Secara umum atau lazimnya kita memandang orang yang disebut sebagai Bisnismen (Konglomerat atau Saudagar) itu, memiliki uang sangat banyak atau disebut sebagai punya uang unlimited (tak terbatas) atau uang tidak berseri. Sebut saja sebagai misal untuk di Kalimantan Selatan yang mempunyai uang unlimited H. Isam, H. Amir (Tanah Bumbu), H. Ijai, H. Ciut (Binuang, Rantau), H. Abidin dan H. Nurhin (Kabuten Banjar) yang mempunyai berbagai jenis usaha yang bergerak dan tidak bergerak seperti beberapa rumah mewah, tanah yang banyak, tambang batubara, perhotelan, SPBU dan sebagainya. Demikian juga, punya simpanan uang yang berjibun di berbagai Bank, sekaligus sejumlah besar utang-piutangnya. Padahal ada jenis lain Bisnismen yang tidak ditandai dengan penampakan seperti itu. Abah Guru Sakumpul ujar Guru Handil Samboja bukan saja seorang ulama besar, tapi sekaligus seorang Bisnismen yang sangat sukses. Beliau sama sekali tidak bermain di Bank, uang yang tak terhitung banyaknya cukup ditabung di rumah sendiri. Harta bergerak dan tidak bergerak milik beliau sangat banyak, tapi berada dalam senyap, hanya bangunan rumah beliau dan toko Az-Zahra saja yang nampak, selainnya hanya beberapa orang tertentu saja yang tahu. Aku kira ilmu dan praktek ekonomi beliau sangat menantang untuk dikaji terutama oleh para ahli ekonomi Syariah. Jelas, kekayaan beliau tidak ada sedikitpun dari hasil yang syubhat, apalagi haram. Beliau bisa dan tegas membedakan mana uang yang halal, syubhat dan haram. Salah satu murid beliau, Wali Awang, Gambut, katanya, kalau ia beroleh duit sumbangan orang, selalu diberitahu beliau mana duit yang haram, syubhat dan halal. Lantas, oleh Awang duit yang haram berapapun banyaknya akan dibakar, yang syubhat dicuci sebersih-bersihnya dan yang halal di bagi-bagikan kepada orang yang berhak dan sangat membutuhkan dengan sehabis-habisnya hingga tak tersisa lagi di tangannya.
Kemudian, kata Guru Handil lagi ada 3 prinsip ilmu dan praktek bisnis Abah Guru Sakumpul. Pertama, ilmu dagang yang pada umumnya terkait dengan persoalan jual beli yang saling menguntungkan dan saling ada sukarela satu sama lain tanpa sedikitpun ada unsur riba sama sekali. Kedua, amaliyah yang mengundang rezeki seperti mendawamkan salat sunnat Dluha, Tasbih, Tahajjud, membaca surah Al-Waqi’ah, Ayat Seribu Dinar, Asmaul Husna ( Ya Ghani, Ya Razzaq Ya Malik dll), Salawat (Dalail Khairat, Salawat Ghusnawiyah, Salawat Fulus dll), tirakat, ratib, wirid dan semacamnya. Ketiga, sadaqah yang sebanyak-banyaknya, kalau perlu hingga yang di tangan tidak tertinggal lagi sepeserpun yang tersisa hanya jaminan rezeki dari Allah Swt.
Sepanjang yang saya ketahui, konon Abah Guru Sakumpul memperoleh warisan dari ayah beliau hanya sepetak tanah pertanian. Dari setiap hasil panen ini beliau sisihkan atau manfaatkan sebagian untuk beli permata baik masih berupa bijian maupun sudah berbentuk cincin. Seiring, mobilitas ruhaniyah beliau semakin hari semakin alim dan solih, maka semakin tinggi saja harga permata yang beliau jual bahkan banyak orang membeli dan bertransaksi tanpa tawar-menawar serta langsung diberi harga tinggi dari pembeli. Dari hasil jualan permata beliau kemudian mengembangkan bisnis pada bidang konveksi dengan label Az-Zahra. Dalam waktu singkat Az-Zahra ini berkembang pesat hingga memasuki pasar luar negeri terutama ke Brunai Darussalam. Di samping itu, bisnis beliau terus berkembang ke berbagai bidang seperti warung makan, agen kendaraan, swalayan, toko elektronik dan lain-lain. Terakhir yang kuketahui, beliau kerjasama dengan anak Tri Sutrisno (Mantan Wakil Presiden Soeharto), memproduksi air kemasan yang diberi nama Sekumpul.
Kemudian dari Amaliyah beliau yang sedemikian banyak, kuperkirakan akan berlimpah rezeki yang beliau peroleh dari Allah Swt, yang datang dari berbagai arah dan tak disangka-sangka. Demikian juga, kuduga kuat pada apa yang beliau lakukan memperoleh berkah pahala yang berlipat-lipat. Aku membayangkan dengan kekuatan spiritual beliau yang berderajat amat tinggi kukira beliau akan mampu semacam mengkonversi rezeki, berkah dan pahala menjadi kurs uang apa saja (rupiah, dollar, riyal, dinar, dirham dsbnya) atau barang apapun. Kukira asumsiku harus dilakukan penelitian lanjut untuk menguji keabsahan dan kesohihannya terutama dalam ilmu ekonomi Syariah.
Lalu dari Sadaqah beliau yang sedemikian banyak mungkin mengalahkan sadaqah para konglomerat, Pengusaha dan Saudagar pada umumnya bahkan kata Guru Handil lagi, susah ditandingi oleh orang lain. Konon, selama beliau masih hidup, penyumbang terbesar Masjid Agung Al-Karomah adalah beliau. Kemudian, pernah seorang Habib diserahi beliau sadaqah untuk di bagi-bagikan kepada yang berhak menerimanya sejumlah hampir 13 milyar rupiah dan Habibnya sendiri beliau beri 100 juta rupiah sebagai upah membagikan ke mana-mana. Kemudian pada waktu yang lain, ceritera dari Guru Handil kembali, ada seorang pengusaha kenalan beliau, mau meminjam uang sangat besar, entah untuk nambah modal atau nutupi utang. Pengusaha itu beliau larang untuk meminjam ke Bank, cukup pinjam dengan beliau saja, seberapa banyak yang diinginkan. Rupanya, setelah pengusaha ini bertamu dan bertemu di rumah beliau sungkan hendak meminjam uang dengan beliau sebagai Paguruan yang sangat dihormati. Tak terucap berapa banyak uang yang mau dipinjam. Melihat keraguan dan kesungkanan pengusaha ini, beliau kemudian membuka salah satu lemari yang ada di ruangan tersebut dan ternyata berisi uang semua. Sempat terpana lama sang pengusaha dan setelah itu, ia berani dan yakin untuk meminjam uang beliau dengan penuh rasa terimakasih. Dengan sadaqah beliau yang sedemikian banyak dan begitu ringan membantu yang kesusahan, kukira sadaqah beliau seperti amsal Alqur’an biji ditanam akan menjadi tujuh tangkai seratus biji.
Begitulah gambaran sekilas, ilmu dan praktek bisnis Abah Guru Sakumpul yang sebenarnya sudah banyak diikuti oleh beberapa muridnya seperti Guru Danau di Amuntai, Guru Syairazi di Kandangan, Guru Handil di Samboja (Kal-Tim) dan bahkan diwarisi oleh putera sulung beliau H. M. Amin Badali.
No responses yet