Syekh Anom Sidakarsa merupakan keturunan dari Raden Fatah Kerajaan Demak. Syekh Anom Sidakarsa bersama di Jawa Tengah bagian selatan. Syekh Anom Sidakarsa memiliki andil besar dalam penyebaran islam di Kota Kebumen dan sekitarnya.

Menurut Muhyidin, Juru Kunci Makam, Silsilah beliau bersambung juga dengan Kerajaan Majapahit. Berikut urutan nasabnya Prabu Kertabhumi (Brawijaya V) – Raden Patah – Sultan Trenggono – Sunan Prawoto – Pangeran Kediri – Pangeran Sudarmo – Pangeran Anom atau Syekh Anom Sidakarsa.

Konon, Syekh Anom sengaja datang dan menetap di Kebumen untuk menyantri kepada Syekh Abdul Awal, ulama di Jawa Tengah bagian selatan. Oleh karenanya, tidak heran jika makam Syekh Anom berada tidak jauh dari Makam Syekh Abdul Awwal, yakni sekitar 1,5 kilometer dari makamnya.

Meskipun berasal dari Demak, namun Syekh Anom Sidakarsa lebih menghabiskan akhir hayat di Kebumen untuk menyebarkan agama Islam di daerah ini. Keturunan Ningrat tak membuatnya jumawa, dan beliau lebih senang membaur bersama rakyat.

Ki Anom dimakamkan di Desa Grogolbeningsari, Kecamatan Petanahan, Kab. Kebumen, Jawa Tengah. Berjarak sekitar 12 kilometer dari Pusat Kota Kebumen atau sekitar 6 km dari Pantai Petanahan, Kebumen.

Pada area makam Syekh Anom Sidakarsa, peziarah dapat melihat pemakaman yang terdiri dari beberapa makam termasuk makam Syekh Anom Sidakarsa sendiri. Sebelum memasuki pintu makam, peziarah biasanya berwudhu di tempat wudhu mushalla yang ada di depannya.

Musholla ini diberi nama Musholla Agung Al Waliyyu Syekh Anom Sida Karsa. Tidak begitu besar ukurannya, sesuai nama, namun merupakan bangunan permanen dengan tembok bata disemen dan atap genteng serta kemuncak kuncup bunga empat tingkat dan aksara Arab berbunyi “Allah” di puncaknya. Di samping kiri terdapat pintu unik dan elok berdaun satu berbentuk lengkung. Di sisi kiri dan kanan bawah pintu ini terdapat hiasan suluran, sedangkan di dasar lengkung atasnya terdapat aksara Arab berbunyi “Muhammad” di kiri, “Allah” di kanan, dan “Bismillahirrahmanirrahim” pada bagian lengkungnya.

Dilansir dari catatan Bambang Aerongbinang, di bawah lengkung ada sepotong matahari dengan tujuh berkas sinar, dan di dalam matahari terdapat tulisan “Musholla Agung Al – Waliyyuh Syech Anom Sida Karsa, Putra wayah Dalem Sunan Demak”.

Kaligrafi tulisan Arab di musholla yang di bawahnya terdapat tulisan “Sesungguhnya yg memakmurkan masjid Allah hanya orang- yg beriman kepada Allah dan hari Qiamat”. Di bawah tulisan ada kaligrafi lagi, dan paling bawah ada lagi tulisan berbunyi “Sodaqoh itu menutup tujuh puluh pintu kejahatan”.

Pintu utama di tengah berdaun dua yang juga sangat indah, dengan lengkung bertaut di bagian atasnya, ornamen suluran warna metalik, huruf Arab “Allah”, “Muhammad”, kaligrafi ayat suci, dan tulisan “Pangkat ilmu di atas Segala pangkat, Al Hadits”, serta tulisan ayat Al-Qur’an yang berbunyi
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (٢) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (٣)

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.”
(QS. Ath-Thalaq: 2-3)

Masuk ke dalam serambi bangunan Makam Syekh Anom Sida Karsa yang di keramik seluruhnya terlihat ada beberapa buah makam yang posisinya terpisah dengan letak tak teratur, dengan bentuk dan ketinggian yang berbeda-beda pula. Yang menarik adalah adanya beberapa makam yang bagian tengah pusaranya berada di bawah permukaan lantai serambi, serta tak ada bagian makam itu yang lebih tinggi posisinya dari lantai. Jika pun itu dibuat sebagai penghormatan kepada Syekh Anom Sida Karsa, namun ada makam lain yang berbentuk kijing biasa dan lebih tinggi dari lantai.

Beberapa makam di serambi itu diberi tengara, seperti makam Bu Nyai Romini, makam Nyai Chasan Abdullah yang wafat pada 1955, KH Bachri wafat 1957, dan makam Kyai Chasan Abdullah yang wafat pada 1943. Sejumlah makam lainnya tidak memiliki penanda. Mereka yang dimakamkan di serambi adalah keturunan Syekh Anom Sida Karsa

Sementara itu, makam Syekh Anom Sidakarsa sendiri terletak di dalam sebuah cungkup yang ditutup kain dan kerangka besi. Dindingnya berupa kaca dengan ornamen kaligrafi ayat al-Qur’an. Cungkup tersebut digembok oleh pengelola untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Karena berdasarkan pengalaman, konon ada orang yang dengan sengaja mencoba mencuri sesuatu di dalam Makam tersebut untuk digunakan sebagai jimat.

