasila, Perppu Ormas dan ancaman ideologi Negara, perlu adanya diskusi kebangsaan seperti ini, begitulah yang dikatakan oleh Zulkarnain, selaku ketua Visi Islam Sunni 54, dalam acara diskusi kebangsaan yang bekerjasama dengan Pustaka Compass di Aula PPIB (Pusat Pengembangan Islam Bogor). Senin, (28/08).
Dalam diskusi tersebut, hadir penulis buku ‘Gerakan Politik HTI’, Sofiuddin. Ia mengatakan bahwa posisi Pancasila sebagai ideologi negara sudah sangat tepat karena menemukan berbagai perbededaan dan sesuai nilai agama.
“Posisi Pancasila bukanlah sebagai agama, namun di dalamnya terkandung nilai-nilai agama. Pancasila bukanlah jalan, tapi menjadi titik temu diantara perbedaan banyak jalan. Seperti agama, suku, budaya, ras dan lainnya,”ujarnya.
Dosen STIQ Al Hikam Depok ini, juga menceritakan awal mula munculnya Hizbut Tahrir yang diusung oleh Syekh Taqiyuddin baik dari luar negeri hingga berkembang di Indonesia.
“Awal mula opini khlitafah yang dibawa Syekh Taqiyuddun melalui Hizbut Tahrir ini, merupakan kajian-kajian kecil. Kemudian Hizbut Tahrir mendapatkan respon hingga semakin mendapatkan tempat dan menarik masyarakat. Kalau di Indonesia, Hizbut Tahrir mulai bekembang masif pasca reformasi. Hal ini terjadi karena masa Soeharto begitu ketat melakukan filterisasi gerakan-gerakan transnasional. Khususnya yang berbeda dengan ideologi Negara,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Santri KH. Hasyim Muzadi ini mengungkapkan peran Perppu Ormas yang muncul sebagai respon dari gerakan HTI yang berlawanan dengan ideologi Negara dan memungkinkan untuk melakukan aksi radikalisme seperti yang ada di Uzbekistan dan Negara lain.
“Di Indonesia terbukti hanya seputar opini yang dilempar. Namun, kita lihat di luar negeri seperti Uzbekistan. Aktivis Hizbut Tahrir disana ditangkap karena sudah sampai taraf ekstrimisme,” imbuhnya.
Ia juga menambahkan agar semua elemen masyarakat turut menjaga keutuhan NKRI dari berbagai ancaman ideologi Negara. Mengingat kalau Pancasila ditenggelamkan, maka posisi bangsa Indonesia menjadi morat-marit dan kehilangan identitasnya. Bahkan, Pancasila ia gambarkan seperti Jimat Kalimosodo dalam tokoh pewayangan Yudhistira.
“Lha di Indonesia ini memiliki Jimat Kalimosodo. Jimat Kalimosodonya berbentuk Pancasila mulai dari ketuhanan sampai keadilan sosial,” tegasnya.
Dalam diskusi tersebut, hadir juga pembicara lainnya, yaitu Hery al Halwani mantan aktivis HTI dan HA. Khotimi Bahri selaku Sekretaris Komisi Fatwa MUI Kota Bogor. (Zainal Abidin)
2 Responses