Warung Yuk Tin sedang sibuk menyiapkan acara muhasabah (evaluasi) bersama untuk mengkritisi pelayanan warung selama setahun terakhir. Namun demikian acara rutin setiap menjelang tahun baru, mendapat protes dari kelompok jamaah garis lurus dan garis kanan yang menilai acara khusus itu tidak bermanfaat karena dianggap meniru kaum lain.
Tak seberapa lama kemudian Yuk Tin datang dengan keretanya yang penuh pernak-pernik hadiah tahun baru. Maka teriakan kelompok garis lurus dan kanan itupun semakin keras menuntut Yuk Tin bicara. Akhirya Yuk Tin menaruh telunjuknya di depan mulut meminta jamaah tenang, seketika itulah pula teriakan berhenti dan warung tenang kembali.
Yuk Tin berujar : “Saudara-saudara ada apa sehingga anda “berdzikir” dan “bertakbir” sangat keras (berteriak2) ketika menyambut saya? Apa saya bertampang setan yang akan kabur melihat anda dzikir dan takbir? Seingat saya kalian ini termasuk kelompok yang membid’ahkan berdzikir dengan suara lantang karena Allah Maha Mendengar.”
Tetiba seorang yang dianggap senior berteriak; “Yuk Tin jangan meledek kami gitu dong. Kami ini serius mau menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Yuk Tin tidak boleh memaksa karyawan Yuk Tin untuk memasang atribut tahun baru yang bertentangan dengan keyakinan mereka”.
Yuk Tin tersenyum dan langsung memanggil Paijo. “Jo apa kamu dan kru warung yang lain saya paksa untuk memasang atribut pesta tahun baru?” Paijo menyahut ; “Lho Yuk Tin kan tidak pernah menyuruh kami memasang semua ini. Semua ini inisiatif kami untuk meningkatkan kualitas pengabdian kami kepada jamaah warung. Kami ingin bersyukur kepada Allah dengan melibatkan semua jamaah dengan mengundang anak yatim dan orang miskin. Semua hidangan malam ini akan digratiskan dan semua jamaah baik dari garis lurus, garis miring, garis kanan, garis kiri, garis bengkak-bengkok, bahkan yang tidak bergaris pun akan mendapatkan kesempatan berkenalan dan memberikan santunan dari hasil tabungan kami dan Yuk Tin kepada anak yatim dan orang miskin yang kami santuni selama ini. Kami memilih melakukan acara ini dua kali setahun yakni dipenghujung tahun syamsiyah (masehi) dan juga tahun qomariyah (Hijriyah). Perlu kalian ketahui tahun syamsiah dan qomariyah itu sudah ada sebelum agama Nasrani dan Islam itu lahir. Kami mengikuti Sunnahtullah bukan sunnah kalian yang akan kalian paksakan itu. Kalau kalian tidak mau ikut “pesta” makan hidangan gratis shodaqoh kami, paling tidak ikutlah sunnah nabi dengan menebar rasa kasih sayang kepada anak yatim dan orang miskin.” Akhirnya jamaah kembali tenang dan acara berjalan lancar, mengeyangkan perut dan jiwa, serta menghadirkan rasa bahagia di hati jamaah dari semua garis dan yang tidak bergaris. Terpenting membuat tersenyum anak yatim dan orang miskin #SeriPaijo
No responses yet