Saat ini, Makam Shekh Anom Sidakarsa selain sebagai tempat Ziarah juga menjadi cagar budaya sebagai bukti keberadaan Ulama yang giat menyebarkan syari’at Islam di masa lampau. Pemugaran makam ini dilakukan pada tahun 1982, dan terus berlanjut dengan membangun pendopo, mushalla, serta taman pendidikan al-Qur’an dan madrasah yang diberi nama Madrasah Al-asna yang berarti bersinar. Dinamakan demikian karena Pak Muhyiddin, sang juru makam mengambil berkah dari Pondok Pesantren al-Asna, sebuah pesantren besar di kabupaten Kebumen.

Tak jauh dari areal makam berdiri masjid yang konon peninggalan oleh Ki Anom Sidakarsa. Meski tak begitu besar, namun masjid tua ini cukup terawat. Di depan terdapat prasasti yang disana tertulis “Masjid Surnodupes” dengan aksara arab. Dibawah terdapat tulisan “Wadas Grogolbeningsari masjide Mbah Syekh Anom Sidakarsa pengikut surnodupes sedoyo penderek Mbah Syekh Anom Sidakarsa” yang tertulis dengan aksara latin.

Selain makam, musholla dan makam terdapat pula petilasan Syekh Anom Sidakersa lainnya yang berjarak dari 600 meter dari makam. Petilasan tersebut berupa sumur dan bekas pondasi rumah Syekh Anom Sidakersa.

Tampak depan gapura dengan bagian atas berbentuk atap pelana, pagar tak terkunci dicat warna tembaga dengan anak panah berwarna keemasan, serta tengara yang berbunyi “Sumur Tua Petilasan Syekh Anom Sidokarso, Dukuh Wadas, Desa Grogolbeningsari, Kecamatan Petanahan, Kab. Kebumen, Provinsi Jawa Tengah”

Bambang Aerobinang menuturkan bahwa memang suasana sekeliling petilasan tampak sepi. Petilasan ini hanya ramai dikunjungi pada bulan Suro dan Ruwah saja.

Area berpagar besi dicat warna tembaga yang berada di sisi sebelah kiri kompleks petilasan sumur Syekh Anom Sida Karsa dipercayai sebagai area bekas rumahnya. Pak Muhyidin sempat menyebutkan bahwa dulu area bekas rumah Syekh Anom ini mungkin lebih luas dari yang ada sekarang ini.

Karena memang tidak membuka pesantren dan hanya menerima Santri Kalong (pulang pergi), yang mengaji hanya pada malam hari, bisa dimengerti bahwa Syekh Anom tidak membutuhkan tempat yang luas untuk menerima dan mengajar murid-muridnya. Masjid pun mungkin cukup untuk memenuhi kebutuhan menampung para santri yang jumlahnya ratusan.

Sekitaran lingkaran sumur tua peninggalan Syekh Anom Sida Karsa itu telah disemen lumayan tebal berbentuk segi empat yang hampir menyerupai bentuk umpak sebuah bangunan tradisional Jawa. Serumpun tetean terlihat menyembul keluar dari lubang sumur.

Sumur ini konon dibuat sendiri oleh Syekh Anom Sida Karsa, dan karenanya banyak orang percaya bahwa airnya membawa tuah, dari mulai mengobati penyakit sampai untuk mendapatkan keturunan. Kepercayaan adalah kekuatan, dan kekuatan bisa membawa orang kepada apa yang ia ingin atau idam-idamkan, lepas apakah itu karena tuah air atau tuah usaha kerasnya sendiri.

Air sumur itu tidak lagi ditimba, namun ada pompa air yang mengalirkannya ke dalam tando air berukuran besar, dan orang bisa mengambilnya secara gratis dari keran-keran yang ada. Petilasan ini juga dilengkapi dengan WC dan tempat berteduh kecil di pojok area.

Melihat area petilasan yang tak begitu luas itu saya teringat kisah legenda yang diceritakan Muhyidin, yaitu ketika rumah Syekh Anom Sida Karsa disatroni gerombolan berandal Ambal yang berjumlah 200-an orang. Rumah Syekh Anom disebutkan kecil saja, namun meski kecil rumah itu mampu menampung seluruh anggota berandal dan bahkan mereka hanya memenuhi satu sudut rumahnya saja.

Saat ini Juru Makam Ki Anom Sidakersa diemban oleh Bapak Muhyiddin. Beliau masih terhitung keturunan ke-12 Syekh Anom Sida Karsa yang selain mengurus makam juga mengurus kegiatan madrasah, meneruskan apa yang telah dicontohkan oleh Syekh Anom semasa hidupnya.

Berikut nasab yang sampai pada Pak muhyiddin, Syekh Anom Sidakersa – Syekh Nuqoyah – Syekh Abdul Kohir – Syekh Ragaruddin – Syekh Muhammad Mesir – Syekh Muhammad Iryad – Syekh Arda Muhammad – Syekh Rozi Mustofa – Mbah Tirta Mustofa – Mbah Sudarmin (Sayuti) – Pak Zainuddin (Sumedi) – Pak Muhyiddin.

Makam Ki Anom Sidakersa tak pernah sepi dikunjungi dari pengunjung dari berbagai daerah. Mereka berziarah seraya memanjatkan doa kepada Allah SWT agar segala hajatnya dikabulkan. Ziarah ke pusara Ki Anom Sidakersa juga dilakukan sebagai wujud syukur dan ungkapan terima kasih kepada almarhum yang telah besar jasa dalam mendakwahkan kalimat tauhid di Bumi Kebumen.

Banyumas, 14 Juli 2018

Muhammad Abid Muaffan
Santri Backpacker Nusantara

14 Responses

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *