Sejarah tradisi ilmiah sesungguhnya telah ada sepanjang tradisi pesantren berdiri hingga berkembang subur di kampus kampus modern, terutama sejak era Orde Baru sampai hari ini.
Khusus di Pondok Tremas, bila pada era Kiai Dimyathi sudah muncul tradisi ilmiah dalam bentuk halaqah-halaqah dalam berbagai disiplin ilmu, pada dekade berikutnya di era Kiai Hamid berkembang menjadi pendidikan klasikal/madrasah yg lebih maju meski dengan bungkus Madrasah Salafiyah untuk tingkat dasar-menengah hingga Madrasah Nizhamiyah untuk tingkat lanjut.
Sempat fathrah saat Kiai Hamid gugur dalam peristiwa Affair Madiun, tradisi ilmiah ini nyatanya terus hidup dan tidak pernah mati, bahkan terus berkembang seiring berjalannya waktu. Menariknya, pada era duet Kiai Habib dan Kiai Harist, tradisi intelektual ini tidak hanya berkutat di kelas-kelas reguler tapi telah meloncat di panggung seminar, simposium atau sarasehan yang tidak terbatas membahas seputar dunia akademik, bahkan isu-isu nasional dan kekinian menyangkut problem bangsa juga menjadi perhatian pesantren.
Sebagaimana diwartakan dalam Varia Pesantren, sebuah media terbatas untuk kalangan santri dan alumni Pondok Tremas terbitan 1966, bahwa dalam rangka Haflah Akhirussanah ke 15 ( terhitung sejak pasca masa fathrah) berbagai kegiatan ilmiah seperti simposium dan sarasehan diselenggarakan untuk memeriahkan haflah, termasuk juga kegiatan budaya.
Disebutkan dalam daftar isi buletin tersebut berbagai agenda keren, seperti simposium dengan tema tentang peranan umat Islam dalam mensukseskan Ampera.Juga tentang pemikiran pemanfaatan pesantren untuk menghancurkan atheisme. Dan tak ketinggalan juga gagasan yg membahas tentang pentingnya persatuan umat Islam. Semua ini tentu tidak lepas dari kontribusi dan peran alumni Tremas, seperti Prof Mukti Ali, Kiai Zubair (Perintis IAIN Salatiga), Letkol Hambali dan masih banyak alumni-alumni yang telah berkiprah di dunia pendidikan.
Ini tentu saja sebuah lompatan yg luar biasa untuk ukuran pesantren yang baru susah payah mengembalikan kejayaan masa lalu setelah sempat vakum pasca peristiwa PKI 1948. Para alumni bahu membahu membangun kembali almamaternya dengan cara yang luar biasa ekselen.
Bila kemudian tradisi-tradisi ilmiah seperti itu marak di kampus-kampus modern, di situ pasti ada jejak peran para alumni pesantren yang memiliki sejarah panjang membangun tradisi keilmuan sejak awal kemunculannya di abad 18 hingga hari ini.
No responses yet