Merasa hidup ini selalu tak nyaman? Penuh masalah? Sakit badan atau sakit hati? Janganlah terlalu kaget, sesungguhnya semua orang merasakan derita yang sama dengan masalah yang beragam. Mungkin yang membedakan adalah sikap mereka dalam menghadapi musibah dan ketaknyamanan itu. Ada yang mengekspresikan secara vulgar di depan publik baik secara langsung atau melalui media sosial dan ada juga yang menyatakannya hanya kepada Allah dengan cara berbisik dalam doa. Sebagian kecil malah ada yang menghadapinya dengan syukur. Mengapa dengan syukur?
Musibah, beban hidup atau ketaknyamanan ternyata menjadi penanda utama kita masih hidup di dunia. Dunia bukan tempat yang bebas dari ujian. Kalau bebas dari ujian, mengapa Allah memerintahkan hambaNya untuk bersabar dan memberilan pahala besar kepada yang bersabar. Jalani saja semua lika-liku hidup ini dengan sabar dan syukur. Ketenangan dan kenyamanan hakiki, menurut Imam Ahmad bin Hambal, itu terjadi sejak saat satu kaki kita sudah melangkah ke halaman surga.
Lantas bagaimana cara kita bersabar dan bersyukur, menjalani ujian ketaknyamanan hidup ini? Para guru hati sepakat menanamkan prinsip bahwa semua yang terjadi di dunia ini adalah sementara, tak ada yang abadi. Semua pasti memiliki akhir. Jalani saja kisah hidup kita masing-masing. Bacalah sejarah orang sakit parah yang akhirnya sembuh, dengarkan kisah orang yang miskin hina dina kemudian menjadi orang kaya dan mulia. Kisah seperti ini banyak. Lalu mengapa kita harus memvonis bahwa derita kita ini segala-galanya dan tak akan pernah berakhir?
Tugas kita hanyalah mempersembahkan yang terbaik, yakni berdoa dan berusaha keluar dari ketaknyamanan itu. Berdoalah dengan khusyuk dan berupayalah dengan baik, selanjutnya adalah tawakkal, tafwid dan taslim. Berhentilah menuhankan kemampuan dan kekuatan kita. Pahami makna “laa hawla a quwwata illaa biLllah al-Aliyy al-Adzim.”
Lebih dari itu, musibah dan ujian Allah itu sesungguhhnya surat kecil, surat pengingat, dari Allah kepada kita bahwa kita ini hamba yang lemahyang harus selalu mendekat dan bergantung kepada Allah Yang Mahakuat. Selamat membaca surat kecil Allah. Salam, AIM
No responses yet