Para ulama bersepakat bahwa kewajiban terhadap mayit ada empat macam yaitu memandikan, mengkafankan, menyolatkan dan menguburkan. Semuanya itu hukumnya fardhu kifayah. Artinya bila telah dilakukan oleh sebagian orang Muslim, maka gugurlah kewajiban bagi yang lainnya. Namun jika tidak ada yang mengurusnya, maka semua penduduk suatu negeri turut berdosa.
Berikut ini dijabarkan praktek pengurusan jenazah tahap demi tahap.

Memandikan

  • Sebelum dimandikan, sudah barang tentu yang akan memandikan melihat dulu mayatnya dan memejamkan mata mayat tersebut jika masih melek.

Adapun do’a melihat jenazah sebagai berikut :
لاَ اِلٰهَ اِلاَّ هُوَ الْحَيًّ الْقَيُّوْمُ , سُبْحَانَ الَّذِيْ لاَ يَمُوْتُ أَبَدًا .
Sedangkan do’a memejamkan mata mayit sebagai berikut :
بِسْمِ اللهِ وَ عَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِ اللهِ
Lalu do’a setelah memejamkan mata mayit sebagai berikut :
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِهٰذَا الْمَيِّتِ/ لِهٰذِهِ الْمَيِّتَةِ وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ (هَا) فِى الْمَهْدِيِّيْنَ وَاخْلُفْهُ(هَا) فِى عَقِبِهِ(هَا) الْغَابِرِيْنَ، وَ اغْفِرْ لَنَا وَ لَهُ(لَهَا) يَا رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَافْسَحْ لَهُ(لَهَا) فِي قَبْرِهِ(هَا) وَ نَوِّرْلَه(لَهَا) فِيْهِ

  • Peralatan yang harus dipersiapkan : gayung, handuk, kaos tangan, sabun, shampo, kapur barus, daun kelor(bidara) jika ada, dan air bersih.
  • Hal-hal yang harus diperhatikan saat memandikan ialah :
    • Yang boleh memandikan mayit adalah yang sejenis. Mayit lelaki dimandikan oleh lelaki, begitu pula mayit perempuan oleh perempuan. Boleh dimandikan oleh lawan jenis, jika ada ikatan mahram.
    • Mayit dibaringkan atau diletakkan di tempat yang agak tinggi seperti di atas dipan dan semcamnya agar tidak terkena percikan air mandi yang mengucur ke bawah. Pastikan aurat mayit tertutup.
    • Sunnah mewudhukan mayit sebelum memandikannya atau cukup ditayamumkan (jika tidak ada air). Adapun niat mewudhukan mayit adalah :
      نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ الْمَسْنُوْنَ لِهٰذَا الْمَيِّتِ / لِهٰذِهِ الْمَيِّتَةِ لِلّٰهِ تَعَالَى
      Adapun niat mentayammumkan mayit adalah :
      نَوَيْتُ الْتَيَمُّمَ لِاسْتِبَاحَةِ الصَّلاَةِ عَنْ هٰذَا الْمَيِّتِ/هٰذِهِ الْمَيِّتَةِ لِلّٰهِ تَعَالَى
    • Lantas membaca niat memandikan mayit yaitu
      نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِهٰذَا الْمَيِّتِ / لِهٰذِهِ الْمَيِّتَةِ لِلّٰهِ تَعَالَى

