Penulis: Syaikh Al Alamah, Ahmad Al Marzuqi
Kategori Kitab: Akidah
“Duhai, yang cahayanya adalah basmalah Al Quran nyata:
Sekujur tubuhmu adalah cahaya,
dan pipimu adalah Surat An Nur.
Di sini engkau pemimpin umatmu,
disana pemberi syafaat mereka,
Duhai tempat perwujudan nama-nama(Illahi):
“Yang Maha Membimbing” dan “Yang Maha Pengampun”.”( Puisi persembahan untuk Kanjeng Nabi Muhammad Saw dari Na’t, dimuat oleh Annimel Schimel dalam bukunya yang apik, berjudul, dan Muhammad adalah utusan Tuhan, Cahaya Purnama Kekasih Tuhan)
Kitab Aqidatul Awam ini sangat familiar dikalangan para santri. Para kiai dan ustad mengenalkan untuk tingkat pemula. Kitab tipis ini seakan menjadi menu wajib bagi para santri di kelas pemula. Bahkan, mungkin bagi anak kampung yang ikut mengaji di Madrasah Diniyyah juga diberikan materi kitab ini. Buka-buka ingatan, penulis dapat materi setelah tamat SD dari Pesantren Syarbini Hasan, Bantarsari Cilacap.
Soal kitab ini bukanlah sebuah karya biasa dan murahan. Bagi yang merutinkan membacanya akan meraih banyak kebaikan bahkan hajatnya terkabul. Apakah, kitab ini semacam kitab jimat? Ia, bisa digunakan jimat. Memang, kitab ini bukan seperti kitab Mujarobat atau kitab An Nawadir, dan lainnya.
Syair-syair dari kitab ini, sebagian baitnya dari Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Alkisah, pada waktu tidurnya Syaikh Ahmad Marzuqi tak seperti biasanya, beliau bermimpi yang sangat istimewa baik bagi dirinya maupun bagi umat manusia lainnya, utamanya umat Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Siapa yang tidak ingin bertemu Kanjeng nabi? Bertemu kiai, guru mengajinya, saja meskipun kita merasa kaget gemetar sewaktu bangun, bahagianya luar biasa. Apalagi ketemu kekasih Allah Swt. disebutkan dalam sebuah hadis yang sangat populer dan sering kita dengar,
“Barangsiapa yang melihatku dalam mimpi, maka ia akan melihatku dalam keadaan sadar…”
Semoga kita dapat diberi kesempatan bertemu beliau dan para guru kita dalam setiap tidur. Tentu saja, mimpi yang bagus-bagus itu tak perlu kita kumandangkan ke khalayak umum. Kalau ia, kenapa? Ya, monggo sajalah. Lagi bosen berbantah-bantahan.
Ketika bermimpi beliau melihat Nabi Muhammad Saw, sedang berdiri dan para sahabatnya mengelilingi Syaikh Ahmad Marzuqi. Selanjutnya, Nabi Saw, bersabda,
“Bacalah syair tentang tauhid ini, jika ada seseorang yang menghafalnya maka ia akan masuk surga, kemudian akan mendapatkan sesuatu yang ingin diraihnya, apa itu? Berupa kebaikan yang sesuai dengan Al-Quran dan hadis”.
Syekh Al-Marzuki kemudian menimpali Baginda Nabi, syair yang mana, wahai utusan Allah? Para sahabat menjawab, dengarkan lebih dahulu dengan penuh kesungguhan. Lantas, nabi membacakannya
, أَبْدُ بِاسْمِ الله وَالرَّحْمنِ sampai akhir bait, yaitu وَصُحُفُ الْخَلِيْلِ وَالْكَلِيْمِ # فِيْهَا كَلَامُ الْحَكَمِ الْعَلِيْمِ,
Setelah Rasulullah selesai membaca giliran Syaikh Al Marzuki membacanya. Beruntunglah, beliau langsung hafal syair tersebut, sekali ucap. Sewaktu bangun, beliau pun membaca kembali syair tersebut sampai selesai dari awal sampai akhir dengan lancar. Luar biasa, tidak seperti kita ini, ingat mimpi yang demikian penting saja alhamdulilah, apalagi sampai bisa hafal dan fasih menceritakan kisah dalam mimpi kita. Ah, itukan, hanya kamu semata? Ia, daeh.
Memang, aku bukan maqamnya.
Ketika Syaikh Ahmad Marzuki tidur lagi bermimpi lagi bertemu Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Kali ini beliau bermimpi bersama sang baginda masih seputar syair yang sama. Nabi Saw bersabda,“Bacalah apa yang telah kau himpun di dalam hatimu.” Sewaktu Syaikh membaca hingga akhir dihadapan nabi, begitu usai para sahabat membaca Amin…
Dan Rasulullah pun bersabda kembali, kepadanya,
“Allah telah memberikan petunjuk kepadamu pada keridhaanya, dan menerima nadzom itu, memberkahimu dan orang-orang mukmin, dan para hamba Allah Swt dapat memanfaatkannya, Amiin”.
Syair pemberian Rasulullah ini jumlahnya 26 bait. Sebagai bentuk rasa cintanya yang mendalam kepada Kanjeng Nabi Muhammad Saw, Syaikh Ahmad Marzuqi menambahkan baitnya menjadi 31. Syair tersebut dihimpun dalam kitab Aqidatul Awam menjadi 57 bait.
Hemat penulis, sebelum mengaji kitab tersebut, memang para guru sebaiknya selain menghadiahkan Surat Fatihah penting memberikan penghantar mengenai sekelumit kisah mengenai riwayat penulisnya. Biar apa? Menambah kemantapan, para murid. Apakah hanya kitab ini? Semua kitab boleh. Memulai mengkaji isi kitab langsung baik, mengetahui riwayat penulisnya juga baik.
Kitab tipis ini sebagai kitab dasar bagi para santri tepat sekali diberikan. Mengenalkan soal pondasi agama sejak dini. Bahkan, ketimbang mendengarkan lagu-lagu dewasa para remaja bahkan kita ini melagukan syair-syair seperti ini juga penting ikut mengkumandangkannya. Sekarang ini, diakui atau tidak zamannya anak mencintai lagu dewasa. Kalau syair seperti ini dianggap g keren, payah sekali.
Apakah, anak santri sekarang lebih demen, mendengarkan lagu nyanyian dewasa dalam bentuk koplo, tarling, dan lagu-lagu kerakyatan lainnya? Tidak juga, yang suka bersyair masih banyak. Apakah kamu termasuk? Hanya, kamu yang tahu ya.
Inti dari coretan di atas adalah. Selamat datang bagi para santri baru. Dimanapun mondoknya tetap istimewa. Begitupula kepada para murid Madrasah Diniyah yang ada di kampung-kampung, selamat memasuki ruang kelas, semangat baru. Semoga kita diberikan keberkahan ilmu yang telah diajarkan guru-guru kita. Amin. Buat para kiai dan ustad kita, Al Fatihah.
No responses yet