Cobalah renungkan hikmah dalam Diwan Imam Asy Syafii ini. Beliau menyampaikan ;

إِذَا رُمْتَ أَنْ تَحْيَا سَلِيْمًا مِنَ الرَّدَى * وَدِيْنُكَ مَوْفُورٌ وَعِرْضُكَ صَيِّنُ

فَلَا يَنْطِقَنْ مِنْكَ اللِّسَانُ بِسَوْأَةٍ * فَكُلُّكَ سَوْءَاتٌ وَلِلنَّاسِ أَلْسُنُ

وَعَيْنَاكَ إِنْ أَبْدَتْ إِلَيْكَ مَعَائِبَا * فَدَعْهَا وَقُلْ يَا عَيْنُ لِلنَّاسِ أَعْيُنُ

وَعَاشِرْ بمَعْرُوْفٍ، وَسَامِحْ مَنِ اعتَدَى * وَدَافِعْ وَلَكِنْبالَّتِيْ هِيَ أَحْسَنُ

“Jika kau ingin hidup sentosa, agamamu sempurna, dan kehormatanmu terjaga,

janganlah mulutmu berucap buruk. 

Setiap engkau memiliki keburukan dan setiap orang memiliki mulut.

Jika kedua matamu memperlihatkan aib-aib kepadamu, abaikan. Dan katakan, “Wahai mata, orang lain juga punya mata.”

Bergaullah dengan baik. Maafkan orang yang memusuhimu. Lawanlah ia, asal dengan cara yang lebih baik.

Iya…

Menjaga lisan untuk tidak tergoda bicara apa saja dan sekenanya, ternyata bukan urusan mudah. Manusia cenderung ingin segera menunjukkan dirinya. Itu kenapa, banyak dari kita yang terjatuh sebab lisan kita sendiri.

Kadang…

Ada yang memang hobi dengan perkataan buruk. Dimana saja, kapan saja, bersama siapa saja tak malu berucap hal-hal buruk dan cenderung kotor/menjijikan.

Ada juga dari kita yang bermaksud baik menyampaikan kritik atas keburukan yang ada. Sayangnya, tidak diimbangi dengan kebijaksanaan dalam penyampaiannya. Alih-alih kebaikan yang lahir, justru situasi dan keadaan yang makin memburuk yang hadir.

Hari-hari ini,

Banyak sekali dari kalangan kita yang sudah terjebak menikmati perkataan buruk dalam lisan maupun tulisan.

Semakin saling berkomentar, semakin tebal kebencian, keangkuhan, dan permusuhan tampak dan hilanglah rasa bahagia di antara kita. Agama pun menjadi bahan cercaan, selain tentu kehormatan pribadi.

Yang menyedihkan,

Aib sudah menjadi layaknya konsumsi harian dan bersifat umum. Orang membicarakan aib orang lain biasa saja. Tanpa beban, tanpa rasa bersalah di hadapan Allah. Padahal, semua mengaku beriman.

Jika ini dibiarkan…

Jika kita tak segera menarik diri dari pelbagai perilaku kemunafikan,

Maka benarlah…

Kita akan makin jauh dari bahagia. 

Bagaimana mungkin bahagia, sementara hidup tak nyaman sebab permusuhan ?

Bagaimana mungkin agama sempurna dalam ilmu, amal, dan keselarasan…

Jika kita saling merendahkan ?

Bagaimana bisa kehormatan terjaga…

Jika kita terus saling menghujat, memaki, dan menghancurkan nama baik dan kemualiaan akhlak sesama ?

Rabb…

Lindungi kami, jauhkan kami dari perilaku bodoh dan ada dalam kerumunan orang-orang yang bodoh.

Ihdina ash shiraath al mustaqiim…

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *