Oleh: Gus Ahmad Gholban Aunirrahman
Bulan Muharram adalah bulan anak yatim. Pada bulan ini terdapat anjuran untuk memberi santunan pada anak yatim. Ayah kami, KH Nadhier Muhammad, kebetulan termasuk anak yatim ketika itu. Beliau ditinggal kakek kami KH Muhammad Bin Hasyim ketika masih berumur tiga tahun. Tentu saja, hidup seorang yatim tidaklah sama dengan kehidupan anak yang bukan yatim. Menuntut ilmu, menikah dan berkeluarga tidak didampingi dan didanai oleh seorang figur ayah. Begitu juga dengan ayah kami.
Namun, Imam Syafi’i pernah berkata
للناس ابدال
“Setiap manusia yang pergi, akan ada manusia yang menggantikan.”
Begitu juga dengan ayah kami. Ketika menuntut ilmu di pondok krapyak yogyakarta, ketika almarhum ayah tidak memiliki dana untuk membayar uang bulanan pondok, maka KH Ali Maksum yang menggantikan posisi seorang ayah yang memberi dana dan juga mendidik.
Begitu juga ketika hendak menikah, KH Abdul Hamid Pasuruan yang menggantikan posisi figur seorang ayah. Cerita almarhum, dikarenakan begitu miskinnya kondisi ekonomi ayah, almarhum ayah tidak memiliki uang untuk dijadikan mahar. Lalu KH Abdul Hamid pun bertanya “maharnya apa” ayah menjawab ” saya tidak punya uang kiai” lalu KH Abdul Hamid pun mengeluarkan sejumlah uang lalu berkata “ini uang dariku untuk dijadikan mahar pernikahanmu”.
Dan bukan hanya mahar, konsumsi akad nikah yang dilakukan di rumah KH Abdul Hamid pasuruan pun ditanggung oleh KH abdul Hamid semuanya. Dan yang menarik, ketika ayah hendak Ijab Qabul dengan menggunakan baju dan peci hitam, KH abdul Hamid meminta supaya ayah mengganti baju dan menggunakan jubah dan surban dari KH abdul Hamid dan KH Abdul Hamid menjadi Wali Nikah mewakili wali nikah ibu kami.
Dan entah kenapa, pada bulan Muharram pula, bulan anak yatim, ayah kami meninggal dunia.
Mohon doa untuk ayah kami dan segenap almarhumin.
لهم الفاتحة
No responses yet