Pemeluk agama Islam dan pembaca al Quran tidaklah didominasi orang Arab, karena Islam bersama al Quran telah menyebar ke berbagai penjuru dunia. Kebutuhan akan literatur-literatur keagamaan bersandarkan al Quran di berbagai wilayah menuntut para ulama yang mempunyai semangat pengabdian yang tinggi untuk menulis buku keagamaan yang dibutuhkan daerahnya masing-masing. Dan diantara pemeluk agama Islam terbanyak di dunia adalah orang-orang India dan Pakistan yang sebagian besar berinteraksi dengan bahasa Urdu.
Menurut catatan terbaru, bahasa Urdu dipakai sekitar kurang lebih 100 juta masyarakat Muslim di Pakistan dan India. Hal inilah yang menjadi alasan logis banyaknya karya tafsir yang menggunakan bahasa Urdu.
Dan berikut ini beberapa tafsir al Quran yang menggunakan bahasa Urdu dan sedikit ulasan tentang isinya:
Bayanul Quran karya Maulana Syekh Asyraf Ali at Thanawi. (1280 – 1362 H)
Beliau dikenal sebagai hakimul ummah dan mujaddidul millah, tokoh yang terkenal dengan keilmuan, kezuhudan dan ibadah yang luar biasa, termasuk salah satu guru dari Syekh Yasin al Fadani.
Tafsirnya berjumlah 4 jilid dan ditulis berbahasa Urdu, beliau rangkum di dalamnya, berbagai pembahasan yang terkait penafsiran seperti kebahasaan, balaghah, fiqh, ilmu kalam dan tasawuf dengan porsi yang sesuai kebutuhan pembaca dalam memahami ayat al Quran. Tafsirnya memadukan manhaj bil ma’tsur dan bir ro’yi, juga mengkaji munasabah keserasian antar ayat dan antar surah, juga menyebutkan sababun nuzul ayat-ayat tertentu, dan dalam kajian tasawuf beliau seringkali mengutip dari tafsir al Alusi.
Ma’ariful Quran karya Syekh Muhammad Syafi’ ad Deobandi (1314 – 1396 H)
Beliau adalah seorang mufassir, faqih, muhaddist, abid, zahid, sekaligus mufti besar Pakistan pada zamannya, alumni dari Darul Uloom Deoband yang terkenal mencetak ulama’-ulama’ hebat di India dan Pakistan. Beliau juga mengambil ijazah thoriqoh dari Syekh Asyraf Ali at Thanawi.
Tafsirnya sangat terkenal di kalangan umat Islam penutur bahasa Urdu, ditulis dalam 8 jilid tebal. Beliau kumpulkan dalam tafsirnya pendapat-pendapat tafsir Syekh Rofiuddin ad Dahlawi, dan ringkasan tafsir Syekh Asyraf at Thanawi juga pendapat ulama-ulama salaf lainnya. Beliau mengawali tafsirnya dengan memberi penjelasan yang padat dan jelas sesuai maksud ayat, lalu biasanya menyebutkan hadist dan riwayat dari Nabi, Sahabat dan Tabiin yang terkait ayat, kemudian menyimpulkan makna ayat dan mengungkap rahasia-rahasia dan pengetahuan yang memberi petunjuk kepada manusia. Terkadang beliau juga membahas ilmu-ilmu pengetahuan sebatas yang terkandung dalam ayat-ayat al Quran, dan jarang sekali menyebutkan kisah israiliyah bahkan sangat mengingkarinya.
Ma’ariful Quran karya Syekh Muhammad Idris al Kandahlawi (1317 – 1396 H)
Beliau dikenal dengan perpustakaan berjalan karena luasnya keilmuannya, beliau alumni madrasah Syekh Asyraf Ali at Thanawi, dan belajar berbagai ilmu pengetahuan agama dari ulama’-ulama’ terkenal di Darul Uloom Deoband, karyanya sangat banyak dan membahas berbagai fan keilmuan.
Tafsir ini dicetak dalam 8 jilid tebal dan disusun menggunakan bahasa Urdu dengan uslub yang mudah dipahami orang dengan keilmuan rata-rata. Kelebihan tafsir ini selain hanya berpatokan pada riwayat-riwayat yang shohih dan kuat, ia berisi bantahan kaum atheis dan zindiq, dan menjawab keraguan dan syubhat mereka terhadap al Quran dan hukum Islam.
Tafsir al Majidy karya Syekh Maulana Abdul Majid Daryabadi (1892 – 1977 M)
Beliau adalah seorang penulis, mufassir India, bermadhab Hanafi dan beraqidah Maturidy, penterjemah berbagai kitab bahasa Arab ke bahasa Urdu.
Tafsir ini sebenarnya adalah terjemah al Quran berbahasa Urdu yang diberi tambahan keterangan-keterangan yang beliau rangkum dari tafsir berbahasa Arab, disamping tambahan pembahasan ilmiah dan penemuan modern yang dikutip dari buku-buku berbahasa Inggris.
Tafhimul Quran karya Abul A’la al Maududi (1903 – 1979 M)
Beliau adalah seorang jurnalis, teolog, dan filsuf politik Pakistan Sunni, dan mayor pemikir Islam Ortodoks abad ke-20. Dia juga merupakan figur politik di negaranya (Pakistan), mendirikan dan memimpin partai Islam Jamaat Al-Islami selama 30 tahun, lalu meninggalkan dunia politik dan fokus menulis, buku karyanya mencapai 60 an.
Tafsirnya disebut sebagai ensiklopedia tafsir karena merujuk ke induk-induk kitab tafsir dan mendiskusikannya, ia ditulis berbahasa Urdu dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, dan sebagian telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Metode yang digunakan adalah bil ma’tsur dan bil ma’qul, menafsirkan al Quran dengan al Quran dan Hadist, dan memberikan perhatian terhadap kisah-kisah al Quran, juga menjelaskan peta dan gambar tempat dan lokasi yang disebut dalam al Quran, serta menjelaskan ayat-ayat hukum, terkadang ia juga merujuk ke buku Ahli Kitab dan membantah penafsiran-penasiran yang menyimpang terhadap al Quran.
Ahkamul Quran karya Qadhi Syekh Muhammad Zahid al Husaini (w 1997 M)
Kitab ini cukup tipis jika dibanding kitab-kitab tafsir pada umumnya, hanya 1 jilid berisi 380 halaman, ditulis dengan bahasa Urdu, mengkaji hukum-hukum aqidah, ibadah dan muamalah. Meskipun cukup tipis, kajian kitab ini menghimpun berbagai tema yang lengkap dan disusun secara ilmiah dan metodologis.
Tibyanul Quran karya Ghulam Rasool Saeedi (1937 – 2016 M)
Beliau adalah Syekh Abul Wafa Ahmad Munir, dikenal dengan Ghulam Rasool dinisbatkan kepada Rasulullah, lahir di kota Delhi, belajar dari ulama-ulama terkenal di kota Lahore dan Karachi.
Tafsir ini dianggap tafsir fiqhi terbesar dan terlengkap yang berbahasa Urdu, ia dicetak dalam 12 jilid tebal. Dalam kitab ini, Syekh Ghulam Rasool mengembangkan pengetahuannya terhadap pendapat ulama-ulama sebelumnya, disamping menambahkan dari sumber-sumber modern dan kajian-kajian fiqh kontemporer. Beliau juga menjelaskan berbagai pendapat madhab empat dengan merujuk kitab-kitab muktabar mereka lalu mentarjih pendapat Imam Abu Hanifah, terkadang beliau juga menyandarkan tafsirnya kepada ayat al Quran, hadist, riwayat-riwayat sahabat dan tabiin juga bahasa Arab.
Tibyanul Furqan karya Ghulam Rasool Saeedi (1937 – 2016 M)
Metode yang digunakan Syekh Ghulam Rasool Saeedi dalam kitab ini hampir sama dengan metode kitab sebelumnya, hanya saja, kitab ini lebih ringkas, karena hanya 5 jilid, dan beliau menulisnya hanya sampai tafsir surah Yasin, lalu diteruskan oleh Syekh Mufti Muhammad Ismail an Nurani berkonsultasi dengan Syekh Mufti Muniburrahman. kelebihan tafsir ini adalah ia banyak berisi kritikan dan bantahan terhadap pemikiran-pemikiran atheis dan modern yang muncul di era kontemporer ini.
Wallahu A’lam
Nb: Keterangan lebih lengkap ada dalam kitab Jam’ul Abiir fi Kutubit Tasfir 🙂
No responses yet