Tangerang Selatan, jaringansantri.com – Cendekiawan muda NU, Zuhairi Misrawi mengatakan bahwa Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari adalah peletak nilai-nilai Islam Nusantara dan peletak dasar kemerdekaan Indonesia.
Mengutip Gus Mus, Zuhairi mengatakan bahwa ulama yang maqamnya layak mendapat gelar Hadratussyaikh adalah KH. Hasyim Asy’ari. “Ketika disebut dengan nama Hadratussyaikh, pasti Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Ini melebihi gelar imam besar,”
ujarnya saat menjadi pembicara bersama Zainul Milal, dalam Kajian Islam Nusantara Center (INC). Sabtu, 24 Februari 2018.
Hadratussyaikh merupakan peletak Islam Nusantara yang memberikan paradigma penting Ahlussunnah wal jama’ah. Dalam sejarah NU, Hadratussyaikh adalah satu-satunya yang menulis secara khusus kitab aswaja.
“Ini penting karena Hadratussyaikh meletakkan fondasi Islam Nusantara ahlussunnah wal jamaah”, tandas pria yang akrab disapa Gus Mis ini.
Kedua, lanjut Gus Mis, Hadratussyaikh adalah peletak dasar kemerdekaan Indonesia. Dunia luar tahu dan diakui ulama dunia. “Kenapa ada hubbul wathan minal iman, kenapa harus ada ukhuwah wathaniyyah, ini nggak ujuk-ujuk,” terang Gus Mis.
Hadratussyaikh bersama ulama ikut berjuang untuk Indonesia. Menyusun strategi kemerdekaan. Bahkan pancasila sebagai dasar negara itu telah diperbincangkan oleh para ulama.
“Maka kalau ada orang bertanya kenapa NU terdepan, kenapa Banser terdepan, PMII terdepan menjaga NKRI, karena Hadratussyaikh peletak dasar kemerdekaan,” katanya.
“Kalau Indonesia bubar, kitalah yang bertanggung jawab,” imbuhnya.
“Ansor tanggung jawab. NU bertanggung jawab. Inilah sejarah republik ini. Kalau Gus Dur jadi Presiden, itu memang takdir sejarah. Karena kita punya saham besar bagi negeri ini. Kitalah pemilik resmi negeri ini. Karena Hadratussyaikh adalah peletak dasar kemerdekaan,” pungkasnya.
Menguatkan apa yang dijelaskan Zuhairi Misrawi, Zainul Milal mengatakan bahwa apa yang diajarkan oleh Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari adalah pijakan bagi keberislaman di Indonesia.
“Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari mengajarkan Islam yang moderat dan seimbang. Tidak condong ke pemikiran kiri, maupun kanan, apalagi liberal,” kata Gus Milal, penulis Masterpiece Islam Nusantara.
Kajian-kajian di Islam Nusantara Center (INC), seperti kajian turats yang membedah manuskrip-manuskrip ulama Nusantara, dan kajian Islam-Kebangsaan, adalah bagian dari upaya mengangkat dan menyebarkan khazanah Islam Nusantara.
“Yang paling utama, bagaimana temuan-temuan Islam Nusantara turut menyelesai permasalahan keagamaan dan kebangsaan di negeri ini,” pungkas Gus Milal.(Sholihul Huda/Damar).
Comments are closed