    • Dahulukan menghilangkan najis yang ada pada mayit
    • Lalu menyiramkan air secara merata pada anggota tubuh mayit
    • Basuhlah semua anggota tubuh mayit termasuk kemaluan depan (qubul) dan belakang (dubur)nya. Bagi mayit yang belum disunnat, kulupnya harus dibersihkan. Gunakan pula sabun, shampo, serta campuran kapur barus dan daun kelor untuk membasuh mayit dengan basuhan secara ganjil (3x/5x/7x), agar tubuh mayit lebih bersih dan wangi.
    • Pada saat membersihkan kotoran perut mayit, maka mayit harus dpegang lehernya dan diangkat sedikit, lalu ditekandengan pelan dan lembut agar kotorannya keluar semua. Lalu untuk memastikan kotoran perutnya sudah bersih atau belum, ambillah sepotong kain putih lalu dicolokkan ke duburnya. Bila tidak ada warna kotorannya, berarti telah bersih.
    • Mayit terkadang perlu dimiringkan saat dimandikan, gunanya untuk mempermudah membersihkan bagian belakangnya termasuk kemaluan belakang(dubur)nya.
    • Setelah selesai dimandikan, tubuh mayit diseka dengan handuk.
    • Lalu diwudhukan kembali agar berawal dan berakhir dengan kesucian.
    • Bila telah dimandikan, lalu keluar najis lagi dari tubu mayit, maka cukup dibersihkan saja najisnya, tidak usah dimandikan ulang.
  • Etika memandikan mayat :
    • Memandikan jasad mayitnya tidak boleh keras-keras, karena masih terasa dicabutnya nyawa pada raga si mayit.
    • Tidak boleh menceritakan aib yang terdapat pada mayit, termasuk kejadian tertentu saat memandikannya.
    • Wajib memakai alas tangan saat menyentuh aurat mayit, dan sunnah memakainya saat menyentuh selain kemaluan.
    • Mayit dimandikan dalam keadaan tertutup kain pada semua anggota tubuhnya. Bila tidak memungkinkan, cukup dengan menutupi aurat mayitnya saja.
    • Haram melihat kemaluan/aurat mayit, kecuali untuk kesempurnaan memandikan, seperti untuk memastikan bahwa air yang disiram sudah merata.
    • Disunnahkan menggunakan air dingin yang tawar, kecuali jka cuacanya dingin, maka bisa menggunakan air hangat.

Mengkafankan

Tahapan-tahapan mengkafankan adalah sebagai berikut :

  • Peralatan yang harus dipersiapkan : kapas, wewangian, dan kain kafan (batasan minimal mengkafankan mayit lelaki dan wanita adalah 1 lembar kain kafan yang menutupi seluruh tubuh mayit. Namun batasan kesempurnaan mengkafankan adalah untuk lelaki 3 lapis dan untuk mayit perempuan 5 lapis).
  • Hal-hal yang harus diperhatikan saat mengkafankan adalah :
    • Kain kafan satu persatu digelar terlebih dahulu sambil ditaburi wewangian (kembang, termasuk kapur barus)dan dipercikkan pula dengan minyak wangi.
    • Untuk mayit perempuan 2 lapis kain kafan diletakkan sebagai dasar/alas, lalu yang 3 lapis lagi dijadikan kerudung (1 lapis), baju kurung (1 lapis) dan tapih (1 lapis).
      Sedangkan untuk mayit lelaki, 3 lapis kain kafannya semua dijadikan alas untuk membungkusnya.
    • Hendaklah meletakkan kapas pada anggota berikut :
      – Mata, -lubang hidung, – telinga, – mulut, – dubur, – kedua lutut, -kedua siku, -telapak tangan, -jari-jari telapak tangan dan kaki , -dahi/kening, serta anggota tubuh yang terluka.
    • Dan hendaknya diikat dua pantat mayit dengan kain.
    • Tutuplah mayit dengan kain kafan satu lembar demi satu lembar. Lipatkan kain sisi kiri menuju ke kanan dan sebaliknya.
    • Usahakan kain pocong kepala lebih panjang.
    • Setelah ditutup dengan sempurna dengan kain kafan, mayit diberi ikatan (tali dari kain kafan) agar kain kafan tidak terbuka kembali. Nanti tali kain kafan tersebut dilepas ketika mayit sudah di dalam kuburan.
      Mayit diikat pada bagian atas, tengah dan kaki dengan ikatan simpul. Untuk mayit perempuan ditambah ikatan pada bagian dadanya. Posisi ikatan berada di bagian paling kiri mayit.

Menyolatkan

Menyolatkan mayit berguna untuk menerangi kuburannya (H.R.Muslim). Dilaksanakan setelah dibayarkan hutang-hutang si mayit terlebih dahulu atau ada yang telah menanggung pembayaran hutangnya. Karena Nabi tidak mau menyolatkan jenazah orang yang berhutang. Oraang yang pertama disholatkan jenazahnya oleh nabi adalah As’ad bin Zurarah r.a. Sholat jenazah boleh kapan saja baik siang ataupun malam termasuk di waktu-waktu yang diharamkan sholat sunnat sekalipun. Boleh pula sholat jenazah di dalam masjid atau rumah, bahkan di depan kuburan seseorang. Karena Nabi pernah menyolatkan jenazah al-Barra’ bin Ma’rur di kuburannya secara langsung.

  • Hal-hal yang harus diperhatikan saat menyolatkan jenazah adalah
    • Sebelum disholatkan, hutang mayit harus dibayarkan terlebih dahulu
    • Posisi Imam searah dengan kepala mayit jika jenazahnya lelaki, sedangkan bila jenazahnya wanita, maka posisi Imam ditengah mayit.
    • Ikhlaslah berdo’a untuk si mayit saat menyolatkannya (H.R.Abu Daud). Mayit boleh disholatkan oleh beberapa orang saja, minimal ada imam dan makmumnya. Namun alangkah baiknya agar mayit diampuni dosanya dan mendapatkan syafa’at, maka mayit harus disholatkan oleh 100 orang (H.R.Muslim).
  • Adapun praktek menyolatkan jenazah sebagai berikut :
    Dilakukan dengan 4 x takbir saja, Adapun niatnya berbeda sedikit tergantung jenis kelamin mayitnya. Maka jika jenazahnya itu lelaki , maka niatnya sebagai berikut :
    اُصَلِّيْ عَلَى هٰذَا الْمَيِّتِ اَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ الْكِفَايَةِأَدَاءً اِمَاماً/ مَأْمُوْمًا لِلّٰهِ تَعَالَى
    Adapun niat sholat jenazah wanita yaitu :
    اُصَلِّيْ عَلَى هٰذِهِ الْمَيِّتَةِ اَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ الْكِفَايَةِ أَدَاءً اِمَاماً/ مَأْمُوْمًا لِلّٰهِ تَعَالَى

     Lalu bertakbir empat kali dengan masing-masing bacaannya sebagai berikut :

    • Takbir pertama : membaca al-Fatihah
    • Takbir kedua : Sholawat Ibrahimiyyah yaitu sholawat yang dibaca saat tahiyyat akhir dalam sholat, sebagai berikut :
      اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد
    • Takbir ketiga : membaca do’a berikut ini :
      الَلّ۫هُمَّ اغْفِرْ لَهُ (لَهَا/ لَهُمَا/ لَهُمْ / لَهُنَّ) وَارْحَمْهُ(هَا/ هُمَا/ هُمْ / هُنَّ) وَ عَافِهِ(هَا/ هُمَا/ هُمْ / هُنَّ) وَاعْفُ عَنْهُ(هَا/ هُمَا/ هُمْ / هُنَّ)
      Jika mayitnya 1 lelaki menggunakan kata ganti (dhomir) : هُ
      Jika mayitnya 1 perempuan dipakai kata ganti (dhomir) : هَا
      Jika mayitnya 2 lelaki/wanita dipakai kata ganti (dhomir) : هُمَا
      Jika mayitnya lelaki semua/kebanyakan lelaki, dipakai kata ganti (dhomir) : هُم
      Jika mayitnya perempuan semua, dipakai kata ganti (dhomir) : هُنَّ
      Do’a lengkapnya adalah :
      الَلّ۫هُمَّ اغْفِرْ لَهُ (لَهَا) وَارْحَمْهُ(هَا) وَ عَافِهِ (هَا) وَاعْفُ عَنْهُ(هَا) وَ اَكْرِمْ نُزُوْلَهُ (هَا) وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ(هَا) وَاغْسِلْهُ(هَا) بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَ نَقِّهِ (هَا) مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ وَ أَبْدِلْهُ(هَا) دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ(هَا) وَ أَهْلاً خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ (هَا) وَ زَوْجاً خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ (هَا) وَ أَعِذْهُ(هَا) مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَ فِتْنَتِهِ وَ مِنْ عَذَابِ النَّارِ .
    • Takbir keempat : membaca do’a berikut :
      الَلّ۫هُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ(هَا/ هُمَا/ هُمْ / هُنَّ) وَلاَ تَفْتِنَّا بَعْدَهُ (هَا/ هُمَا/ هُمْ / هُنَّ) وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ (هَا/ هُمَا/ هُمْ / هُنَّ) وَلِٳِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْٳِيْمَانِ وَ لاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًا لِلَّذِيْنَ أٰمَنُوْا، رَبَّنَا اِنَّكَ رَئُوْفٌ رَّحِيْمٌ
      Setelah itu membaca salam secara lengkap yaitu :
      اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ
      selesai biasanya dilanjutkan dengan tahlil singkat untuk mayit.
      Terakhir semua jama’ah yang menshalatkan mesti bersaksi bahwa mayit tersebut termasuk ahli kebaikan (ahlul khair). Karena hal itu menjadi do’a bagi mayit. Kendati yang disholatkan itu ahli maksiyat atau orang jahat, tetap saja harus dipersaksikan sebagai ahlul khair. Karena itu akan menjadi do’a yang berguna bagi mayit yang bersangkutan. Bahkan Rasulullah s.a.w melarang umatnya untuk menyebutkan kejahatan mayit.

Menguburkan

  • Hal-hal yang harus diperhatikan saat menguburkan mayit adalah :
    • Ukuran kedalaman kuburan haruslah yang dapat mencegah keluarnya bau mayit dan mencegah penggalian binatang buas. Maka dalamnya seukuran tinggi orang dewasa berdiri ditambah 1 hasta.
    • Buatlah liang kubur yang panjangnya sepanjang mayit ditambah tempat yang cukup untuk orang-orang yang menaruh mayat. Sedangkan lebarnya seukuran tubuh mayit, ditambah tempat yang cukup untuk orang-orang yang menaruh mayit.
      Selain itu, buat pula liang lahad, yaitu liang kubur yang sisi sebelah baratnya digali yang sekiranya cukup untuk menaruh mayit.
    • Mayit diadzankan dan iqomahkan, sebagaimana saat lahir diadzankan dan diiqomahkan.
  • Adapun praktek menguburkan jenazah sebagai berikut
    • Do’a Ketika mayit hendak dikuburkan agar jenazahnya diampuni dosanya . Caranya sebagai berikut :
      • Para jemaah yang akan mengiringkan jenazah, membaca al-Fatihah 3x lebih dulu yang pahalanya dihadiahkan untu mayit. Kemudian membaca do’a berikut :
        (اَللهُ اَكْبَرُ ×٣) صَدَقَ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ هٰذَا مَا وَعَدَ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ، اَللّٰهُمَّ زِدْنَا اِيْمَانًا وَتَسْلِيْمًا، لاَ اِلٰهَ اِلاَّ أَنْتَ، سُبْحَانَ الْحَيِّ الَّذِيْ لاَيَمُوْتُ ، اَللّٰهُمَّ لاَتُعَذِّبْ هٰذَا الْمَيِّتَ/هٰذِهِ الْمَيِّتَةِ (×٣) .
      • Ketika sampai pekuburan, hendaklah mengucapkan salam kepada semua ahli kubur di sana yaitu :
        اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِيْنَ، وَاَتَاكُمْ مَا تُوْعَدُوْنَ غَدًا مُؤَجَّلُوْنَ، وَاِنَّا اِنْ شَاءَ اللهُ لاَحِقُوْنَ ، اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لَهُمْ .
      • Do’a ketika menyerahkan mayit kepada orang yang ada di kuburan :
        اَللّٰهُمَّ افْتَحْ اَبْوَابَ السَّمَاءِ لِرُوْحِهِ(هَا) وَاَكْرِمْ مَنْزِلَهُ (هَا) وَوَسِّعْ لَهُ(لَهَا) فِى قَبْرِهِ(هَا)
      • Do’a orang yan menerima mayit dan memasukkannya ke dalam kubur :
        بِسْمِ اللهِ وَ عَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِ اللهِ
      • Mayit di dalam kuburan dibaringkan ke lambung kanannya. Kepala di sebelah utara dan wajah jenazah dihadapkan ke arah kiblat. Tali-tali kafan bagian atas di lepas agar wajah jenazah terbuka. Setelah itu pipi jenazah ditempelkan ke tanah.
      • Lalu di belakang mayit dibuatkan bantalan/gumpalan kecil dari tanah liat agar posisi jenazah tidak terjungkal ke belakang. Gumpalan tanah liat itu diletakkan di belakang kepala mayit, di kedua pundaknya, di kedua lututnya dan di belakangnya.
      • Setelah liang kubur ditutup dan sebelum ditimbun tanah, bagi orang yan bertakziyah di sekeliling makam dianjurkan untuk mengambil 3 gengam tanah bekas penggalian kubur, lalu menaburkannya ke dalam kubur, mulai dari arah kepala mayit. Setiap taburan membaca do’a berikut :
        • Penaburan debu tanah pertama membaca :
          مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ ، اَللّٰهُمَّ لَقِّنْهُ عِنْدَ الْمَسْئَلَةِ حُجَّتَهُ(هَا) .
        • Penaburan debu tanah kedua membaca :
          وَ فِيْهَا نُعِيْدُكُمْ ، اَللّٰهُمَّ افْتَحْ اَبْوَابَ السَّمَاءِ لِرُوْحِهِ(هَا)
        • Penaburan debu tanah ketiga membaca :
          وَ مِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً اُخْرَى ، اَللّٰهُمَّ جَافِ الْأَرْضَ عَنْ جَنْبَيْهِ(هَا)
  • Setelah itu mayit diadzankan dan diiqomatkan. Lalu
  • Setelah selesai penguburan, disunnahkan menabur bunga, memercikkan air di atas makam, dan menaruh nisan sebagai penanda.
  • Kemudian biasanya di kalangan Ahlusunnah wal Jama’ah, selesai penguburan diadakan talqin mayit. Posisi orang yang mentalqinkan duduk menghadap ke Timur dan lurus dengan kepala mayit. Sedangkan bagi pentakziyah diharap berdiri. Adapun kalimat talqin adalah sebagai berikut :

DO’A TALQIN MAYIT

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. لاَاِلٰهَ اِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ . كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ اِلاَّ وَجْهَهُ، لَهُ الْحُكْمُ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ . كُلُّ نَفْسٍ ذَٓائِقَةُ الْمَوْتِ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَ اُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ، وَ مَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا اِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُوْرِ , مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَ فِيْهَا نُعِيْدُكُمْ وَ مِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً اُخْرَى . هٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ ، يَا فُلاَنُ/ يَا فُلاَنَةُ (sebutkan nama mayit…اِبْنُ/بِنْتُ.. (sebutkan nama ayahnya .
اُذْكُرْ (اُذْكُرِيْ) اَلْعَهْدَ الَّذِيْ خَرَجْتَ (تِ) عَلَيْهِ مِنْ دَارِ الدُّنْيَا اِلَى دَارِ الْأٓخِرَةِ وَهُوَ شَهَادَةُ اَنْ لاَ اِلٰهَ اِلاَّ اللهُ وَ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَ اَنَّ الْمَوْتَ حَقٌّ وَ اَنَّ الْقَبْرَ حَقٌّ وَ اَنَّ نَعِيْمَهُ حَقٌّ وَ اَنَّ عَذَابَهُ حَقٌّ وَ اَنَّ سُؤَالَ مُنْكَرٍ وَ نَكِيْرٍ فِيْهِ حَقٌّ وَ اَنَّ الْبَعْثَ حَقٌّ وَ اَنَّ الْحِسَابَ حَقٌّ وَ اَنَّ شَفَاعَةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَ اَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَ اَنَّ النَّارَ حَقٌّ وَ اَنَّ اللهَ يَبْعَثُ مَنْ فِى الْقُبُوْرِ . يَا فُلاَنُ/ يَا فُلاَنَةُ …
(sebutkan nama mayit…اِبْنُ/بِنْتُ.. (sebutkan nama ayahnya
اِذَا جَاءَكَ (كِ) مَلَكَانِ مُوَكَّلاَنِ بِكَ (بِكِ) فَلاَ تَخَفْ(فَلاَ تَخَافِيْ) فَاِنَّهُمَا مَخْلُوْقَانِ مِنْ مَخْلُوْقَاتِ اللهِ مِثْلُكَ (كِ) . وَاِذَا سَئَلاَكَ (كِ) مَنْ رَبُّكَ(كِ) وَمَنْ نَبِيُّكَ(كِ) وَمَا دِيْنُكَ (كِ) وَمَا قِبْلَتُكَ(كِ) وَمَا اِمَامُكَ(كِ) وَ مَنْ اِخْوَانُكَ(كِ) ، فَقُلْ (فَقُوْلِيْ) لَهُمَا : اَللهُ رَبِّيْ وَمُحَمَّدٌ نَبِيِّيْ وَ الْٳِسْلاَمُ دِيْنِيْ وَالْكَعْبَةُ قِبْلَتِيْ وَالْقُرْآنُ اِمَامِيْ وَالْمُسْلِمُوْنَ اِخْوَانِيْ ، فَٳِنِّيْ رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِالْاِسْلاَمِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا .
اَللّٰهُمَّ لَقِّنْهُ (هَا) حُجَّتَهُ(هَا) وَ ثَبِّتْهُ(هَا) بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ، وَآنِسْهُ(هَا) فِيْ غُرْبَتِهِ(هَا) وَاغْفِرْلَهُ(هَا) وَارْحَمْهُ(هَا) وَبَشِّرْهُ(هَا) بِالْجَنَّةِ بِفَضْلِكَ وَ جُوْدِكَ وَرَحْمَتِكَ فَٳِنَّكَ اَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ . وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اٰلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ .

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *