Dalam buku ‘Umrah Sambil Belajar Sirah’ karya Hepi Andi Bastoni, pemakaman ini juga dikenal sbg Jannatul Ma’la, yg artinya surga Al-Ma’la. Jannatul Ma’la, nama panjangnya “Maqbarah Jannatul Ma’la”, yg merupakan situs makam paling kuno di Kota Mekkah.
Kompleks pemakaman Ma’la ini diperkirakan sudah ada sejak 1.700 tahun lalu. Secara geografis komplek makam ini berhadapan dgn Jabal Assayyidah atau Bukit Siti Khadijah di daerah kota al Hujun, Mekkah. Lokasi pemakaman ini dekat Bukit Khodijah, yg jaraknya sekitar 1,5 KM dari Masjidil Haram menuju Terminal Sheb Amir, kemudian ke Ma’la. Dibutuhkan waktu sekitar 30 menit perjalanan kaki dari Haram ke Ma’la.
Kalau merujuk pada buku ‘Ensiklopedia Fiqih Haji dan Umrah’ karya Gus Arifin, beberapa anggota keluarga Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam,dimakamkan di kompleks Al-Ma’la. Adapun mereka adalah istri pertama Nabi Siti Khadijah, paman Nabi Abu Thalib, dan kakek Nabi Abdul Muthalib.
Penjelasan oleh Howard Kramer, dalam laman The Complete Pilgrim bahwa dahulu kala, ada cerita Ma’la dipenuhi dgn marmer yg indah dan batu putih, serta tempat2 suci yg menandai makam2 mulia. Sekarang tanda2 itu sudah tidak ada. Dinding batu putih panjang membatasi situs itu, yg dipenuhi dgn barisan batu kecil yg rapi, mencatat lokasi di mana orang mati dikuburkan, tetapi tanpa identifikasi. Pemakaman ini juga dikenal sbg makam leluhur Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, yakni keluarga besar Bani Hasyim. Hal ini dikarenakan pada saat itu Al-Ma’la memang menjadi tempat pemakaman pilihan masyarakat Mekkah.
Akan tetapi, sejak Raja Saudi, Abdul Aziz Al-Su’ud atau Ibnu Saud (wafat di Ta’if, 9 November 1953 M pada umur 78 tahun) yg berkuasa pada 1925 silam, nisan2 besar dihancurkan dan tanah diratakan. Kubah penanda makam Siti Khadijah Radhiyallahu Anha, juga dihancurkan oleh pemerintah Kerajaan Saudi dgn alasan tertentu. Hal ini menyebabkan protes dari komunitas Muslim internasional. Praktis kini tinggal menyisakan tanah satu jengkal dan batu2 kecil sbg penanda makam.
Konon orang pertama yg dimakamkan di Ma’la adalah Qushay bin Kilab. Seorang tokoh yg dianggap kakek moyang suku bangsa Quraish. Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, termasuk suku bangsa Quraish, karena itu kakek Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam juga dimakamkan di Ma’la. Di antaranya Abdu Manaf bin Qushay, Hasyim bin Abdu Manaf, dan Abdul Muthalib bin Hasyim.
Ada keterangan bahwa jika ada yg meninggal dan dimakamkan di tanah suci termasuk hal yg sangat mulia. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda dalam sebuah hadits sbg berikut :
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ اسْتَطَاعَ أَنْ يَمُوتَ بِالْمَدِينَةِ فَلْيَمُتْ بِهَا ؛ فَإِنِّي أَشْفَعُ لِمَنْ يَمُوتُ بِهَا
Dari Abdullah Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yg ingin mati di Madinah Al-Munawwarah, maka matilah disana. Sesungguhnya aku akan memberi syafa’at bagi orang yg mati disana” (HR. Imam At-Tirmidzi atau Al-Imam Al-Hafizh Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin Ad-Dahhak As-Sulami At-Tirmidzi Asy-Syafi’i Rahimahullah, 824 M- 892 M, Termez, Uzbekistan)
Keutamaan tsb, tentu “tidak bisa dilihat secara kasat mata”, sebab hal tsb hanya bisa dilihat oleh bashirah (ketajaman dan kedalaman mata batin atau mata hati). Menurut KH. Irfan Zidni bahwa “Tapi sungguh, jangan lihat pemakaman ini dgn mata zhahir (bashar), menyaksikan kemuliaannya dgn wujud fisik (zhahiri), karena tidak ada keindahan, ketenangan, kekhusyu’an apapun saat ini di sana. Berjuanglah dengan melihatnya menggunakan Bashirah, niscaya akan terlihat “Taman” nya, dan niscaya mimpi besar kita akan sama dgn beliau, Mbah Moen.”
