Categories:

(Menyatukan Spiritualitas dan Kesejahteraan Psikologis)

Muhammad Farhani Akbar1, Muhammad Dzaki Akbar2, Evi Lutfiyani3

1Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr Hamka

2Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr Hamka

3Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr Hamka

Rt003/Rw3, Kramat Pela. Kecamatan Kebayoran baru, Kota Jakarta Selatan, Daeerah Khusus Ibukota Jakarta 12210

Email:

1@muhammad.f.akbar03@gmail.com

I.  PENDAHULUAN

Masa muda merupakan masa penemuan jati diri. Masa muda dipenuhi dengan semangat untuk menghadapi sesuatu. Masa muda juga adalah masa terbaik dalam proses pertumbuhan, baik pertumbuhan secara fisik maupun secara mental. Kedewasaan seseorang pun seringkali muncul pada usia muda. Namun kita perlu membuka mata bahwa tidak hanya hal-hal positif saja yang ada pada usia muda, karena sunnatulloh nya hal negatif selalu hadir beriringan dengan hal positif. Maka ini yang perlu kita waspadai.

Banyak anak muda yang kecewa karena kondisi ricuh keluarganya, kemudian mencari tempat nyaman untuk bersandar dengan cara keluar malam, mabuk, bermain, kemudian masuk kedalam pergaulan bebas. Harapannya berkata bahwa ia akan mendapatkan teman-teman baru yang bisa menjadi tempat bersandar, namun apa realitanya, kegelisahan-kegelisahan baru mendatang, cacian teman-temanya yang berkedok candaan dan bullying menambah masalah baru padahal masalah sebelumnya belum tertuntaskan.

Memang kesalahan keluarga adalah masalah paling intinya, namun sikap para pemuda nya pun tidak akan bisa dibenarkan jika mereka melakukan seperti pada umumya (mabok,zina, narkoba, dll).

Distorsi pandangan yg diakibatkan oleh medsos dan permasalahan broken home menyebabkan 60% remaja Indonesia di usia 16-17 tahun lakoni seks pranikah, bahkan seorang gamer usia 20 tahun dari jepang yang ingin membunuh developer sebuah game yang dimainkannya hanya karena kalah (Yudha, 2023. dalam Indozone game) menunjukkan reprentasi permasalahan psikologis pada anak muda yang cukup serius. Berita-berita seperti ini kerap muncul hampir di setiap tahun.

Selain sosialisasi terhadap pihak keluarga untuk lebih menjaga anaknya, pemahaman agama mengenai pencegahan-pencegahan hal serupa dapat membantu secara efektif karena solusinya berfokus pada kesadaran internal anak muda itu sendiri. Dengan kesadaran pribadi dari para anak muda mengenai agama, maka para orang tuapun tidak perlu repot dan lelah mendidiknya dengan keras, alias pemahaman agama pada anak muda sangat berpengaruh pada sikap anak muda itu sendiri.

Disini kami akan memaparkan bagaimana tawakkal punya peran untuk membantu meminimalisir krisis mental. Selain tawakkal berada dalam konsep spiritual, tawakkal juga memiliki andil yang baik pada ranah psikologis untuk kesehatan mental.

II. METODE

            Metode ini focus terhadap kajian pustaka dan studi literatur. Pengambilan informasi melalui berita, artikel, dan jurnal.

III. PEMBAHASAN

2.1 Tawakkal salah satu konsep spiritual dalam islam

Di dalam islam tawakkal merupakan bagian dari penerapan konsep tauhid (pengeesaan tuhan) (Husnar, Saniah, & Nashori, 2017). Tawakkal artinya menyerahkan segala sesuatunya hanya kepada Allah SWT dan meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi telah ditetapkan oleh-Nya sejak dahulu kala. Tidak ada kejadian yang luput dari pengetahuan dan rencana Tuhan. Tuhan bahkan bisa membaca kemauan dalam hati seseorang (Husnar et al., 2017).

Dinamika kehidupan yang sulit di tebak selalu membuat kita khawatir tentang apa yang akan menimpa kita. Namun ternyata itu adalah persepsi orang-orang yang tidak memiliki sandaran yang kuat dalam hidup. Lain halnya dengan orang-orang yang beriman dan percaya kepada Tuhannya. Mereka adalah orang-orang yang hidup dengan penuh ketenangan, hidup dengan penuh semangat ikhtiar (berusaha) sambal terus berdoa dan mengharap kebaikan dari Tuhannya kemudian menyerahkan segalanya kepada keputusan-Nya.

Allah Ta’ala berfirman, “…dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya (Qs.At-Talaq: 6)

Dari dalil diatas kita bisa fahami bahwa, Allah sangat menjamin rezeki orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. Hal tersebut itulah yang membuat orang-orang yang beriman bisa tenang dan santai dalam menghadapi berbagai macam situasi. Dengan dasar keyakinan bahwa segala macam dari aspek kehidupan yang Allah berikan itu pasti terdapat hikmah dan kebaikan di dalamnya, bahkan secara universal maka demikian lah orang-orang beriman memiliki kecerdasan emosional yang baik.

Di dalam islam banyak kisah teladan mengenai tawakal seorang hamba kepada Tuhannya. Bagaimana Nabi Yunus AS sanggup bertahan di dalam perut ikan paus selama 40 hari karena tawakalnya, bagaimana Nabi Musa AS membelah lautan ketika terjepit antara laut dan pasukan firaun yang mengejarnya, bagaimana Rasulullah SAW diancam ingin dibunuh semasa hidupnya tapi justru dakwah beliau menyebar luas hingga kita bisa merasakannya sampai saat ini bahkan kedepannya dan masih banyak lagi kisah lainnya. Itu semua berkat pertolongan Allah kepada hamba-Nya yang selalu berusaha, berdoa, dan bertawakal kepada-Nya.

“…Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal”.(QS.Ali Imran:160)

2.2 Kesehatan mental

            Kesehatan mental merupakan aspek penting dalam kehidupan yang perlu diperhatikan, karena memiliki pengaruh terhadap aktivitas pada setiap individu. Pengaruhnya juga dapat berdampak pada kesehatan fisik. Dan yang lebih berbahaya adalah jika sudah sampai mengarah pada depresi. Karena ternyata tidak hanya orang dewasa saja yang mengalami gangguan mental tapi anak muda pun memiliki potensi terkena gangguan tersebut. Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey 2022 menyatakan bahwa sebanyak 34,9% remaja Indonesia sudah mengalami masalah mental (20b160ee7829a0dec87efd531deeb338bb5889fb @ www.prudential.co.id, n.d.)

Kita semua memang punya latar belakang kehidupan, masalah hidup ataupun kesulitan yang berbeda-beda. Namun, hanya meratapi terus masalah tersebut adalah kesalahan besar, layaknya bunga yang rutin disiram maka bunga tersebut akan cepat tumbuh dan mekar. Begitu juga masalah, ketika kita hanya terus meratapinya tanpa keluar mencari solusinya maka akan menjadi virus yang menyarang di dalam diri (Michael J. Losier dan Rhonda Byrne) (dalam (Khoirul Ibad, 2020).

Perlu mengetahui pengaruh-pengaruh kesehatan mental untuk menemukan solusi dari kesehatan mental itu sendiri. Sebenarnya ada banyak pengaruh kesehatan mental pada anak muda, namun diantara pengaruh-pengaruh kesehatan mental anak muda menurut (Florensa, Hidayah, Sari, Yousrihatin, & Litaqia, 2023) adalah:

1). Pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter adalah pengasuhan orang tua yang menuntut anaknya tunduk dan patuh terhadap keinginannya tanpa ada diskusi. Kehendak anak dibatasi oleh kehendak orang tuanya (Agustiawati, 2014). Ini sangat jelas mempengaruhi kesehatan mental anak tersebut karena mereka merasakan bahwa dunia menjadi sempit dan justru di sempitkan oleh lingkungan keluarganya sendiri, padahal keluarga seharusnya menjadi sandaran terpercaya dibanding orang lain.

2.) Pola asuh permisif

Adalah pola pengasuhan orang tua yang cenderung menuruti semua keinginan anak (Agustiawati, 2014). Kebiasaan dimanja akan membuat ketergantungan sang anak. Resiko ketergantungan itulah yang membuat anak tersebut cenderung mudah terserang penyakit mental.

3). Pengaruh teman sebaya

Tidak dapat dipungkiri bahwa teman menjadi tempat sandaran kebanyakan para remaja dan anak muda. Namun tidak sedikit juga orang-orang yang memiliki toxic relationship di lingkup pertemanannya. Banyak sekali kasus bullying dari lingkup itu yang mengancam kesehatan mental para anak muda itu sendiri

4). Rasa syukur

Rasa syukur dapat mengontrol suasana hati meskipun dalam keadaan terpuruk sekalipun. Orang yang punya rasa syukur akan lebih terjaga dari gangguan mntal. Selain itu syukur juga dapat menguatkan spiritualitas seseorang

5). Jenis kelamin

Perempuan lebih memiliki potensi gangguan mental lebih besar dibanding laki-laki.

6). Faktor biologis

Seperti kekurangan gizi,gangguan saraf otak, faktor keturunan, pemakaian narkoba, dan lain-lain

Melihat faktor-faktor pengaruh kesehatan mental diatas maka solusinya adalah:

1). Menggunakan pola asuh yang baik pada anak. Menyeimbangkan antara keinginan anak dan orang tua. Konsep ini ada pada pola asuh demokratis dan pola asuh situasional.

2). Mencari lingkungan yang baik.

Lingkungan yang baik tidak hanya mencegah kita dari gangguan mental tapi juga dapat mensupport pertumbuhan anak lebih berkualitas karena relasi.

3). Melibatkan spiritualitas dalam hidup

Banyak peran dari spiritualitas yang sangat membantu dalam strategi mejaga kesehatan mental. Seperti penerapan spiritualitas dengan sabar dan tawakal pada guru sekolah luar biasa(Saputra, Kadar, & Shofiah, 2022), dan husnudzon untuk konseling remaja akibat kekerasan seksual (Afridah, 2022), serta banyak contoh lainnya. Dua contoh tadi tidak hanya memiliki manfaat pada peningkatan spiritualitas seseorang namun juga dapat mempengaruhi aura positif terhadap diri bahkan sekitar sehingga kesejahteraan psikologis akan terjaga.

4). Menjaga pola hidup

Menjaga pola tidur, makan, dan olahraga dengan baik. Kesehatan tubuh yang baik maka menjadikan anak muda lebih baik bersama mood dan semangatnya.

5). Mempelajari hal yang terkait

Dengan mengetahui metode-metode dari ilmu psiklologi dan soal kesehatan maka kita akan bisa lebih mengerti dan waspada sehingga kita bisa menentukan langkah awal untuk jalan pencegahan ataupun kesembuhan.

6). Konsultasi kepada ahli:

Cara ini adalah cara paling efektif dan cara terbaik, karena selain mereka mempunyai kepercayaan dengan kapasitasnya kita pun tidak akan bingung menentukan langkah kita untuk mencari solusinya.

Perlu diperhatikan bahwa pada faktor pengaruh kesehatan mental terdapat faktor eksternal dan internal. Untuk langkah penemuan solusi, perlu di perhatikan latar belakang dari permasalahan kesehatan mental tersebut. Langkah paling baik dan aman adalah dengan berkonsul kepada ahli.

2.3 Tawakkal untuk kesehatan mental anak muda

Manusia memang dituntut untuk menjadi pekerja keras, apalagi anak muda, kepercayaan-kepercayaan publik mengenai masa depan selalu diberikan kepada anak muda padahal usia muda adalah usia yang penuh sensasional, tapi juga bisa menjadi masa-masa keemasan seseorang apabila dimanfaatkan dengan bijak. Ini akan menjadi tantangan sulit untuk memperjuangkan kehidupan dengan baik dan jalan yang ditempuh pastinya tidak selamanya mudah

Salah satu konsep agama yang dapat mempengaruhi kesehatan mental anak muda adalah tawakkal. Tawakkal yang berarti “berserah diri” ini adalah cara terbaik untuk persiapan penerimaan kenyataan dalam hidup. Banyak sekali orang yang terus mendikte peristiwa yang belum terjadi harus sesuai dengan fikirannya padahal dunia ini sangatlah dinamis. Atau secara tidak langsung ia menghina dan protes terhadap Tuhannya. Terlalu sering melakukan hal tersebut hanya akan merusak kesehatan mental kita. Karena kenyataan pahitnya adalah kita seperti orang ling-lung yang malah menuggu kedatangan hal buruk. Sedangkan persepsi sempit dari manusia adalah menilai buruk jika ada sesatu yang bertolak belakang dengan fikirannya.

Dalam hubungan antar sesama pun sama, tidak perlu berlebihan percaya terhadap orang lain. Ali bin Abi Thalib berkata, “sesunngguhnya aku telah merasakan segala macam kepahitan di dunia ini, dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia.”

Seorang guru sekolah luar biasa mengalami stress karena usaha yang dilakukan dalam mendidik anak-anaknya seperti tidak membuahkan hasil. Namun bisa menurun kadar stresmya karena menerapkan konsep islam yang salah satunya adalah tawakal ini (Saputra et al., 2022).

Lalu dengan tawakkal juga mahasiswa yang mengalami stress akademik mampu menurunkan kadar stressnya, (Husnar et al., 2017)

Kemudian ketika peristiwa besar yang mewabah di seluruh dunia yang bernama COVID-19 ini pun menjadi banyak sorotan karena banyak sekali metodologi-metodologi yang digunakan sekaligus penelitian untuk penyembuhan pasien COVID-19. Dan tawakal punya pengaruh yang sangat baik atas proses penyembuhan penyakit tersebut dan mengurangi tingkat depresi bagi pasien yang mengidapnya (Riyanty & Nurendra, 2021).

Tanpa mengesampingkan kerja keras, tugas kita sebagai manusia adalah berdoa dan berusaha saja, sedangkan hasil akhir serahkan semuanya kepada Allah. Dengan punya dasar fikiran ini manusia khususnya anak muda bisa lebih enjoy menghadapi kehidupan, dibanding terus memikirkan hal-hal yang diluar kemampuan kita.

Dengan kesadaran penuh bahwa kita hidup hanyalah sebagai hamba-Nya yang wajib terus beribadah kepada-Nya (QS.Az-Zariyat: 56) maka seharusnya tawakal adalah sarana alternatif kita dalam upaya penerapan keimanan kita.

Seseorang yang memiliki fikiran jauh ke depan bukan hanya ke masa depannya di dunia saja tapi masa depannya di akhirat juga akan menjadi pribaadi yang tenang ketika diuji dan dihadapkan dengan segala realitas yang ada. Karena mereka menganggap bahwa dunia ini fana dan tidak ada artinya dengan kehidupan yang kekal abadi di akhirat.

Terus merasa aman adalah bagian dari kebutuhan manusia (Maslow, 1969) Kebutuhan akan rasa aman termasuk pada kebutuhan dasar mental seseorang. Ketika kebutuhan ini belum terpenuhi, maka dapat dipastikan orang tersebut hidup dengan penuh kegelisahan dan tidak tenang.

            Ketika anak muda memiliki masalah tentang rasa takut dan tidak aman yang disebabkan baik dari internal maupun eksternal, maka langkah terbaiknya bukan mencari sandaran terhadap orang lain, tapi gunakan peran Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang sebagai tempat sandaran pertama karena jika kita berharap kepada manusia, manusia punya kehidupannya masing-masing, manusia tetaplah manusia yang memiliki potensi kekurangan yang besar. Akan tetapi jika kita mendekat kepada Allah maka sesungguhnya Allah lebih dekat (HR. Muslim dan Bukhori 4850)

IV. KESIMPULAN

            Masa muda yang merupakan masa-masa proses penemuan jati diri dipenuhi oleh dinamika dan tantangan yang tidak mudah. Ketidakstabilan emosional anak muda menjadi hal yang perlu dikhawatirkan agar tidak mengarah kepada gangguan kesehatan mental. Mengetahui faktor-faktor dari kesehatan mental dan menerapkan konsep tawakal akan sangat membantu anak muda dalam menjalani kehidupannya.

V. SARAN

            Saran dari penelitian ini adalah, perbanyak literatur untuk menguatkan teori yang sudah ada, dan penelitian secara langsung dengan melibatkan responden akan sangat membantu mengetahui lebih dalam seberapa besar tawakal mempengaruhi kesehatan mental.

DAFTAR PUSTAKA

https://game.indozone.id/e-sport/961050047/stres-kalah-terus-gamer-dari-jepang-ini-ancam-bunuh-developer-gamenya

Al-Quranul Karim

Kitab shahih Muslim

Kitab shahih Bukhori

20b160ee7829a0dec87efd531deeb338bb5889fb @ www.prudential.co.id. (n.d.). Retrieved from https://www.prudential.co.id/id/pulse/article/cara-mengatasi-mental-health/

Afridah, Mumtaz. (2022). Konseling Berbasis Husnudzon untuk Meningkatkan Resiliensi pada Remaja Korban Kekerasan Seksual : Studi Deskriptif terhadap Remaja. Jurnal Equalita, 4(1), 90–104. Retrieved from http://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/equalita/article/view/10415

Agustiawati, Isni. (2014). Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS di SMA Negeri 26 Bandung Universita Pendidikan Indonesia. UPI Repository, 28. Retrieved from repository.upi.edu

Florensa, Florensa, Hidayah, Nurul, Sari, Lintang, Yousrihatin, Fajar, & Litaqia, Wulida. (2023). Gambaran Kesehatan Mental Emosional Remaja. Jurnal Kesehatan, 12(1), 112–117. https://doi.org/10.46815/jk.v12i1.125

Husnar, Anni Zulfiani, Saniah, Siti, & Nashori, Fuad. (2017). Harapan, Tawakal, dan Stres Akademik. Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi, 2(1), 94. https://doi.org/10.21580/pjpp.v2i1.1179

Khoirul Ibad. (2020). “Law of Attraction” (Suatu Kajian Psikologi dengan Pendekatan Tafsir Tematik). Tesis, 1–177.

Maslow, Abraham H. (1969). Toward a humanistic biology. American Psychologist, 24(8), 724.

Riyanty, Iva Nining, & Nurendra, Annisaa Miranty. (2021). Mindfulness dan tawakal untuk mengurangi depresi akibat pemutusan hubungan kerja pada karyawan di era pandemi covid-19. Cognicia, 9(1), 40–44. https://doi.org/10.22219/cognicia.v9i1.15975

Saputra, Anri, Kadar, Kadar, & Shofiah, Vivik. (2022). Sabar dan Tawakkal Sebagai Solusi dalam Mengatasi Stres Guru Sekolah Luar Biasa. Jurnal Psikologi, 18(1), 73. https://doi.org/10.24014/jp.v18i1.14265

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *