Suatu waktu di kantor PIM, Guru kami Mbah Yai Mu’adz Thohir (hafidlohulloh) bercerita saat beliau bertanya kepada Mbah Sahal Mahfudh (Allahu Yarham) mengapa tidak berpolitik praktis:
“Mbah, mengapa panjenengan enggan berpolitik -praktis- sedangkan panjenengan sangat pantas untuk menjadi pemimpin”?
(Kualitas keilmuan dan kecakapan beliau dalam menyampaikan gagasan sangat luar biasa) tambah Mbah Mu’adz.
“Aku tidak mau melakukan lima hal yang -kebanyakan- melekat dalam diri politisi, yaitu: Fattan, iftiro’, kaddzab, riya’ dan ujub)” Jawab Mbah Sahal.
—
- Fattan: banyak membuat fitnah (rela memfitnah orang lain demi tercapainya kepentingan pribadi atau partainya).
- Iftiro’: membuat kebohongan (merekayasa semua hal dibungkus dengan kebohongan untuk mendapatkan dukungan dari rakyat).
- Kaddzab: banyak berbohong (harus berani berbohong demi mendapatkan kepercayaan masyarakat).
- Riya’: pamer (sering menunjukkan hasil kerjanya bahkan mengakui bahwa keberhasilan pemerintahan karena jerih payahnya. Selalu memamerkan keberhasilan -yang terkadang hanya pengakuan saja- kepada masyarakat untuk meraup suara rakyat).
- Ujub: membanggakan diri sendiri. (Selalu merasa bahwa dirinya yang paling berhak untuk dipilih. Bahwa pimpinannya yang paling berhak untuk dipilih karena memiliki kecakapan dari pada paslon yang lain).
—
“Setiap orang berpotensi memiliki lima sifat buruk tersebut. Tapi apakah ia mau mengamalkannya ataukah tidak?” Tambah Mbah Mu’adz Thohir.
Sumber :FB Taufiq zubaidi
No responses yet