Maqbarah Para Tokoh Terdahulu
Beberapa tokoh terkenal terdahulu, yg dimakamkan disini antara lain termasuk :
1. Qushay bin Kilab, leluhur kelima Nabi dan pemimpin Mekkah pertama dari Quraisy.
2. Abdul Manaf, leluhur keempat Nabi Muhammad dan salah satu pemimpin Mekkah.
3. Abdul Muththalib, kakek Nabi Muhammad dan pemimpin Mekkah.
4. Abu Thalib, paman Nabi Muhammad dan ayah Ali bin Abu Thalib.
5. Khadijah, istri pertama Nabi Muhammad.
6. Qasim bin Muhammad, putra sulung Nabi Muhammad.
7. Abdullah bin Muhammad, putra Nabi Muhammad.
8. Aminah binti Wahab, ibunda Nabi Muhammad.
9. Abdurrahman bin Abi Bakar, putra Khalifah Pertama, Abu Bakar Ash-Shiddiq.
10. Asma binti Abu Bakar, putri Khalifah pertama dan ibu Abdullah bin Zubair.
11. Abdullah bin Zubair, Sahabat Nabi yg menjadi pemimpin di masa antara Yazid bin Muawiyah dan Abdul Malik bin Marwan.
12. Abu Ja’far Abdullah Al-Mansur, Khalifah kedua Kekhalifahan Abbasiyah.
13. Ibnu Hajar al-Haitami, cendekiawan Islam
14. Abu Turab al-Zahiri, cendekiawan Sunni abad ke-20.
15. Muhammad bin Alawi al-Maliki, cendekiawan Sunni abad ke-20.
Sedangkan ulama2 Nusantara yg dimakamkan di Maqbarah Jannatul Ma’la sbg berikut :
1. Syaikh Hamzah Fansuri (wafat 1527 M, versi lainnya berada di Ujong Pancu, Peukan Bada, Aceh Besar). Seorang sufi besar sastrawan religi pencipta genre syair, prosa dan puisi dalam sastra Melayu, disebut Sang Pemula Puisi Indonesia. Mendapat anugerah Bintang Budaya Parama Dharma, yg diserahkan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dalam acara penganugerahan Bintang Maha Putera, dan Tanda Jasa di Istana Negara pada hari selasa, tanggal 12 Agustus 2013 M.
2. Syeikh Ahmad Khatib Abdul Ghaffar bin Abdullah bin Muhammad bin Jalaluddin As-Sambasy rahimahullah (wafat Safar 1217 H / 1802 M). Berasal dari Kampung Dagang Sambas Kalimantan Barat, salah satu guru dari Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari. Beliau Seorang ulama besar yg mendirikan perkumpulan ulama yg menyatukan dan mengembangkan metode dua tarekat besar, yakni Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah. Kemudian menjadi Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah.
3. Maulana Syeikh Ismail al-Minankabawi, penyebar al-Khalidiyah pertama (w. 1280 H / 1863 M, versi lain di Tanah Datar Sumatera Barat, tahun 1844 M)
4. Syaikhul Masyayikh Junaid al-Batawi Al-Jawi As-Syafi’i Al-Makki rahimahullah (wafat 1840 M atau versi lain 1895 M usia 100 tahun lebih), salah satu tiga ulama Indonesia pertama yg pernah menjadi Imam Masjidil Haram, dua lainnya adalah murid beliau yg paling terkenal adalah Syaikh Nawawai Al-Bantani Al-Jawi dan Syaikh Ahmad Khatib bin Abdul Latif Al-Minangkabawi rahimahumallah. Syaikh Junaid, sudah bermukim di Makkah selama 60 tahun, membawa istri dan keempat putera-puterinya saat ia berusia antara 35-40 tahun. Tetapi, menurut Alwi Shahab, sejak usia 25 tahun Syekh Junaid beserta keluarganya mulai menetap di Mekkah.
Seperti dikutip dari Genealogi Intelektual Ulama Betawi, Jakarta Islamic Centre, (2009) yg dipublikasikan di laman muidkijakarta or id pada 2014 silam menyebutkan, satu2nya ulama Betawi yg memiliki pengaruh di dunia Islam pada awal ke-19 M, serta menjadi poros atau ujung puncak utama silsilah ulama Betawi masa kini adalah Syekh Junaid Al-Batawi.
Kemasyhuran Syekh Junaid di Tanah Hijaz sudah dikenal luas. Buya Hamka ((dalam Shahab, 2009) dalam ‘Diskusi Perkembangan Islam di Jakarta,’ pada 27-30 Mei 1987 pernah menyebutkan, pada 1925 ketika Syarif Ali (putera Syarif Husin) ditaklukkan oleh Ibnu Saud, di antara syarat penyerahannya adalah meminta ”Agar keluarga Syekh Junaid tetap dihormati setingkat dgn keluarga Raja Ibnu Saud. Persyaratan yg diajukan Syarif Ali ini diterima oleh Ibnu Saud.”
5. Syaikh Abu Abdul Mu’thi Muhammad Nawawi bin Umar at-Tanara al-Bantani al-Jawi Asy-Syafi’i Al-Makki rahimahullah (wafat 25 Syawal 1314 H / 29 Maret 1879 M). Beliau seorang ulama Indonesia bertaraf Internasional yg menjadi pengajar dan Imam Masjidil Haram.
Di antara gelar kehormatan yang disematkan kepada Syekh Nawawi al-Bantani adalah sebagai berikut : al-Sayyid al-‘Ulama al-Hijaz (tokoh ulama Hijaz) atau Sayyidul Hijaz (penjaga Hijaz); Nawawi at-Tsani (Imam Nawawi kedua). Orang pertama yg memberi gelar ini pada Syekh Nawawi adalah Wan Ahmad bin Muhammad Zain al-Fathani; al-Imam wa al-Fahm al-Mudaqqiq (tokoh dan pakar dengan pemahaman yg sangat mendalam); A’yan ‘Ulama al-Qarn ar-Ram ‘Asyar Li al-Hijrah (tokoh ulama abad 14 H); Imam ‘Ulama Al-Haramain (Imam Ulama Dua Kota Suci); Doktor Ketuhanan (orang pertama yg memberikan gelar ini pada Syekh Nawawi adalah Christiaan Snouck Hurgronje); Asy-Syaikh al-Fakih (disematkan oleh kalangan pesantren); Bapak Kitab Kuning Indonesia (disematkan oleh para Ulama Indonesia).
Makam beliau bersebelahan dgn makam anak perempuan dari Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu, Asma΄ binti Abu Bakar Ash-Siddiq Radhiyallahu Anha.
6. Syekh Abdul Haq al-Bantani Al-Jawi Asy-Syafi’i Al-Makki rahimahullah (wafat 1903 M di usia muda 38 tahun), beliau berjuluk Syekh Nawawi Tsani karena disepakati para ulama sbg penerus trah keintelektualan kakeknya, Syaikh Nawawi al-Bantani. Diantara guru-guru dari Syekh Abdul Haq adalah Syekh Nawawi Al Bantani, Syekh Ahmad Zaini Dahlan, Syekh Solih Babasir, Syekh Abdul Karim Al Dagestani, Sayyid Bakri, dan lainnya. Sedangkan karya Syekh Abdul Haq diantaranya adalah Hasiyah Tadjir Al Adani (bidang Sintaksis Arab) dan Hasiyah Al Aqwal Al Mulhaqat (bidang Ushul Fikih).
7. Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi atau Al-Allamah Asy-Syaikhul Ahmad Khatib bin ‘Abdul Lathif bin ‘Abdurrahman bin ‘Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz Al Khathib Al Minangkabawi atau Al-Minkabawi Al-Jawi Al-Makki Asy-Syafi’i Al-Asy’ari rahimahullah (wafat 19 Jumadil Awwal 1334 H / 13 Maret 1916 M). Beliau berasal dari Koto Tuo Desa Kota Gadang Kecamatan Ampek Angkek Angkat Candung Kabupaten Agam Sumatera Barat. Beliau juga ulama pakar mawaris, ilmu falak, dan ilmu geometri dan tringonometri yg berfungsi untuk memprediksi dan menentukan arah kiblat, serta berfungsi untuk mengetahui rotasi bumi dan membuat kompas yg berguna saat berlayar. Karya kitabnya sangat banyak sekali dalam berbagai disiplin keilmuan yg diakui dunia internasional.
8. Syaikh Mahfudz Bin Abdullah bin Abdul Mannan Dipomenggolo al-Tarmasi atau Al-Imam al-‘Allamah al-Faqih al-Ushuli al-Muhaddits al-Muqri Muhammad Mahfudz bin Abdullah bin Abdul Mannan at-Tarmasi al-Jawi al-Makki asy-Syafii rahimahullah (wafat 1 Rajab 1338 H / 22 Maret 1920 M). Beliau pengajar di Masjidil Haram. Karya tulis kitabnya sangat banyak sekali.
Muridnya sangat banyak, antara lain : Syekh Tubagus Ahmad Bakri as-Sampuri, Syekh Muhammad Mukhtar bin Atharid al-Bughuri, Syaikh Ali al-Banjar dan Adiknya, Syaikh Muhammad Dimyathi at-Tarmasi, Umar Bajunaid al-Hadhrami, Ahmad al-Makhlalati, Muhammad Habib asy-Syinqithi, Muhammad Baqir al-Jawi, KH. Baqir Jogja, Muhammad Abdul Baqi Lucknow, Syekh Hasyim Asy’ari al-Jombani, Umar bin Hamdan al-Mahrasi, Syekh Ihsan al-Jampasi, KH. Abdul Muhith Panji Sidoarjo, KH. Baidhawi Lasem, KH. Ma’shum Lasem, KH. Shiddiq Lasem Jember, KH Abdul Wahab Hasbullah, KH. Kholil Lasem, dan banyak lagi lainnya.
9. Syaikh Abdul Hamid al-Qudsi atau Syekh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Kudus bin Abdul Qadir al-Khathib bin Abdullah bin Mujir Kudus atau yg kerap disapa dgn panggilan Syekh Abdul Hamid Kudus rahimahullah (wafat 9 Rajab 1334 H / 12 Mei 1915 M).
Dr Ridha Muhammad Shafiyuddin, Dosen Studi Islam di Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas King Abdulaziz, Jeddah, Arab Saudi, menyampaikan, koleksi kitab dan karya belaiu sendiri mencapai 1820 kitab dalam bidang tafsir, hadits, fikih, bahasa dan sastra Arab.
Semua koleksi tsb, dihadiahkan oleh ahli warisnya untuk Perpustakaan Mekkah. Perpustakaan pribadi miliki Syekh Abdul Hamid ini merupakan perpustakaan terlengkap setelah perpustakaan pribadi milik Syekh Muhammad Majid Kurdi.
10. Syaikh Ahmad Nahrawi bin Imam Raja Al-Muhtaram al-Banyumasi atau Kyai Muhtaram rahimahullah (1860 – 1926 M).
Syekh Ahmad Nahrowi Mukhtarom Al Banyumasi tidak mau pulang ke tanah Jawa. Bahkan oleh Pemerintah Saudi Syekh Ahmad Nahrowi Mukhtarom diangkat menjadi guru mengajar santri dari berbagai Negara. Beliau Banyak mempunyai murid dan bahkan menjadi hakim agung di Arab Saudi (lihat; Islam transformasi; Azyumardi Azra; Gramedia; 1997).
Tidak satupun pengarang kitab di Haromain; Makkah – Madinah, terutama ulama2 yg berasal dari Indonesia yg berani mencetak kitabnya, sebelum ada pengesahan dari Syekh Ahmad Nahrowi Mukhtarom Al Banyumasi. Sehingga bisa dipastikan, waktu Syekh Ahmad Nahrowi Mukhtarom al Banyumasi ini habis untuk mengkoreksi dan mentahshih ratusan kitab karya ulama2 Nusantara yg pada waktu itu terkenal sangat produktif menulis karya. Seperti Syekh Mahfudz Al Tremasi, Syekh Soleh Darat, Syekh Nawawi Al-Bantani, Syekh Kholil Al Bangkalani, Syekh Junaid Al Batawi dan lain2. Syekh Nahrowi iabaratnya adalah editor handal dari kitab2 klasik ulama2 Nusantara pada masa itu.
Selain mengasas kitab, Syekh Ahmad Nahrowi juga menjadi Mursyid Thariqah Syadziliyah. Thariqah Syadziliyah muncul secara besar2an di tanah Jawa baru di abad 19 ketika para santri Jawa yg sebelumnya berbondong2 belajar di Makkah dan Madinah pulang ke tanah air
Generasi awal adalah KH. Idris, pendiri Pesantren Jamsaren, Solo, yg mendapatkan ijazah kemursyidannya dari Syekh Muhammad Shalih, seorang mufti Madzhab Hanafi di Makkah. Sementara guru-guru mursyid Syadziliyyah Jawa yg lain belajar pada generasi sesudah Syekh Shalih, yakni Syekh Ahmad Nahrawi Mukhtarom yg seangkatan dengan Kyai Idris Jamsaren saat berguru kepada Syekh Muhammad Shalih.
Ulama2 Jawa yg berguru thariqah Syekh Nahrowi antara lain KH. Muhammad Dalhar Watucongol, Muntilan, dan Kiai Siroj, Payaman, Magelang; KH. Ahmad Ngadirejo, Klaten; Kiai Abdullah bin Abdul Muthalib, Kaliwungu, Kendal; dan Syekh Abdul Malik, Kedungparuk Mersi, Purwokerto, Banyumas. Dari Mbah Dalhar, ijazah kemursyidan itu turun kepada putranya KH. Ahmad Abdul Haqq (Mbah Mad Watucongol), Abuya Dimyathi (Cidahu, Pandeglang) dan Kiai Iskandar (Salatiga).
11. Syekh Raden Muhammad Mukhtar bin ‘Atharid al-Bughuri al-Batawi al-Jawi al-Makki Tuan Mukhtar Bogor atau Syekh Atharid, nama Sunda beliau adalah Raden Muhammad Mukhtar bin Raden Natanagara rahimahullah (wafat 17 Safar 1349 H / 13 Juli 1930 M). Beliau adalah satu dari Ulama Nusantara, sekaligus seorang Bangsawan dan juga seorang Umara’, yg terkenal dan berpengaruh di Makkah pada zamannya. Beliau memiliki karya belasan kitab yg berkualitas.
12. Syaikh Umar Sumbawa rahimahullah (wafat 1930 M)
13. Syaikh Sayyid Muhsin bin Ali al-Musawa rahimahullah (Wafa t 10 Jumadis Tsani 1354 H/28 September 1935 M)
14. Syeikh Nuh Jamaluddin al-Kelantani rahimahullah (wafat 21 Rejab 1367 H / 29 Mei 1948 M)
15. Syeikh Othman Jalaluddin, anak murid tok kenali (wafat 1371 H / 1952 M)
16. Syaikh Abdul Muhaimin bin Abdul Aziz al-Lasemi rahimahullah (1890 M – 1376 H /1956 M). Salah satu menantu dari Hadratusy Syaikh KH Hasyim Asy’ari, Suami dari Nyai Hj Khairiyyah Hasyim.
Syekh Muhaimin tercatat salah seorang pengajar di Masjidil Haram. Menunjukkan otoritas keilmuannya diakui. Diantara muridnya, KH. Umar Blora, Makkah. Di Makkah Syekh Muhaimin pernah memimpin Darul Ulum, pusat dakwah dan pendidikan (madrasah atau jam’iah) berhaluan Ahlus Sunnah Wal Jamaah sebagai Rois Jam’iyyah. Termasuk pengajar atau guru besarnya antara lain Sayid Ali Al-Maliki Mufti Makkah.
Beliau Sosok ulama yang Menyelamatkan Kitab2 Imam Syafi’i di Makkah diambil alih oleh Pemerintah Saudi Arabia dari Dinasti Su’udiyyah yg beraliran Wahabi, yg memberangus kitab2 ulama ahlus Sunnah wal jama’ah.
17. Syaikh Ali bin Abdullah al-Banjari rahimahullah (wafat 1370 H / 1950 M)
18. Syaikh Ahyad Al-Bughuri rahimahullah (wafat 1952 M).
19. Syaikh Abdul Qadir al-Mandaili rahimahullah (wafat 20 Rabi’ul Akhir 1385 H / 18 Agustus 1965 M)
20. Syaikh Abdul Qadir Mandailing rahimahullah (wafat 1956 M)
21. Syeikh Wan Ismail bin Wan Abdul Qadir rahimahullah – Pak Da Eil Mekkah (wafat 9 Rejab 1385 H / 3 November 1965 M)
22. KH. Abdul Karim bin KH. M. Hasyim Asy’ari rahimahullah (wafat 1972 M)
23. Syaikh KH. Muslih Abdurrahman Qashidil Haqq rahimahullah Mranggen Demak (wafat 1908 -1981 M)
24. Asy-Syaikh Muhammad Salih Tok Kenali, anak Tok Kenali rahimahullah (wafat Jumat 22 Ramadan 1404 H / 22 Juni 1984 M)
25. Syaikh Abdullah Durdum al-Padani rahimahullah (wafat 27 Sya’ban 1407 H / 27 April 1987 M)
26. Syeikh Abdul Rahim al-Kalantani rahimahullah (wafat 1410H / 1990 M)
27. Syaikh Muhammad Yasin bin Isa al-Padani rahimahullah (wafat 28 Dzulhijjah 1410 H / 23 Juli 1990 M)
28. Al ‘Alim Al Arif Billah Asy-Syeikh TGH. Muhsinin bin Abdussatar rahimahullah Kediri Lobar, (wafat 27 Jumadil Awwal 1418 H / 30 September 1997 M)
29. KH. Abdul Malik rahimahullah, Putra dari KH Mufti bin Haji Salim PP. Babakan Tegal (wafat tahun 2000 M)
30. Syaikh Abdul Fattah Rawa rahimahullah (wafat 1424 H / 2003 M)
31. Tuan Guru Haji Sabran Asmawi rahimahullah, Bagan Serai, Malaysia (wafat Isnin 11 Zulhijjah 1427 H / 1 Januari 2007 M)
32. Syeikh Abdullah Zawawi rahimahullah usia 86 Tahun (anak paling bongsu tok kenali), wafat 1432 H / 2011 M.
32. KH. Ahmad Sufyan Miftahul Arifin rahimahullah, Mursyid Thoriqoh Naqsyabandiyah Ahmadiyah, Situbondo (wafat Jumat 14 Jumadil Awwal 1433 H / 6 April 2012 M). KH. Ahmad Jamhuri Al-Banjari (w. 8 Rejab 1436 H / 27 April 2015)
33. KH. Maimoen Zubair rahimahullah (wafat 5 Dzulhijjah 1440 H / 6 Agustus 2019 M), kompleks 70, nomor 151, urutan ke-41.
34. Mbah KH Nawawi bin KH. Abdul Karim rahimahullah Lirboyo (tiada maklumat tarikh)
34. Habib Hamid bin Yahya rahimahullah, Sokaraja Banjamas, guru kepada Al-Habib Lufti Yahya (tiada maklumat tarikh)
35. Tuan Guru Haji Mahmud rahimahullah, wakil Syaikh Haji anak kepada Tok Kenali Kelantan (tiada maklumat tarikh)
36. Syeikh Abdullah As Sangguri rahimahullah, Ketua Ulama Qurra Mekah, Melayu Songgora/Songkhla (tiada maklumat tarikh)
37. As-sayyid Hamid Bin Alawi Alkaff Al Banjari Al Makki rahimahullah (wafat 10 shofar 1437 H )
38. KH. Masruri Mughni Benda rahimahullah, Makam Baqi’ Madinah (wafat 2011 M)
39. KH. Kurdi bin KH Muhammad Fathullah rahimahullah (wafat 1999 M)
40. Dan mungkin banyak lagi lainnya yg belum ditulis.
نفعنا الله بعلومهم وامدنا بأسرارهم واعاد علينا من بركاتهم وعلومهم وانوارهم في الدين والدنيا والآخرة آمين يا رب العالمين بجاه سيد المرسلين محمد صلى الله عليه وآله وسلم.
اَللَّهُمَّ ارْفَعْ دَرَجَاتِهِمْ وَأَعْلِ مَكَانَهُمْ وَاحْشُرْنَا فِى زُمْرَتِهِمْ وَأَدْخِلْنَا فِى حِمَايَتِهِمْ وَأَمِتْنَا عَلَى طَرِيْقَتِهِمْ مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصَّدِقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ.
ثُمَّ اْلفَاتِحَةُ لِرِضَاءِ اللهِ تَعَالىَ, إِلَى أَرْوَاحِ جَمِيْعِ مَشَايِخِنَا, وَأَسَاتِذَتِنَا وَمُعَلِّمِنَا, وَمُرَبِّنَا, وَمَنْ أَحَبَّنَا فِى اللهِ, وَمَنْ أَوْصَانَا, بِالْفَاتِحَةِ وَالدَّعَوَاتِ الْخَيْرَاتِ, وَمَنْ لَهُمُ حَقٌّ عَلَيْنَا, وَإِلَى أَرْوَاحِ مَنْ أَجَازَنَا بِالدَّعَوَاتِ وَالْأَحْزَابِ وَالْأَوْرَادِ وَالْعُلُوْمِ النَّافِعَاتِ, نَفَعَنَا اللهُ بِهِمْ, وَبِعُلُوْمِهِمْ. شَيْءٌ للهِ لَنَاَ وَلَهُمُ الْفَاتِحَة …
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ . الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ، إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ، اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ، صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ. أمين
Wallahu a’lam Semoga bermanfaat
Written from various sources by Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi Khodim Jama’ah Sarinyala Kabupaten Gresik
CHANNEL YOUTUBE SARINYALA
https://youtube.com/channel/UC5jCIZMsF9utJpRVjXRiFlg
Mohon maaf jika ada kekeliruan, dan menerima masukan serta tambahan wawasan biografi para ulama2 diatas. ?
No responses yet