Categories:

Kontributor: Syarifah (Mahasiswa UIN Jakarta, tinggal di Daerah Bangka)

Tidur merupakan sebuah kebutuhan alami bagi setiap insan. Proses fisiologis normal yang bersifat aktif, teratur, berulang. Islam begitu rapi dalam mengatur tata cara tidur, dibalik adanya aturan-aturan yang diajarkan oleh Islam pasti memiliki manfaat tersendiri terutama bagi kesehatan tubuh, kemudian agar aktivitas-aktivitas yang lain tidak terganggu.

Dalam hal tidurpun memiliki adab atau cara tersendiri, dalam Manuskrip Tafsir Ibnu Hamidi ini akan menjelaskan tentang adab-adab tidur menurut Imam Al-Ghazali yaitu:

Adab Tidur dalam (Manuskrip) Tafsir Ibnu Hamidi

Imam Al-Ghozali mengatakan, tidurlah dengan menghadap kearah kiblat dan miringkan badan kearah kanan seperti layaknya tidur seorang mayit, maka sejatinya dengan cara ini kita diajarkan untuk selalu mengingat kematian, itulah sebabnya tidur dikatakan sebagian dari mati. Beliaupun berkata bahwa hendaknya kita menyiapkan wasiat dibawah kepala kita, yang mungkin masih ada sisa kewajiban kita yang belum kita tunaikan, hawatir bila esok pagi kita tidak lagi bangkit dari tidur kita.

Beliau berkata hendaklah bertaubat seraya meminta ampunan dari semua dosa dengan tekad untuk tidak lagi mengulangi dosa yang lalu ketika hendak memejamkan mata sampai tidur kita terlelap, berniat untuk berbuat baik kesemua orang bila esok masih bangun dalam keadaan hidup. Untuk memulai tidur kita selalu diingatkan kepada kematian karena siapa sangka bila esok kita bangun sudah tidak lagi berada diatas kasur yang empuk ranjang yang mewah berganti dengan tanah yang keras serta gelap gulita siapa yang akan menemani kita jika bukan amal kebaikan kita. Beliaupun barkata hendaklah kita meminimkan tidur kita dan menghindari dari tidur yang berlebihan.

Imam Al-Ghazali mengatakan tidur adalah menghentikan kehidupan. Kecuali, jika bangun­ kita justru menjadi bencana bagi kita sehingga tidur ter­sebut lebih membuat agama kita selamat. Ketahuilah bahwa malam dan siang seluruhnya berjumlah dua pu­luh empat jam. Dengan itu Jangan sampai tidur kita sepanjang siang dan malam lebih dari delapan jam. Dalam dunia medis juga mengatakan bahwa tidur yang baik yaitu tidak lebih dari delapan jam, maka dari itu guna Islam mengatur pola tidur kita tidak lain kecuali ada manfaat yang besar bagi kesehatan kita.

Hendaklah ketika kita mau tidur, bersiwak dan bersuci. Ber­tekadlah untuk bangun malam atau bangun sebelum subuh. Dua rakaat di tengah malam merupakan salah satu harta kekayaan yang berharga mulia. Guna untuk memperbanyak harta kekayaan kita  guna menghadapi hari miskin kita kelak yaitu di negri akhirat. Sebab, harta kekayaan dunia sama sekali tak akan ber­guna jika kelak kita binasa.

Selain itu beliau menyarankan untuk jangan lupa berdo’a ketika hendak tidur Do’a yang dianjurkan oleh beliau adalah :

 Bismika rabbii wadha’tu janbii wabismika arofa’uhu faghfirlii dzanbii. Allahumma bismika ahya wa amuut wa a’udzubika allahumma min-syarri kulli dzii syarri. Wa min syarri kullidabbatin anta akhidzdzi binashiyatiha, inni rabbi ’alaa shirath mustaqiim. Allahumma antal wali falaiisa qablaka syai’in, wa antal akhirufalaisa ba’da katsi’in Wa antazhzhihiru falaisa fauqaka syai’in Wa antal bathinu falaisa duunaka syai’in Iqdhii ‘anniid dunya wa aghninii minal faqri. Allahumma antalkhalaqta nafsii wa anta tatawwafaha, laka mamatuha wa mahyaha, in amattaha faghfirlaha wa in ahyaitaha fahfazhha bimatahfazhu bihi ‘ibadakash shalihiin. Allahumma inni as ‘alukal ‘afwa wal ‘afiyata fiiddiin waddunya wal aakhirati. Allahummaaiqithnii fii ahabiissa ‘ati ilaika was ta’malnii bi ahabbil ‘amal ilaika hatta tuqarribanii ilaika zulfa wa tub ‘idanii ‘an sakhathika ba’da an as alakafatu’thiinii wa astaghfiraka fataghfirulii wa ad’uuka fatastajiibulii.

Yang artinya:

“Dengan nama-Mu wahai Tuhanku, kuletakkan pung­gungku dan dengan nama-Mu pula kuangkat serta am­punilah dosa-dosaku. Ya Allah, lindungi aku dari siksa­Mu pada hari para hamba-Mu dibangkitkan. Ya Allah, dengan nama-Mu aku hidup dan mati. Aku berlindung pada-Mu dari keburukan segala sesuatu yang memiliki keburukan serta dari kejahatan setiap yang melata. Eng­kaulah yang menggenggam ubun-ubunnya. Sesungguh­nya Tuhanku berada di jalan yang lurus. Ya Allah, Eng­kaulah Yang Maha Pertama yang tidak didahului oleh sesuatu dan Engkau pula Yang Maha Terakhir yang tak ada sesuatu sesudah-Mu. Engkau Mahatampak, tak ada sesuatu di atas-Mu. Engkau Maha Tersembunyi, tak ada sesuatu di bawah-Mu. Bayarkanlah hutangku dan ang­katlah aku dari kemiskinan. Ya Allah, Engkau yang menciptakan diriku dan engkau pula yang mewafatkan­nya. Kematian dan kehidupannya ada pada kekuasaan­Mu. Jika engkau matikan diriku ini, maka ampunilah dia, dan jika engkau hidupkan, maka jagalah dia seba­gaimana engkau menjaga para hamba-Mu yang saleh. Ya Allah aku meminta pada-Mu pengampunan dan ke­selamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, bangunkan aku dalam waktu terbaik menurutmu. Buatlah aku me­lakukan perbuatan-perbuatan yang paling Kau senangi sehingga hal itu akan mendekatkan diriku pada-Mu dan menjauhkannya dari murka-Mu setelah aku meminta pada-Mu. Setelah aku meminta pada-Mu, maka Engkau memberikannya, aku meminta ampunan pada-Mu maka Kau terima, dan aku berdoa pada-Mu maka Kau ka­bulkan untukku.”

Dilanjutkan dengan membaca ayat al-Kursi dan amana ar-rasalu (surat al-Baqarah: 285) sampai akhir surat. Lalu surat al-­Ikhlas, al-Falaq, dan an-Nas, serta al-Mulk. Berzikir kepada Allah SWT. sampai tidur kita benar-benar terlelap tak lepas lisan kita melafaz zikir kepada-Nya, kemudian beliau mengatakan tidurlah dalam keadaan suci dalam artian usahakan ketika kita hendak tidur dalam keadaan masih memiliki wudhu’, karena jika kita melakukannya maka roh kita akan sampai ke arays, bahkan dicatat sebagai orang yang sedang sholat sampai kita terbangun kembali, dan hendaklah jika waktu tidur datang kembali kita melakukan hal yang sama seperti beliau jelaskan sebelumnya.

Diakhir tulisan ini beliau bernasehat bahwa hendaklah kita hidup dengan teratur dalam sisa hidup kita. Jika kita tidak bisa melakukan apa yang beliau anjurkan maka bersabarlah sebagaimana sabarnya orang sakit  ketika menahan pahitnya obat dan saat-saat ia sembuh, hendaknya kita merenungkan usia kita yang amat sangat pendek jika dibandingkan dengan lamanya kita berada di negri akhirat kelak. Janganlah berhenti untuk berbuat baik sesungguhnya Allah senantiasa membimbing serta memperhatikan gerak-gerik langkah kita kapanpun dan dimanapun.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *