Inilah dua ulama, guru dan murid, dari sederetan ulama legendaris di Pedalaman Minangkabau, Lima Puluh Kota. Nama keduanya masih kerap dibaca, diperdengarkan oleh yang tua-tua, terutama ketika mengenang dan menceritakan “surau”.
Siapa tidak kenal dengan Syaikh Mukhtar Ongku Tanjuang Balubuih (wafat 1974), yang menduduki syaikh dan mursyid di Surau Belubus, menggantikan posisi neneknya yaitu al-‘Arif billah Maulana Syaikh Mudo Abdul Qadim Belubus (1878-1957) yang masyhur itu. Alm. Ongku Tanjuang seorang sufi yang begitu sungguh mendidik para salik. Beliau juga pandeka Silek Oyah Kumango yang begitu mahir, langsung diambil ijazahnya dari Syaikh Mudo Abdul Qadim. Nama beliau sangat harum. Hingga kini, kebesaran dan kejernihan hasil ajarannya tetap berpengaruh. Beliau dimakamkan persis di samping pusara neneknya itu, Syaikh Belubus, dalam satu gobah, berpalut dengan Shalawat Munfarijiyyah, berkelambu hijau.
Tokoh yang kedua ialah Syaikh Djamudas Ongku Tobek (wafat 1995), yang merupakan murid dari Syaikh Ongku Tanjuang Belubus. Sangat pula tenarnya, terutama bagi anaksiak di Lima Puluh Kota. Kenapa tidak, surau-nya di Koto Panjang Lampasi Payakumbuh merupakan “persinggahan” penting anak-anaksiak sebelum menyelesaikan kelas VII di MTI Koto Panjang. Di sana anak-anaksiak bermalam, mengaji barang yang perlu dipakai dalam hidup; belajar mengingat Allah, “mengamalkan” kitab-kitab yang dipelajari di Madrasah Tarbiyah Islamiyah lewat suluk Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah. Selain itu, oleh Syaikh Ongku Tobek, anak-anaksiak itu dibekali silek, yaitu Silek Oyah Kumango yang dipelajarinya di Belubus tempo hari.
Mengenai silek ini, pernah satu ketika beliau dicopet orang. Tangan mencopet lewat arah ketiak menjulur mengambil uang beliau di saku depan. Spontan beliau jepit tangan itu dengan lengan beliau yang kecil itu. Seketika pencopet itu menjerit sejadi-jadinya, tanda sakit yang sangat, dan memohon ampun. Setelah dilepas, malah pencopet itu diberi uang oleh Syaikh Ongku Tobek, setelah meminta maaf. Padahal badan beliau kecil, tapi mempunyai teknik dan ketepatan yang jitu untuk mencari titik lemah musuh; hasil natijah Silek Oyah Kumango.
Syaikh Ongku Tobek juga mempunyai suara yang sangat merdu. Beliau disenangi menjadi Imam shalat berjama’ah. Di antara jama’ah itu ada yang sampai meneteskan air mata akibat terhanyut oleh tarannum beliau membaca al-Qur’an. Inipun menjadi cerita abadi di antara yang tua-tua yang diperdengarkan kepada kami, yang muda-muda ini.
Nah, foto di bawah ini adalah dokumentasi penting dan langka dari dua ulama sufi ternama ini. Foto ini diambil tahun 1968. Menurut informasi, foto ini setelah suluk bulan Ramadhan tahun itu, di Surau Suluk Syaikh Mudo Abdul Qadim Belubus.
Sebelah kiri, berjubah dan bersorban ialah Syaikh Mukhtar Ongku Tanjuang. Tengoklah garis wajah beliau, menyiratkan keteguhan prinsip yang kokoh. Sedang sebelah kanan, memakai peci hitam, ialah Syaikh Djamudas Ongku Tobek yang kita ceritakan ini.
Alfatihah….
Semoga Allah melapangkan keduanya di alam barzah; semoga kita tetap mendapat keberkahan ilmu-ilmu beliau ini, selalu mengalir limpahan madad dengan izin Allah azza wa-jalla… Amin
No responses yet