oleh: A’isy Hanif Firdaus (Mahasiswa Ilmu Al-Qur’an & tafsir Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang)
Slametan adalah sebuah tradisi ritual kearifan lokal yang dilakukan oleh masyarakat Jawa. Tradisi Slametan juga dilakukan bukan hanya di Jawa saja, akan tetapi dilakukan juga oleh Masyarakat sunda dan madura. Slametan juga merupakan sebagai wujud bentuk acara syukuran dengan mengundang beberapa kerabat, sanak famili atau tetangga untuk berkumpul mendoakan para orang tua kita yang sudah meninggal dunia, atau slametan atas bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT dari segala nikmat dan kasih sayang yang tiada henti-hentinya.
Berdasarkan sumber informasi yang saya peroleh, berikut ini beberapa penjelasan pengertian Slametan, menurut beberapa Ahli:
Clifford Geertz merupakan seorang ahli peneliti antropologi yang berasal dari Amerika Serikat dan juga banyak memberikan sumbangsih besar terhadap sejarah peradaban Jawa, didalam bukunya yang berjudul “Agama Jawa” Abangan, Santri, Priyayi dan Masyarakat Jawa yang sangat terkenal. Beliau mengatakan bahwa Slametan adalah Upacara keagamaan yang paling umum di dunia. Namun istilah slametan hanya ditunjukan untuk upacara khusus bagi orang Jawa. Menurutnya slametan dalam budaya jawa melambangkan kesatuan mistik dan sosial. Karena dua kesatuan itulah kemudian banyak pihak yang terlibat dalam upacara keagamaan ini, meliputi handai taulan, tetangga, rekan kerja, keluarga, sanak saudara, arwah setempat dan unsur-unsur lainnya. (Geertz: 1981;13). Dari beberapa penjelasan ini, bahwa slametan tidak ubahnya sebuah pesta. Akan tetapi, maksud dari pesta di sini dilakukan untuk tujuan dan harus mengikuti rangkaian tata tertib dan cara tertentu.
Slametan merupakan hasrat mencari keselamatan dalam dunia yang kacau. Dan selain itu dijelaskan pula bahwa kegiatan tersebut tidak ditunjukan bagi sebuah kehidupan yang lebih baik, kini maupun di masa mendatang tetapi lebih ditujukan untuk memelihara tatanan dan mencegah datangnya bala. Juga terlihat bagaimanapun bahwa manusia memegang aktif dalam memelihara tatanan ini dan mampu mempengaruhi arahnya. Baik hubungan sosial yang tertata baik dan menjadi sebuah sarana menuju dan sebuah kondisi untuk meningkatkan keadaan selamat. (Mulder, 2013;136).
Bagi sebagian besar warga Nahdliyin Tradisi Slametan sudah tidak asing lagi didengar. Namun apa sebenarnya, Makna dibalik kata “slametan” yang sering dilakukan oleh sebagian besar warga Nahdliyin khususnya di Indonesia. Pada dasarnya praktik slametan yang di biasanya dilakukan oleh warga nahdliyin awalnya bertujuan sebagai upacara ritual pragmatik yang mengandung unsur mistik dan supranatural yang reflektif dengan menggunakan gabungan penekanan tentang ketenangan batin, keamanan dan penguasaan diri. Maka dengan kata lain ritual tersebut biasa di sebut dengan slametan. Lebih detail lagi terkait pemahaman tentang slametan menurut pemahaman muslim yang tinggal di pedesaan yang selalu menekankan bahwa agama dan adat istiadat selalu berdampingan dan saling melengkapi, sehingga memunculkan adanya akulturasi budaya yang secara tegas tidak bisa dipisahkan.
Masyarakat jawa, sebagai komunitas yang dalam ukuran tertentu telah terislamkan memang memeluk agama islam. Namun dalam praktiknya, pola-pola keberagaman mereka tidak jauh dari pengaruh unsur keyakinan dan kepercayaan pra-Islam, yakni keyakinan animisme-dinamisme dan Hindu-Budha yang jauh sebelum kedatangan islam menjadi anutan masyarakat secara mayoritas (Simuh, 1997: 111). Upacara slametan yang biasa oleh warga Nahdliyin lakukan biasanya diperkhususkan dengan beberapa peristiwa-peristiwa penting. Peristiwa penting tersebut seperti kelahiran, kematian, pernikahan, membangun rumah, permulaan membajak sawah atau pasca panen, sunatan, perayaan hari besar, dan masih banya lagi peristiwa-peristiwa yang dihiasi dengan tradisi slametan. (Geertz, 1960: 11-15; 40-41).
Slametan diyakini sebagai sarana spiritual yang mampu mengatasi segala bentuk krisis yang melanda serta bisa mendatangkan berkah bagi mereka. Adapun objek yang dijadikan sarana pemujaan dalam slametan adalah ruh nenek moyang yang dianggap memiliki kekuatan magis. Di samping itu, slametan diyakini juga sebagai sarana mengagungkan, menghormati dan memperingati ruh leluhur, yaitu para nenek moyang. (Kamajaya, 1995: 247).
Setelah Agama Islam datang ke Nusantara, slametan sedikit dirubah dan di inovasi dalam pelaksanannya yang semula pelaksanaanya bertujuan untuk memuja roh-roh halus serta masih kental dengan nuansa mistik dan supranatural. Kini, Pelaksanaan slametan yang sering dilakukan oleh warga Nahdliyin biasanya berupa susunan acara rangkaian pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan do’a bersama yang dipimpin oleh kyai atau ulama setempat dengan diawali dengan bacaan tawasul dengan membacakan daftar arwah ahli kubur yang telah meninggal dunia, dan dilanjutkan dengan pembacaan surat yasin dan tahlil, lalu ditutup dengan do’a bersama yang di amini pula oleh para tamu undangan. Dan biasanya sebelum pulang para tamu undangan oleh tuan hajat (shohibul Bait) dipersilahkan membawa brekat, yang berupa nasi tumpeng dan aneka lauk pauk yang sudah disediakan oleh tuan hajat (shohibul bait) untuk bisa dibawa pulang kerumah. Makna brekat, sendiri bertujuan semua yang menghadiri acara slametan itu bisa mendapatkan keberkahan atas do’a-do’a yang sudah dipanjatkan dan bertujuan sebagai upaya rasa terima kasih dari tuan hajat atas kehadiran dari tamu yang di undang.
Inovasi yang dilakukan dalam tradisi slametan ini, pada dasarnya tidak mengurangi makna simbolik dalam praktiknya, akan tetapi lebih menekankan pada sisi budaya lokal yang dikolaborasikan dengan bersumber pada Ajaran agama Islam. secara singkat tradisi slametan ini, yang berfungsi sebagai wujud rasa syukur atas karunia Allah SWT dan harapan untuk selalu berada dalam lindungan Allah SWT , untuk menciptakan keadaan yang aman dan sejahtera dari berbagai gangguan baik dari makhluk nyata ataupun halus (Jin dan Syetan) dan sebagai interaksi sosial yang bertujuan dengan tersambungnya tali silaturrahmi antara sesama muslim.
Semoga Kita sebagai generasi milenial wajib kiranya untuk kita menjaga bersama warisan yang sudah para nenek moyang dan leluhur kita wariskan. Dan sebagai generasi yang sadar dengan kekayaan yang sudah leluhur wariskan maka seyogyanya kita terus mengali baik makna, manfaat, ataupun tujuan dari tradisi slametan ini dari beberapa pendapat yang sekiranya bisa menjelaskan. Semoga dengan tulisan ini, Harapan besar dari penulis para generasi milenial terus bisa mengkaji dan meneliti berbagai peninggalan tradisi yang sudah sejak dahulu nenek moyang kita lakukan.
Brebes, 17 Februari 2021
“Kebudayaan akan terus berkembang, Jika generasi penerusnya, mau mempelajari dan terus mewarisi apa yang sudah di wariskan oleh nenek moyang terdahulu.” @haniffhasyim_25