• Catatan Singkat Kitab “Fadhl ‘Asyr Dzi al-Hijjah” Karya Imam al-Thabarani (260-360 H)

Dalam kehidupan masyarakat muslim Indonesia, nama Imam Thabarani sudah familiar, terlebih dalam periwayatan hadis. Hal ini karena Imam Thabarani memiliki trilogi kitab hadis; al-Mu’jam al-Kabir, al-Mu’jam al-Ausath, dan al-Mu’jam al-Shaghir. Ditambah lagi dengan kitab Musnad al-Syamiyin. Di dalam empat kitab inilah, ribuan hadis Nabi Muhammad (shalawat dan salam semoga tersanjungkan kepada beliau) termaktub dan teriwayatkan. Terjaga otentitasnya hingga hari ini. Selain itu, satu karya Imam al-Thabarani yang menarik kita telaah adalah kitab kecil, 65 halaman yang berjudul “Fadhl ‘Asyr Dzi al-Hijjah”.

Setidaknya ada tiga alasan mengapa kitab ini penting kita kaji di hari-hari 10 bulan Dzulhijjah. Pertama, kitab ini menjadi pelengkap dari karya ulama yang fokus membahas keutamaan bulan Dzulhijjah. Dalam catatan Syaikh Abdillah Ammar al-Jazairi, karya Imam al-Thabarani ini merupakan kelanjutan penulisan dalam bidang yang telah dimulai oleh Imam Ibnu Abi al-Dunya (281 H) yang menulis kitab Fadhail ‘Asyr Dzi al-Hijjah. Sebuah karya yang fokus mengulas dan menjabarkan keutamaan sepuluh hari bulan Dzulhijjah.

Setelah itu, secara terus menerus dilanjutkan oleh Imam Abu Ishaq al-Ghazi (487 H) dengan karya Imla’ Fi Fadhli ‘Asyr Dzi al-Hijjah, Imam Taqi al-Din al-Maqdisi (600 H) dengan karya Fadhli ‘Asyr Dzi al-Hijjah, Imam Muwaffiq al-Din al-Maqdisi (620 H) dengan tulisan berjudul Fadhl ‘Asyr Dzi al-Hijjah, dan Imam Dhiya al-Din al-Maqdisi (643 H) yang menulis kitab Fadhail al-‘Asyr.

Kedua, sesuai judulnya, kitab ini fokus mengulas keutamaan sepuluh hari bulan Dzulhijjah. Di bagian awal, dipaparkan sandaran ayat al-Qur’an yang menunjukkan kemuliaan 10 hari di bulan Dzulhijjah. Di antaranya adalah surat al-Baqarah ayat 203 dan surat al-A’raf ayat 142. Yang menarik, di titik ini, Imam al-Thabarani memberikan tafsiran kandungan ayat tersebut. Pendekatan yang digunakan adalah sesuai kepakaran ilmu beliau, yakni dalam bidang hadis. Karena itu, tafsir yang diketengahkan adalah tafsir ayat al-Qur’an dengan riwayat hadis. Metode ini sering disebut dengan “tafsir bi al-ma’tsur”.

Ketiga, kitab ini akan menunjukkan amaliyah yang perlu dihidupkan di hari-hari yang mulia itu. Di antaranya adalah puasa, dzikir, membersihkan diri, membaca al-Qur’an, hingga berkurban. Dengan menelaahnya, kita akan terteguhkan dengan mendapati ayat al-Qur’an, hadis, dan pendapat para ulama terkait keutamaan 10 hari bulan Dzulhijjah dan amaliah untuk menghidupkannya. 

Hingga saat ini, pandemi Covid-19 masih belum jelas kapan berakhir. Berbagai upaya penanganan telah dilakukan. Dunia bergerak ke arah tatanan baru. Baik dalam ranah sosial, ekonomi, budaya, politik, keamanan, hingga agama. Tempat-tempat ibadah ditutup sementara. Bahkan ibadah haji dibatasi dan ditutup untuk umum.  Namun demikian, berbagai bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada-Nya sangat banyak dan mudah kita tunaikan. Lebih dari itu, kita berharap, semoga ibadah di bulan Dzulhijjah ini menjadi spirit untuk tetap optimis di tengah pandemi. 

Lantas tertarikkah anda?

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *